Anda di halaman 1dari 10

Tanin Tidak

Terhidrolisis
Kelompok A3

Vidya Nareta Deva Aryani (K100190009)


Nisrina Salsabila Mudhofir (K100190010)
Jawara Jala Mangkara (K100190013)
SENYAWA KHUSUS
Katekin (Catechin)

Katekin memilki 4 derivat utama, yaitu: katekin, epikatekin, galokatekin,


epigalokatekin, dan 2 derivat yang memiliki gugus galat yaitu: epikatekin galat dan
epigalokatekin galat. Epikatekin dan epigalokatekin memunculkan rasa sedikit sepet (pahit)
dengan sedikit manis setelah diminum, sedangkan bentuk epikatekin galat dan
epigalokatekin galat memunculkan rasa sepet yang kuat (Mitrowihardjo, 2012).
Senyawa ini akan mudah terdegradasi jika berada pada
pH lebih dari 6,5 dan merupakan senyawa yang sangat reaktif
(Yeni et al, 2017). Salah satu tanaman yang dapat dijadikan
sebagai sumber katekin adalah daun teh (Camellia sinensis).
Selama ini daun teh hanya dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan minuman segar, obat-obatan, dan kosmetik.
Padahal, kandungan katekin pada teh sekitar sepertiga dari
kandungan bahan kering daun teh (dalam setiap 1 Kg BK daun
teh dapat mengandung katekin sebesar 30- 40%) (Graham,
1992).
METODE PENYIAPAN SAMPEL
Ekstrasi secara Maserasi Ekstrasi secara diseduh
Diserbukkan masing-masing sampel dengan Ditimbang masing-masing teh hijau sebgayak 5
derajat halus yang sama dan ditimbang gram.
sebanyak 50 gram.
Diseduh dengan aquadest sebanyak 100 mL
Diekstrasi menggunakan pelarut etanol 70% pada 70°C.
sebanyak 300 mL selama 1 hari

Diaduk menggunakan magnetik stirer dengan


Didiamkan di tempat yang terlindung cahaya variasi waktu penyeduhan 5 dan 10 menit
selama 1x24 jam sambil sesekali diaduk. hingga diperoleh ekstrak teh.

Dipisahkan filtrat dan residu. Residu di Disaring dan dicukupkan volumenya hingga 100
remaserasi dengan pelarut yang sama sebanyak mL dengan air suling.
300 mL selama 1x24 jam.

Dilakukan perlakuan yang sama pada suhu 85°C


Disaring kembali, filtrat dikumpulkan dan
dan 98 °C.
pelarut diuapkan dengan rotavapor kemuidan
dipekatkan hingga diperoleh ekstrak kental.
Prinsip Reaksi
Identifikasi dengan FeCl3
Prinsip reaksi : Pembentukan kompleks warna.
Hasil positif : Terbentuknya warna hijau ungu atau hitam.
Gugus target : Atom O pada gugus -OH tanin yang berposisi orto (posisi 4’ dan 5’).
Prosedur analisis : Ekstrak ditambah reagen FeCl3 hingga terbentuk warna hijau kehitaman.
Katekin merupakan senyawa polifenol yang dapat terbentuk kompleks
antara gugus fenol (–OH) dari sampel dengan adanya Fe3+ (besi) yang
ditandai dengan terbentuknya perubahan warna kompleks menjadi hijau, biru
atau merah kehitaman (Ryanata, 2015). Terbentuknya senyawa kompleks
antara tanin dan FeCl3 karena adanya ion Fe3+ sebagai atom pusat dan tanin
memiliki atom O yang mempunyai pasangan elektron bebas yang bisa
mengkoordinasikan ke atom pusat sebagai ligannya. Ion Fe3+ pada reaksi
disamping mengikat tiga tanin yang memiliki 2 atom donor yaitu atom O pada
posisi 4’ dan 5’ dihidroksi, sehingga ada enam pasangan elektron bebas yang
bisa dikoordinasikan ke atom pusat. Atom O pada posisi 4’ dan 5’ dihidroksi
memiliki energi paling rendah dalam pembentukan senyawa kompleks,
sehingga memungkinkan menjadi sebuah ligan (Sa’adah, 2010).
Prinsip Reaksi
Identifikasi dengan steasny (Formaldehide 20% dan HCl
pekat 2:1)
Prinsip reaksi : Pembentukan endapan.
Hasil positif : Terbentuknya endapan merah jingga.
Prosedur analisis : Ekstrak ditambah reagen steasny (Formaldehide 20% dan HCl pekat 2:1.)
Tanin katekol merupakan salah satu jenis tanin terkondensasi, terbentuk dengan cara
kondensasi katekin tunggal membentuk senyawa dimer kemudian menjadi oligomer
yang lebih tinggi melalui ikatan karbon. Fungsi penambahan HCL panas dan
formaldehid ini digunakan untuk mendeteksi adanya leukoantosianidin yang ditandai
dengan adanya endapan merah (Harborne, 1996).
Prinsip Reaksi
Identifikasi secara Spektrofotometri UV-Visible
Prinsip reaksi : Larutan sampel dan larutan standar katekin (20 ppm) di scanning dengan kecepatan 240
nm/cm pada rentang panjang gelombang 200-400 nm dengan menggunakan kuvet 1 cm.
Hasil positif : Panjang gelombang sampel dibandingkan dengan panjang gelombang standar.
Prinsip Reaksi
Identifikasi secara KLT
Prinsip reaksi : Memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
Yang digunakan.
Hasil positif : Terbentuknya spot warna biru pucat menunjukkan
adanya katekin dan diuji kimia dengan menyemprot-
kan larutan FeCl3 warna hitam kebiruan menunjukkan
adanya katekin.
Fase diam : Silika gel GF254 (10 cm x 20 cm)
Fase gerak : etil asetat : air : asam format (18:1:1), toluen : aseton :
asam format (3:3:1), dan kloroform : methanol :
air (6,5 : 3,5 : 1)
Reagen semprot : FeCl3
A. Hasil KLT setelah direaksikan dengan uap amoniak
B. Hasil KLT setelah disemprot dengan larutan FeCl3
C. Hasil KLT di bawah sinar UV
1. Hasil KLT dengan eluen etil asetat : air : asam format (18:1:1)
2. Hasil KLT dengan eluen toluen : aseton : asam format (3:3:1)
3. Hasil KLT dengan eluen kloroform : methanol : air (6,5:3,5:1)
Prosedur Analisis dengan Reagen Kimia
FeCl3 Reagen Steasny
Ditimbang masing-masing serbuk teh hijau Dilakukan dengan cara yang sama seperti
sebanyak 2 gram. FeCl3, digunakan reagen steasny
(Formaldehide 20% dan HCl pekat 2:1)

Ditambahkan dengan air 100 mL dan dididihkan


selama 15 menit. Ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang
berisi masing-masing larutan sampel dan
dipanaskan.
Didinginkan dan disaring sehingga didapatkan
filtrat.
Apabila terbentuk endapan merah jingga maka
sampel positif mengandung gallokatekin
Dipipet 2 mL masing-masing filtrat dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan dengan larutan FeCl3 1 %.

Apabila terbentuk warna hijau ungu atau hitam


maka dinyatakan bahwa sampel mengandung
katekin.
Prosedur Analisis dengan Metode Spektrofotometer
UV-Visible
Pembuatan larutan standar katekin Penentuan panjang gelombang
maksimum
Dilakukan dengan mengukur larutan baku Analisis data
Ditimbang 10 mg katekin murni. katekin (20 μg/mL) spektrofotometer pada
Dianalisis hasil penelitian berdasarkan
panjang gelombang 200-400 nm.
persamaan regresi linier y = bx ± a yang
diperoleh dari data absorbansi dan
Dilarutkan dengan pelarut etanol absolut Penentuan kadar katekin konsentrasi dari larutan standar.
sebanyak 10 mL didalam labu 10 mL sehingga
didapatkan konsentrasi larutan katekin murni Dibuat konsentrasi 1000 μg/mL
1000 μg/mL. masing-masing dari larutan seduhan dan
larutan ekstrak teh hijau sebanyak 100 mL Dilanjutkan menggunakan uji ANOVA one
dan dipipet 1 mL, dicukupkan volumenya way dengan program SPSS 17 version
Dipipet sebanyak 1 mL larutan katekin murni hingga 10 mL.
μg/mL dan dilarutkan dengan etanol absolut
dalam labu 10 mL (100 ppm)
Dipipet 0,5 mL, dimasukkan ke dalam labu
Dibuat konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 tentukur 10 mL kemudian dicukupkan
μg/mL volumenya hingga batas.

Dipipet dari larutan induk (100 μg/mL)


Diukur serapannya dengan spektrofotometer
sebanyak 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 mL dan
UV-Visible pada panjang gelombang
diencerkan dengan pelarut etanol absolut
maksimum 280 nm.
di dalam labu 10 mL hingga tanda.
Prosedur Analisis dengan Metode KLT
Pemisahan ekstrak katekin KLT preparatif

Digunakan plat silika gel GF254 yang sudah Ditotolkan fraksi yang diperoleh sepanjang
diaktifkan dengan pemanasan dalam oven plat pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 Dipipet cairan diatas endapan dan
pada suhu 30 - 40 °C selama 10 menit. cm dari garis tepi. dikumpulkan yang merupakan isolat
katekin, diambil sedikit isolat cair
kemudian di tes dengan cara
Dielusi dengan menggunakan eluen yang mereaksikan dengan FeCl3.
Ditotolkan ekstrak daun teh pada jarak 1 cm dari memberikan pemisahan terbaik pada KLT
tepi bawah plat dengan pipa kapiler kemudian analitik.
dikeringkan dan dielusi dengan fase gerak etil
asetat:air:asam format (18:1:1),
Dites noda-noda pada permukaan plat
toluen:aseton:asam format (3:3:1) dan
dengan cara diuapkan dengan uap amoniak
kloroform:methanol: air (6,5:3,5:1)
sambil diperiksa dibawah sinar UV pada
panjang gelombang maksimum 254 nm.
Dihentikan elusi setelah gerakan larutan
pengembangan sampai pada garis batas.
Dilakukan KLTP lagi untuk mengumpulkan
noda berbentuk pita, noda yang diperoleh
Diuapkan noda-noda pada permukaan plat dikerok kemudian dilarutkan dalam sedikit
dengan uap amoniak sambil diperiksa di bawah air dan centrifuge untuk mengendapkan
sinar UV pada panjang gelombang maksimum 254 silika.
nm.

Ditentukan perbandingan larutan pengembangan


yang paling baik untuk keperluan preparatif.

Anda mungkin juga menyukai