Anda di halaman 1dari 4

Nama : Widi Miftahul Jannah

Npm : 16190000012

Mata kuliah : Farmakologi dan Toksikologi

PEMODIFIKASI EFEK TOKSIK

1. Tinjauan Umum
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari kerusakan atau cedera pada
organisme yang diakibatkan oleh suatu substansi, materi, dan/ atau energi. Sedangkan
toksisitas dapat diartikan sebagai kemampuan racun (molekul) untuk menimbulkan
kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya
(Soemirat, 2005). LD50 atau LC50 didefinisikan sebagai dosis atau konsentrasi yang
diberikan sekali (tunggal) atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara
statistik diharapkan dapat mematikan 50% hewan coba (Priyanto, 2010). Parameter
ini sering digunakan jika suatu organisme dipaparkan terhada konsentrasi bahan
tertentu dalam air atau udara yang dosisnya tidak diketahui. Uji toksisitas akut
seringkali disebut sebagai uji jangka pendek. Uji ini terdiri atas beberapa tes, yaitu uji
dosis respon untuk mencari LD/ LC dan kemungkinan berbagai kerusakan organ, uji
iritasi mata dan kulit, serta skrining pertama terhadap mutagenesitas.

2. Faktor Pejamu
a. Dosis
Zat yang non toksik dapat menjadi toksik jika dosisnya besar. Air
suling/aquadest LD50 intravena pada mencit yaitu 44ml/kg. NaCl
fisiologis memiliki LD50 intravena pada mencit 68 ml/kg. Anak-
anak yang menerima aspirin dosis dewasa (325mg) akan menjadi
toksik.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin pada hewan dapatmenyebabkan perbedaan
efek toksik terutama karena perbedaan hormonalnya.Kloroform
bersifat nefrotoksik pada mencit jantan tetapi tidak pada mencit
betina. Hal ini karena berhubungan dengan hormon adrogen pada
mencit jantan. Pemberian hormon estrogen (hormon wanita) akan
mengurangi efek nefrotoksik.
c. Spesies, strain dan individu
Terdapat perbedaan efek toksik antara satu spesies dengan spesies
lain, terutama pada hewam yamg digunakan dalam pengujia
toksikologi seperti tikus, mencit, anjing, kelinci, kera dan lain-lain.
Perbedaan ini antaranya karena adanya perbedaan mekanisme
detoksifikasi, perbedaan bioaktivasi dan perbedaan toksokinetika
toksikan. Toksisitas etilen glikol pada hewan : kucing > tikus >
kelinci. Etilen glikol mengalami metabolism menjadi asam oksalat
(toksik) dengan CO2. Perbedaan toksisitas sesuai dengan tingkat
produksi asam oksalat. 2- Naftilamin dapat menyebabkan tumor
kandung kemih pada anjing dan manusia, tetapi tidak pada tikus,
kelinci atau marmot. Hal ini karena manusia dengan anjing
menghasilkan metabolit karsinogetik 2-naftil hidroksilamin,
sedangkan makhluk lain tidak.
d. Status Gizi
biotransformasi utama toksikan dikatalisis oleh sistem oksidasi
mikrosomal. Defiensi asam lemak essensial dan protein akan
menekan aktifitas sistem enzim ini.
1. Tikus dan mencit yang mengalami kekurangan nutrisi diatas
akan mengalami egek toksik lebih besar dari heksobarbital dan
aminopilin.
2. Defisiensi vitamin A, C, dan E juka menekan sistem enzim ini.
e. Usia
Keracunan lebih sering terjadi pada usia kurang dari 5 tahun dan
geriatri.
1. Kloramfenikol akan menyebabkan gray sindrom pada bayi dan
pada orang dewasa terjadi anemia aplastic (sumsum tulang
ditekan)
2. Sistem enzim hepatic pada bayi belum sempurna secara optimal
demikian pula fungsi organ lainnya.
3. Pada Geriantri fungsi hati, ginjal, ADME kemampuan kerjanya
menurun.
3. Faktor Lingkungan
Perubahan suhu dapat meningkatkan toksisitas dari kolkisin dan digitalis pada tikus.
Iradiasi pada tubuh dapat meningkatkan toksisitas stimulan SPP tetapi menurunkan
toksisitas depresan SPP. Ditempat tinggi, toksisitas digitalis dan striknin berkurang
sedangkan toksisitas amfetamin bertambah. Dilingkungan yang dekat dengan
kawasan pertenakan lebih mudah menjadi keracunan.

4. Interaksi Kimia
Toksisitas bahan kimia pada suatu organisme dapat meningkat atau berkurang apabila
organisme terkena oleh bahan kimia lain, interaksi yang terjadi diantaranya adalah :
1) Efek Meningkatkan
a. Sifat sinergitas
Efek kombinasi yang terjadi melebihi jumlah efek tiap-tiap toksikan.
sebagai contoh, karbon tetraklorida dan etanol keduanya toksik
terhadap hati (hepatotoksin). Bila berada dalam tubuh secara
bersamaan, akan menjadi jauh lebih toksik.
b. Sifat Aditif
Efek kombinasi sama dengan jumlah efek masing-masing toksikan.
Sebagai cntoh, bila ada dua jenis insektisida organik fosfat
terabsorpsi disaat yang bersamaan, efek toksiknya sama dengan
penjumlahan efek toksik tiap-tiap insektisida tersebut.
c. Sifat Potensiasi
Hadirnya zat nontoksik akan meningkatkan efek toksik dari toksikan
tertentu. sebagai contoh, isopropanol bukan hepatotoksik. Namun,
bila berada dalam tubuh bersamaan dengan karbon tetraklorida, efek
hepatotoksik karbon tetraklorida meningkat.

2) Efek Mengurangi
a. Antagonisme kimia
Efek yang menunjukkan reaksi antara dua bahan kimia yang
menghasilkan keadaan yang kurang toksik, misalnya logam berat oleh
merkaprol.
b. Antagonisme fungsional
Terdapat dua zat kimia yang menghasilkan efek sebaliknya pada suatu
parameter fisiologi, misalnya kerja berlawanan antara perangsang dan
depresan SPP.
c. Antagonisme bersaing
Terjadi bila zat agonis dan antagonis berkerja pada reseptor yang sama,
misalnya penghambatan efek nikotin pada ganglion oleh zat
penghambat ganglionic.
d. Antagonism Nonkomperatif
Terjadi bila efek toksik zat kimia dihambat oleh zat lain yang tidak
bekerja pada reseptor yang sama. Sebagai contoh atropine mengurangi
toksisitas penghambat reseptor pada asetilkolinesterase, tetapi bekerja
dengan menghambat untuk asetilkolin yang menumpuk.

Anda mungkin juga menyukai