Anda di halaman 1dari 10

Kel.

A3

Fenilpropanoid:
Kumarin

Vidya Nareta Deva Aryani (K100190009)


Nisrina Salsabila Mudhofir (K100190010)
Jawara Jala Mangkara (K100190013)
Skopoletin
Skopoletin merupakan senyawa golongan kumarin
sederhana (Kostova, 2005). Skopoletin adalah senyawa
fenolik kumarin golongan phytoalexins yang terdapat
pada banyak tanaman dan memiliki banyak khasiat untuk
kesehatan (Kurdekar, et al., 2014).
Skopoletin merupakan senyawa turunan kumarin
yang saat ini digunakan sebagai salah satu penanda mutu
(quality marker) produk-produk berbahan baku buah
mengkudu terutama untuk tujuan ekspor. Penentuan
skopoletin sebagai penanda mutu terkait dengan
khasiatnya bagi manusia yang telah dibuktikan secara
ilmiah (Samoylenko et al., 2006).
METODE PENYIAPAN SAMPEL
Bahan uji
1. Buah A (berumur 20 hari, kulit buah hijau dan tidak berbiji)
2. Buah B (berumur 45 hari, kulit buah hijau dan berbiji)
3. Buah C (berumur 105 hari, kulit buah berwarna putih-putih kekuningan dan
daging buahnya keras)
4. Buah D (berumur 120 hari, kulit buahnya berwarna putih transparan-putih
kecoklatan, daging buah lunak, berair dan mengeluarkan aroma yang khas)
Masing -masing kelompok dikeringkan dengan oven pada suhu 39°C sampai
beratnya konstan dan kemudian diserbuk.
Maserasi
Prosedur: Ekstrasi yang telah kering dimasukkan ke maserator, ditambahkan
etanol 96 %, dimaserasi selama 3×24 jam. Selanjutnya filtrat dievaporasi dengan
rotary evaporator pada temperatur 40°C hingga didapatkan ekstrak. Ekstrak yang
diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotavapor.
(Indrayani L, Hartati S, Lydia S, 2006)
Uji Kualitatif
Uji Fitokimia
Prinsip Reaksi: Pembentukan kompleks warna kuning, skopoletin akan bereaksi
dengan ion Na+ pada senyawa NaOH.
Prosedur:

Dicampur sebanyak 1 mL larutan ekstrak dengan


beberapa tetes NaOH 1%.

Ditambahkan alkohol jika terbentuk warna kuning maka


menunjukkan adanya kumarin.

(Rampe dan Tombuku, 2015)


Uji Kualitatif
Uji Ammonia
Prinsip reaksi : pembentukan fluorosensi kuning kehijauan atau kebiruan

Prosedur:

Diuapkan ektrak hingga mengering kemudian didinginkan



Setelah dingin dibagi menjadi 2 tabung

Tabung 1 diberi ammonia 10% dan tabung 2 sebagai pembanding

Dilihat fluorosensi dibawah lampu UV
Uji Kualitatif dan Uji Kuantitatif
KLT-Densitometri
Fase diam : Silica gel GF 254
Fase gerak : eter : toluen : asam asetat 10 % dengan
perbandingan yang berbeda-beda untuk
masing-masing kelompok sampel.
Uji kualitatif Gambar 1. Perbandingan Kromatogram Sampel
Terhadap Standar
1. Preparasi sampel → 100 mg ekstrak + metanol ad 5 ml. Dengan replikasi
10 kali.
2. Eluasi dengan fase gerak → Sampel ditotolkan pada lempeng silica lalu
dieluasi. Masing-masing di eluasi dengan eter : toluen : asam asetat 10%
dengan perbandingan yang berbeda-beda untuk masing-masing sampel:
A= 55:45:0,8 ; B= 45:55:0,8 ; C= 58:45:0,4 ; D= 56:45:0,8.
3. Pengamatan lempeng hasil eluasi → Lempeng silika yang telah dieluasi
diamati dibawah lampu uv untuk pengamatan warna noda dan dipayar
dibawah densitometer untuk pengamatan kromatogram. Kemudian
dibandingkan hasil pengamatan sampel dan skopoletin standar.
Uji kuantitatif
4. Pengukuran dengan densitometer → Lempeng yang telah eluasi,
dianalisis dengan KLT Densitometer.
(Sholehah, 2010) Gambar 2. Hasil Pengamatan Lempeng di Bawah
Lampu uv
Uji Kuantitatif
KCKT-FL
Fase gerak : digunakan 50 mm buffer fosfat (pH = 5,0)-CH3OH (74:26, v/v) dengan laju alir 1,0 mL/min

Prosedur: Persiapan analisis

Sampel bubur daging dan kulit dari masing-masing umbi ditimbang sebanyak 3,0 ± 0,1 g secara terpisah ke dalam
labu takar 50 mL kemudian dilarutkan dengan metanol 50%.

Campuran kemudian disonikasi selama kurang lebih 30 menit, kemudian disentrifugasi (6000 rpm, 15 menit).

Disaring supernatan yang didapat dengan kertas saring whatman no 42, kemudian dimasukkan ke dalam vial 1,5
mL.

Diinjeksikan ke dalam KCKT-FL (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Fluoresensi). Volume injeksi sampel adalah 20
µL dengan detektor fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 360 nm dan panjang gelombang emisi 450 nm.

Penetapan kadar skopoletin dilakukan secara duplo.
(Rie et al, 2009)
Uji Kuantitatif
KCKT-FL
Prosedur: Pembuatan fase gerak

Sebanyak 25,1767 gram KH2PO4 ditimbang ke dalam gelas piala 5 L.



Dilarutkan dengan aquadest sampai dengan 3500 mL hingga homogen.

Diatur pH larutan dengan penambahan NaOH 0,1 N (pH 5.00).

Ditambahkan aquadest hingga volume 3700 mL lalu disaring dengan milipore 0,45 µm.

Larutan selanjutnya dicampurkan dengan metanol KCKT grade hingga volume 5 L.

Dilakukan sonikasi.

(Wijaya et al, 2014)


Kandungan Skopoletin

Gambar 3. Perbandingan Kandungan Skopoletin dalam Daging dan Kulit Ubi Kayu
Daftar Pustaka
Ani Isnawati, Harfia Mudahar, Kamilatunisah. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kumarin dari Tanaman Artemisia Annua
(L). http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/1078.
Indrayani L, Hartati S, Lydia S. 2006. Skrining Fitokimia Dan Uji Toksisitas Ekstrak Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta
Jamaicensis L. Vahl) Terhadap Larva Udang Artemia Salina Leach. Fakultas Sains dan Matematika, Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga. Jurnal Berk. Penel. Hayati. (12): 57–61.
Kostova, I. Synthetic and natural coumarins as cytotoxic agents. Curr. Med. Chem. 2005, 5, 29-46.
Kurdekar R. R., Hegde G. R., Kulkarni M. V., & Mulgund G. S., 2014, Isolation and Characterization of Scopoletin-an
Anticancerous Compound From the Bark of Hymenodictyon Obovatum Wall. International Journal of
Pharmaceutical and Phytopharmacological Research, 6 (3), 469–471.
Rampe M. J., & Tombuku J. K., 2015, Pengujian Fitokimia dan Toksisitas Ekstrak Etanol Jantung Pisang Kepok (Musa
paradisiaca Linn.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Jurnal Sainsmat, 4 (2), 136-147.
Rie, I., Mitsuhiro, W., Toshiaki, N., & Kenichiro, N. 2009. Quantification of Coumarin Derivatives in Noni (Morinda Citrifolia)
and their Contribution of Quenching Effect on Reactive Oxygen Species. Food Chemistry, 113 (4), 1169-1172.
Samoylenko, V., Zhao, J., Dunbar, D. C., Khan, I. A., Rushing, J. W., & Muhammad, I. 2006. New Constituents from Noni (
Morinda citrifolia ) Fruit Juice. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 54(17), 6398–6402.
doi:10.1021/jf060672.
Sholehah D. N., 2010, Pengukuran Kandungan Skopoletin pada Beberapa Tingkat Kematangan Buah Mengkudu (Morinda
citrifolia Linn) dengan Metode KLT Densitometri. Agrovigor, 3 (1), 1-9.
Wijaya H., Dinia R. N., Erna F., & Chaerul A., 2014, Identifikasi Kandungan Skopoletin dalam Berbagai Jenis Umbi-Umbian.
Journal of Agro-based Industry, 31 (1), 11-15.

Anda mungkin juga menyukai