Anda di halaman 1dari 10

“PENGUJIAN SIBURTRAMIN”

DOSEN PEMBIMBING:

WITDIASTUTI, S. FARM

DISUSUN OLEH:

1)
PRUDENTISIMA OKI (16190000001)

4)
PUTRI YOGI SELVIANA (16190000004)

5)
IMELDA MATRUTY (16190000005)

WIDI MIFTAHUL JANAH (161900000012)


4)

14)
MARIANA RENA (16190000016)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)

2021
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA BAHAN OBAT

PENGUJIAN SIBURTRAMIN

A. TUJUAN

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat


mengidentifikasi pengujian Sirbutramin pada jamu pegal linu (Pegal Linu
Gingseng (SM), Xian Ling, dan Wan Tong)

B. DASAR TEORI
Obat tradisional adalah obat asli dari Indonesia yang digunakan
secara turun temurun oleh nenek moyang. Obat tradisional merupakan
campuran bahan alami yang berupa simplisia, hewan, mineral, sarian atau
galenik (BPOM RI, 2005). Menurut Banureah (2009). Presentase
mengkonsumsi jamu pada masyarakat indonesia cukup tinggi alasan
masyarakat menggunakan jamu karena menganggp jamu memiliki efek
samping yang relatif rendah. Jamu yang berbahan baku kimia berpotensi
merusak perkembangan jamu tradisonal.
Jamu merupakan warisan yang menjadi turun menurun nenek
moyang bangsa indonesia yang biasanya dimulai dari proses uji kelayakan.
Pada tahun 2010 penduduk indonesia menggunakan jamu sebagai salah
satu metode untuk menjaga kesehatan maupun untuk pengobatan suatu
penyakit. kecenderungan masyarakat pada jaman modernisasi untuk
kembali ke alam (back to nature) serta krisis yang melanda Indonesia
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat sintetik,
sehingga meningkatkan penggunaan bahan alam, baik sebagai obat
maupun tujuan lain. Sedangkan Bodeker dan Kronenberg (2002)
berpendapat bahwa penggunaan obat komplementer dan alternatif
dikabarkan meningkat tajam. Obat tradisional dan tanaman obat banyak
digunakan masyarakat menengah ke bawah dikarenakan harga yang sangat
terjangkau. Alasan lainnya masyarakat menggunakan obat tradisional yaitu
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman
dibandingkan obat sintesis (Banureah, 2009).
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah jamu Xian
Ling. Manfaat dari jamu Xian Ling adalah untuk mengobati asam urat, flu
tulang, rheumatik, pegal linu, encok, sakit pinggang, menurunkan kadar
asam urat rendah, dan menguatkan ginjal. Bahan kimia yang mungkin
ditambahkan kedalam jamu adalah Sirbutamin. Sibutramin adalah salah
satu obat yang digunakan untuk menurunkan berat badan sehingga
produsen jamu sering menambahkannya dalam sediaan jamu, karena
permintaan dari konsumen yang ingin mengurangi berat badan dengan
biaya yang murah dan dalam waktu yang cepat. Sirbutamin seharusnya
hanya digunakan dibawah pengawasan medis karena dapat meningkatkan
tekanan darah.

C. METODE PENELITIAN

1. ALAT DAN BAHAN

Alat : Beker glass, Erlenmeyer, Pipet tetes, Gelas ukur, Labu takar,

Almunium foil, Timbangan digital, Corong, Kertas saring , Lempeng

KLT silika gel 245, Lampu UV.

Bahan : Jamu pegal linu (Pegal Linu Gingseng (SM), Xian Ling, dan

Wan Tong), Metanol, Aseton, Kloroform, n-Heksan

2. PERHITUNGAN

Eluen = Aseton : Kloroform : n-Heksan


(5 : 3 : 2 )

5
 Aseton = x 20 = 10 ml
10

3
 Kloroform = x 20 = 6 ml
10

2
 n-Heksan = x 20 = 4 ml
10

3. METODE

Preparasi Sampel

Jamu ditimbang sebanyak 1 gram dengan menggunakan kertas saring

dan timbangan analgetik lalu tambahkan 5 ml metanol. Lalu kocok

selama 30 menit kemudian saring filtrat lalu dimasukkan kedalam labu

takar 10 ml selanjutnya ditambahkan dengan metanol .

Pembuatan fase gerak

Fase gerak yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

(5:3:2) Aseton : Kloroform : n-Heksan

Sebanyak 10 ml aseton dimasukan kedalam gelas beaker, kemudian

tambahkan 6 ml kloroform. Lalu tambahkan sebanyak 4 ml n-Heksan

lalu tutup gelas beaker dengan menggunakan almunium foil.


Selanjutnya fase gerak dijenuhkan dengan menggunakan kertas saring.

D. DATA HASIL PENGAMATAN

Rf Sibutramin HCl = 0,9 1. Sampel (1)

Rumus menghitung nilai RF 0


Rf = =0
7,9
= a/b

2. Sampel (2)
Ket :

0
a : jarak awal sampai titik, Rf = =0
7,9

b : jarak Plat KLT 3. Sampel (3)

0
Rf = =0
7,9

Nilai Rf Nilai Rf Nilai Rf Nilai Rf

Sibutramin sampel 1 sampel 2 sampel 3

HCl
Jamu Pegal Jamu Xian Jamu Wan

linu gingseng ling tong

(sm)

0,9 0 0 0
E. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kita melakukan analisis sibutramin HCl pada

jamu pegel linu dengan tiga sampel , Analisis kualitatif menggunakan

metode KLT dengan fase gerak. Metode ini bertujuan untuk

mengidentifikasi kandungan bahan kimia obat sibutramin HCl pada jamu

pegel linu digunakan sampel berupa jamu pegal linu yang yang sudah

memiliki merk dagang masing-masing. Sampel jamu yang digunakan

adalah jamu pegal linu dalam bentuk sediaan serbuk dengan merk dagang

yang berbeda yaitu pegal linu (sm), xian ling, dan wan tong.

Pada praktikum ini dilakukan identifikasi terhadap ketiga merk

jamu diatas menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis).

Identifikasi dengan metode KLT merupakan metode pemisahan campuran

senyawa menjadi senyawa murninya dengan menggunakan dua fase, yaitu

fase gerak dan fase diam. fase diam berfungsi sebagai pemisah yang

menahan atau menark salah satu senyawa untuk diisahkan dari

campurannya. Fase gerak berfungsi sebagai pembawa atau pelarut dimana

dimana senyawa yang terikat pada fase gerak akan ikut terbawa melewati

sistem untuk dipisahkan dari campurannya dan menggunakan detektor


berupa lampu UV 254 nm sebagai penambapak bercak.

Preparasi sampel dilakukan dengan cara memasukkan 1 gram

jamu kedalam erlenmayer, kemudian ditambahkan 5 ml metanol dan

dikocok selama 30 menit. Setelah pengocokkan selesai sampel disaring

dan fitrat dimasukkan kedalam labu takar 10 ml kemudian tambahakan

metanol.

Fase gerak menggunakan media plat silica gel F254 karena fase

gerak ini mampu berfluorosensi dengan baik pada sinar UV 254 nm. Fase

gerak yang digunakan dalam identifikasi sibutramin HCl adalah campuran

aseton : klorofom : n.Heksan (10 : 6 : 4). Sebanyak 10 ml aseton

dimasukan kedalam gelas beaker, kemudian tambahkan 6 ml kloroform.

Lalu tambahkan sebanyak 4 ml n-Heksan lalu tutup gelas beaker dengan

menggunakan almunium foil. Selanjutnya fase gerak dijenuhkan dengan

menggunakan kertas saring.

. Ketiga sampel ditotolkan sebanyak 10 kali penotolan diatas plat,

satu senti di atas plat agar totolan tidak terendan oleh fase gerak. Alasan

penotolan di beri jarak satu senti dari bawah supaya pemisahan senyawa

merambat dengan sempurna. Penotolan dilakukan dengan menggunakan

tusuk gigi sebanyak 10 kali pengulangan.

Setelah sampel ditotolkan diatas plat kemudian dilakukan

pengembangan dengan cara memasukkan plat ke dalam beaker glass yang

sudah terisi eluen yang sebelumnya sudah dijenuhkan terlebih dahulu.


Setelah selesai pengembangan plat dikeluarkan dan dikeringkan dengan

cara diangin-anginkan. Setelah plat kering kemudian deteksi menggunakan

lampu UV 254 nm.

Dari hasil praktikum identifikasi ketiga sampel jamu pegal linu

dengan merk pegal linu (sm), xian ling, dan wan tong dapat dilihat dari

hasil KLT yaitu Dari ketiga sampel tersebut menggunakan fase gerak

tidak ada produk jamu pegel linu yang memiliki nilai Rf sibutramin atau

nilai Rf nya nol dikarenakan eluen tidak bergerak, sehingga dapat

dikatakan sampel tersebut negatif mengandung sibutramin, kita bisa

melihat beberapa faktor yang mengakibatkan tidak ada pergerakan dari

eluen seperti kualitas sorben, kelembaban, lapisan ketebalan lapisan, jarak

pengembangan dan suhu lingkungan.. Kesalahan pembuatan sistem akan

mempengaruhi nilai kualitatif dari KLT ketika perhitungan pelarut tidak

tepat. Kemudian untuk pemilihan eluen kloroform sebagai pelarut

semipolar. Dengan persentase rendah air hal ini juga mengakibatkan tidak

terjadi pemisahan pada KLT

F. KESIMPULAN

Dapat dilihat dari identifikasi ketiga sampel jamu pegal linu

dengan merek jamu pegal linu (sm), xian ling, dan wan tong, hasil KLT

yaitu nilai Rf nya nol dikarenakan eluen tidak bergerak dapat disimpulkan

bahwa pemilihan eluen kloroform sebagai pelarut semipolar. Dengan


persentase rendah air hal ini juga mengakibatkan tidak terjadi pemisahan

pada KLT

G. DAFTAR PUSTAKA

1. A Braittwaite and FJ Smith. Chromatography Methods, 4th

Edition. Chapman and Hall. London. 1985.

2. A Zlatkis and RE Kaiser, High Performane Thin Layer

Chromatography. Elsevier, Amsterdam, 1977.

3. Hamilton RJ, Hamilton S. Thin layer Chromatography. Analytical

Chemistry by Open Learning. John Wiley & Sons. 1987.

4. Handbook of Chromatography, Ed. G Zweig and J Sherma, C R C

Press, Florida.1972 JC Touchstone and MF Dobbins. Practice of

Thin layer Chromatography, J Wiley and Sons, New York. 1980.

5. Kusmardiyani, S. dan A. Nawawi. 1992. Kimia Bahan Alam.

Jakarta: Universitas Bidang Ilmu Hayati.

6. Kumala Sari, Lusia Oktora Ruma. 2006. Pemanfaatan Obat

Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan Keamanannya.

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1. Fak. Farmasi Jember.

Surabaya

7.
8. Muna, E.D.M., C.H.B. Bizarri, J.R.M. Maciel, G.P. Rocha, & I.O.

Araujo. 2013. Method Validation for Methanol Quantification

Present in Working Places. Journal of Physics, 1: 1-8

9. Anonim. 2012. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia No.007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat

Tradisional. Menteri Kesehatan RI. Jakarta

10. Suthar, A.P., Dubey, S.A. & Patel S.R., 2009, A Validated Spesific

Reverse Phase Liquid Chromatographic, Method for The

Estimation of Sibutramine Hydrochloride Monohydrate in Bulk

Drug and Capsule Dosage Forms, International Journal of

Chemtech Research, 1: 793-801

11. Hermanto dan subroto, 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek

Samping,

Anda mungkin juga menyukai