Anda di halaman 1dari 3

RIMPANG LAKKA-LAKKA

1. Nama lain congkok, kali musli, xian mao


2. Family ; amarylliadaceae, genus ; curculigo, spesies ; curculigo orchioides Gaertn
3. Panjang rimpang 15-20 cm, berbunga dimusim panas. Tumbuh di tempat dgn tggi
1000 m dpl, di daerah topis.
4. Kegunaan sebagai obat gatal-gatal, antiinflamasi dan bedak dingin dan pemutih.
5. Kandungan senyawa : saponin, glikosida, curculin, tanin, alkaloid, flavonoid.
6. Karakteristik demografis
7. Rimpang : diambil dan dibersihkan dari bulu-bulu akar, dipotong melintang, dipanen
ketika daun meluruh (layu), pada musim kering dan tanda-tanda mengeringnya bagian
atas tanaman
8. Batas kadar air daun & bunnga 5 %, batang & akar 10%, buah 8%.
9. Perhitungan susut pengeringan = bobot basah – bobot kering / bobot basah x 100%
10. Metode ekstraksi : maserasi dgn perbandingan 1 : 10 atau 1 : 7,5
11. Diambil di kabupaten barru dan sinjai karena karakteristik demografis yang berbeda
dalam hal ini unsur hara sehingga kadar yang dikandung pun psti berbeda.
12. Senyawa kurkuglikosid diduga memiliki efek inhibitor enzim tirosinase yg baik, hal
ini ditujukan dgn nilai konsentrasi yg dpt menghambat 50% aktivitas enzim tirosinase
(IC50) paling rendah 10,78 mikrogram/mL.
13. Mekanisme sebagai pemutih adalah senyawa tersebut berkompetisi dgn L-tirosin
untuk menduduki bagian aktif dari enzim tirosinase dan masuk dalam siklus
monofenolase atau berkompetisi dgn DOPA dan masuk dalam siklus defenolase yang
pada akhirnya tidak akan terbentuk melanin. Senyawa fenolik sbgai bioaktif inhibitor
enzim tirosinase. Enzim tirosinaze menghidroksilasi fenol menjadi ketekol
selanjutnya menghidrogensi katekol menjadi O-kuinon.

KCKT
1. Digunakan kckt karena tidak memakan waktu yang cukup lama dan memiliki
ketepatan dan ketelitian yang tinggi.
2. Prinsip KCKT adalah dengan bantuan pompa fasa gerak cair dialirkan melalui kolom
ke detektor. Cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan.
Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran, karena perbedaan
kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
3. Prinsip kckt : pemisahan absorpsi dan desorbsi yang berulang kali dari komponen
yang dipisahkan. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan kecepatan migrasi
dari masing-masing komponen yang didasarkan oleh adanya perbedaan koefisien
distribusi dari komponen tersebut antara kedua fasa. Selanjutnya komponen
diidentifikasi scra kualitatif dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing
komponen tersebut secara kuantitatif.
4. Metode kromatografi yang digunakan adalah fase terbalik dimana fase diam adalah
kolom C18 s(sifat nonpolar) dan fase gerak adalah metanol:air:asam asetat (45:80:1)
(sifat polar).
5. Pengukuran dengan panjang gelombang, kecepatan alir, dan suhu adalah berdasarkan
pada jurnal.
6. Penentuan dengan kckt juga harus memperhatikan berbagai hal yaitu pemilihan
detektor, kolom, pemilihan eluen, laju alir eluen serta suhu kolom. Hal ini karena
dapat mempengaruhi resolusi dari tiap-tiap komponen.
7. Pemisahan masing-masing komponen dgn kckt harus dilakukan dgn baik/dalam
kondisi optimum untuk mendapatkan komponen yang tidak saling tumpah tindih, hal
ini dapat dicapai dgn mengatur suhu kolom dan laju alir dari eluen.
8. Analisis kualitatif : mencocokkan waktu retensi dari masing-masing puncak pada
kromatogram sampel dengan waktu retensi dari masing-masing puncak kromatogram
senyawa standar.
9. Analisis kuantitatif : konsentrasi dan luas area komponen yang dianalisis diplot
kedalam persamaan regresi linier.
10. Waktu retensi : waktu yang di butuhkan oleh analit mulai saat injeksi sampai keluar
dari kolom.
11. Kromatogram yang baik memiliki waktu retensi yang pendek dan puncak yang tajam
dan tidak lebar serta pemisahan yang jelas. Waktu retensi tidak mutlak bahkan dapat
bergeser, karena perbedaan waktu retensi, pemutaran valve dan penguapan dari fase
gerak.

CARA KERJA
Sebanyak 200 mg simplisia dimaserasi dgn etanol 70% 2 L. Filtrat diuapkan di dapatkan
rekstrak kental. Ekstrak kental dilakukan uji pendahuluan, di buat larutan uji :
A. Uji pendahuluan (jika disuruh tambahkan)
1. Uji senyawa polifenol : sejumlah ekstrak etanol ditambah pereaksi FeCl3
sebanyak 3 tetes, warna hijau biru menandakan adanya senyawa polifenol
2. Uji flavonoid : sejumlah ekstrak ditambahkan 2 ml etanol 70% lalu diaduk,
ditambahkan serbuk magnesium 0,5 g dan 3 tetes HCL pekat. Hasil positif
menunjukkan terbentuknya warna kuning sampai merah.
3. Uji tanin : sejumlah ekstrak dilarutkan dalam air dan dipanaskan slma 30 mnit lalu
di saring, filtrat ditambahkan lar. Feriklorida 1% dan terbentuknya warna coklat
kehijauan, biru kehitaman menunjukkan adanya tanin.
4. Uji glikosida : sejumlah ekstrak ditambahkan 2 ml etanol 70% diuapkan di
penangas air dilarutkan dalam 5 ml asetat anhidrat P. Ditambahkan 10 tetes asam
sulfat P, akan terjadi warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida.
B. Penetapan kadar air (jika disuruh)
Dimasukkan kurang lebih 2 gram simplsia, dikeringkan pada suhu 105 o C selama 5
jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai
perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tdk lebih dari 0,25%.
C. Pembuatan larutan uji dari ekstrak kental dan penetapan dgn kckt.
100 mg ekstrak dalam 20 ml metanol (5000 ppm), 5000 ppm dipipet 0,5 ml ke dalam
labu ukur ditambahkan metanol ad 50 ml. Didapatkan larutan uji lalu di suntikan pada
alat KCKT.
D. Pembuatan kurva standar
10 mg kurkuglikosid dilarutkan dalam metanol 20 ml (500ppm), dri 500 ppm dibuat
seri konsentrasi 3,6,12,24,48 (dari jurnal) dgn menggunakan v1n1=v2n2. Masing*
konsentrasi diinjeksikan ke alat kckt.

ANALISIS DATA
Dgn persamaan linier y = a + bx, y = luas area, x = kadar kurkuglikosid, x = konsentrasi
kurkuglikosid, y = luas puncak perbandingan.

Anda mungkin juga menyukai