Disusun oleh :
Dosen Pembimbing:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
halangan suatu apapun. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi 1.
Sebagai manusia biasa, kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari pembaca guna perbaikan dimasa mendatang.
Penulis, Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang..............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan...........................................................................................................6
BAB II......................................................................................................................7
PEMBAHASAN......................................................................................................7
A. Definisi Depresi............................................................................................7
3
J. Antidepresan Atipikal.................................................................................17
BAB III..................................................................................................................19
KESIMPULAN......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
SSP yang disebabkan obat. Penelitian tentang antidepresi sebagian besar
diarahkan pada efeknya pada berbagai neurotransmitter amin dalam otak.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan depresi?
2. Bagaimana indikasi pemberian obat antidepresi?
3. Apa saja nama-nama obat antidepresan?
4. Bagaimana efek samping obat antidepresan?
5. Bagaimana mekanisme obat-obat antidepresan?
6. Apa saja gejala target untuk obat antidepresan?
7. Apa saja aktivitas sinaptik obat antidepresan?
8. Apa yang dimaksud Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI)?
9. Apa yang dimaksud Antidepresan Trisiklik (TCA)?
10. Apa yang dimaksud Antidepresan Atipikal?
C. Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Depresi
Indikasi utama
7
Gangguan ansietas Gangguan panik, gangguan obsesif –
konvulsi, gangguan ansietas sosial,
gangguan ansietas umum, GSPT
Bukti untuk kategori antidepresan lain
Selective serotonin reuptake inhibitors Indikasi tambahan menurut U.S food and
drug administration (FDA) : bulinia
(SSRIs)
nerfosa, gangguan premenstrual disporik
(pemberian siklus penuh dan setengah
bukti sedang : obesitas penyalahgunaan
zat, inpulsif dan marah berhubungan
dengan gangguan kepribadian, sindrom
nyeri.
8
kepala, diabetik, neuropati dan sindrom
nyeri lainnya (amitriptyline, dexepin),
apnea tidur (protriptyline),
(SARI)
Nefazodone 300-500 PO
Trazodone 150-300 PO
9
Serotonin – Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SNRI)
Desvenlafaksin 50-100 PO
Milnacitran 12-100 PO
Venlafaksine 75-300 PO, XR
Triciclic Antidepressant Dr ugs (Tca)
Tersier (Orang Tua)
Amitriptyline 150-300 PO, IM
Amoxapine 200-300 PO
Clomipramine 100-250 PO
Doxepin 150-300 PO,L
Imipramine 150-300 PO
Trimipramine 150-300 PO
Sekunder (Metabolit)
Desipramine 150-300 PO,L
Notriptyline 50-150 PO,L
Protriptyline 15-60 PO
Tetraciclics
Amoxapin 150-300 PO
Maprotiline 75-200 PO
Monoamine Oxidase Inhibit ors (MAOI)
Isocarboxazid 20-60 PO
Phenelzine 45-90 PO
Selegiline 10-50 PO
Selegiline 6-12 TS
Tranylcypromine 20-60 PO
10
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat
penggunaan obat antidepresan:
1. Mual
2. Pusing
3. Agitasi
4. Berat badan bertambah
5. Hilangnya hasrat seksual
6. Disfungsi ereksi
7. Penurunan orgasme
8. Retensi urine
9. Kelelahan
10. Gelisah
11. Mengantuk
12. Sulit tidur atau insomnia
13. Mulut kering
14. Penglihatan kabur
15. Gangguan irama jantung atau aritmia
16. Sembelit
Beberapa obat antidepresan tertentu juga dapat menyebabkan
meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Meski jarang terjadi, obat
antidepresan juga dapat menyebabkan beberapa efek samping yang lebih
serius dan fatal, yaitu:
1. Sindrom serotonin, yang ditandai dengan berkeringat, diare, kejang,
detak jantung tidak teratur, dan pingsan.
2. Hiponatremia, yang ditandai dengan sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan
berkurang, lemah dan lesu, disorientasi, psikosis, kejang, bahkan koma
11
aminabiogenik yang mengemukakan bahawa defresi disebabkan oleh
defisiensi monoamina seperti norepinefrin dan serotonin pada area-area kunci
tertentu dalam otak. Sebaliknya, teori tersebut menafsirkan bahwa mania
disebabkan oleh produksi neurotransmiter tesebut terjadi berlebih. Namun,
teori amina depresi dan mania tersebut terlalu sederhana. Teori ini gagal
menjelaskan alasan efek farmakologi setiap obat anti depresan dan antimania
pada neurotransmisi segera terjadi, sedangkan waktu perjalanan respons
terapeutik terjadi selama beberapa minggu. Lagi pula, potensi obat-obat
antidepresan dalam penghambatan ambilan neurotransmiter seringkali tidak
berkaitan dengan efek anti depresan yang diamati secra klinis. Teori ini
menyatakan bahwa penurunan ambilan neurotransmiter hanya merupakan
efek awal obat, yang tidak dapat langsung menyebabkan efek antidepresan.
Keberadaan penurunan densitas reseptor penghambat prasinaps dalam otak
yang berlangsung setelah 2 – 4 minggu penggunaan obat antidepresan telah
diungkapkan. Regulasi – turun ( down regulation ) reseptor inhibitorik
memungkinkan sintesis dan pelepasan neurotransmiter yang lebih hebat untuk
memasuki celah sinaps dan meningkatkan pembentukan signal pada neuron
pascasinaps, yang rupanya menyebabkan respons terapeutik.
12
10. Secara subjektif mengungkapkan depresi (anhedonia, harga diri rendah,
pesimis, keputusasaan, mencela diri, perasaan bersalah,
ketidakberdayaan, kesedihan)
11. Pikiran bunuh diri
13
Vilazodone Inhibisi reuptake : 5HT
Partial agonis : 5-HT1
MAOI adalah antidepresan yang sangat efektif untuk obat antipanik dan
antifobia dan antidepresan yang efektif secara klinis ditemukan pertama kali
pada tahun 1950-an. Penggunaan MAOI untuk mengobati depresi.
Meskipun TCA sebagai sebuah kelas mencakup beberapa obat yang secara
struktural berbeda, namun efek klinis yang dihasilkan sangat mirip. Dalam
berbagai tingkatan, TCA secara keseluruhan meiliki tindakan primer yang
sama, seperti serotonin dan inhibisi reuptake noreoinefrin (efek terapeutik ),
serta menghambat tig reseptor yang tidak terlibat dalam depresi : reseptor
kolinergik muskarinik (efek samping antikolinergik), reseptor histamin H1
(sedasi, kenaikan berat badan), dan reseptor alpha1-noradrenergik (hipotensi
ortostatik, pusing ).
TCA dapat menimbulkan efek samping berbahaya pada jantung.
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan pada dewasa berusia di atas 40 tahun,
seluruh klien anak dan remaja serta klien dengan masalah konduksi jantung
sebelum diresepkan TCA.
TCA juga bersifat mematikan jika overdosis sehingga perlu penilaian
dasar yang seksama dan pengkajian keinginan bunuh diri sebelum obat
digunakan sebagai terapi. Klien lanjut usia dan klien dengan yang lebih
14
rendah dibandingkan dewasa yang sehat. Pengkajian seksama harus dilakukan
terhadap efek samping saat klien akan mengonsumsi obat tersebut.
TCA (kecuali amoxapine dan trimipramine) memiliki kadar darah yang
relevan secara klinis, membuat pemantauan dosis terapeutik yang lebih tepat
jika diperlukan. TCA efektif sebagai obat golongan terbaru dan karena telah
tersidia dipasaran selama beberapa dekade, membuat harganya lebih murah
dibandingkan kebanyakan obat lainnya yang digunakan untuk mengobati
depresi dan ansietas sehingga menjadi pilihan yang baik bagi beberapa klien.
Antidepresan trisiklikn ( tricyclik antidepressant/TCA ) menghambat
ambilan-kembali norepinefrin dan serotonin menuju neuron sehingga,
seandainya baru ditemukan hari ini, TCA mungkin akan dimasukan dalam
SNRI, kecuali perbedaan dalam efek samping yang terkait kelas antidepresan
yang lebih baru tersebut. TCA meliputi amina tersier intipramine (merupakan
obat prototipe), antitriplyline, domipramine, doxepin dan trimipramine. TCA
juga meliputi amina sekunder desipramine dan nortriptyline (metabolit N-
dimetilasi dari imipramine dan amitriplyline), serta protriptyline.
Maprotyline dan amarapine berhubungan dengan agen antidepresan “
tetrasiklik” dan secara umum, dimasukan dalam kelas TCA. Semua obat ini
memiliki manfaat trapeutik yang mirip dan pilihan obat mungkin tergantung
pada masalah, seperti toleransi pasien terhadap efek samping, respons
sebelumnya, kondisi media yang ada sebelumnya dan durasi kerja.
1. Mekanisme kerja
Penghambatan ambilan-kembali neurotransmiter, TCA dan
amoxapine merupakan penghambatan kuat ambilan-kembali norepinefrin
dan serotinin yang memasuki ujung sarap prasinaps. Pada konsentrasi
terapeutik, TCA tidak menghambat pengangkut dopamin. Dengan
menyekat/menghambat rute utama pengeluaran neurotransmiter, TCA
meningkatkan konsentrasi monoamina pada celah sinaps, dan akhirnya,
menyebabkan efek antidepresan. Maprotiline dan desipramine merupkan
penghambatan selektif ambilan-kembali norepinefrin.
15
Penghambatan reseptor : TCA juga menghambat reseptor
serotonergik, adrenergik, histamik dan muskarinik. Masih belum
diketahui kemungkinan manfaat terapeutik dari salah satu kerja ini.
Namun, kerja pada reseptorreseptor ini mungkin bertanggung jawab
terhadap efek-efek yang tidak diinginkan dari TCA. Amoxapine juga
menghambat reseptor.
2. Kerja
TCA meningkatkan mood, memperbaiki kewaspadaan mental,
meningkatkan aktivitas fisik dan menurunkan pra-okupasi morbid pada
50-70 persen penderita depresi mayor. Awitan peningkatan mood ini
berlangsung lambat, memerlukan 2 minggu atau lebih . Obat-obat ini
tidak menyebabkan stimulasi SSP atau peningkatan mood pada orang
normal. Ketergantungan fisis dan psikologis jarang dilaporkan, tetapi
keadaan ini perlu diputus secara lambat untuk mengurangi risiko sindrom
penghentian zat dan efek rebound kolinergik.
Keguanaan terapeutik TCA efektif dalam mengobati depresi
mayor sedang hingga berat. Beberapa pasien dengan gangguan panik
juga berespons terhadap TCA, imipramine telah digunankan pada anak
yang mengompol (lebih dari 6 tahun) dengan cara menyebabkan
kontraksi sfingter interna kandung kemih. Saat ini, TCA digunakan
secara hati-hati karena dapat menginduksi aritmia jantung dan masalah
kardiovaskuler serius lainnya. TCA, terutama amitriptyline, digunakan
untuk mengobati nyeri kepala migrain dan sindroma keadaan dengan
penyebab nyeri yang tidak jelas.
J. Antidepresan Atipikal
16
Antidepresan atipikal adalah kelompok obat yang bekerja pada beberapa
lokasi yang Berbeda , kelompok ini meliputi burpropion, mirtazapine ,
nefazodone, dan trazodone. Obat – obat tidak lagi lebih efektif di bandingkan
antidepresan trisiklik atau SSRI , tetapi profil Efek samping obat – obat ini
berbeda.
1. Bupropion
Obat ini bekerja sebagai penghambat ambilan – kembali dopamin
dan norepinefrin yang lemah untuk meringankan gejala depresi. Waktu
paruh obat ini yang pendek. Memungkinkan untuk memerlukan
pemberian dosis lebih dari sekali sehari atau pemberian formulasi lepas –
lambat. Burpropion bersifat unik karena obat ini membantu mengurangi
keinginan yang kuat ( craving ) dan meringankan gejala Putus nikotin
pada pengguna tembakau yang sedang berusaha berhenti merokok. Efek
samping dapat mencakup mulut kering , berkeringat , gelisah , tremor ,
disfungsiseksual meskipun sangat jarang , dan peningkatan risiko kejang
pada dosis tinggi . burpropion di metabolisme oleh jaras CYP2D6 dan
dianggap memiliki risiko interaksi antar – obat yang relative rendah.
2. Mirtazapine
Obat ini meningkatkan neurotransmisi serotonin dan nonepinefrin
melalui mekanisme yang terkait pada kemampuannya untuk menghambat
reseptor a2 prasinaps. Selain itu, obat ini dapat menghambat reseptor 5-
HT2. Mirtrazapine bersifat sedatif karena aktivitas antihistaminnya yang
kuat, tetapi obat ini tidak menyebabkan efek samping antimuskarinik,
seperti pada antidepresan trisiklik, atau mengganggu fingsi seksual,
seperti yang dilakukan SSRI. Peningkatan nafsu makan dan berat badan
sering terjadi. Mirtazapine sangat bersifat sedatif sehingga dapat
digunakan pada pasien depresi yang mengalami kesulitan tidur
3. Nefazodone dan Trazodone
Obat-obat ini merupakan penghambat lemah ambilan-kembali
serotonin. Manfaat terapeutik obat-obat ini tampaknya berkaitan dengan
kemampuan obatobat ini untuk mneghambat reseptor 5-HT2A
17
pascasinaps. Pada penggunaan kronis, obat-obat ini dapat
mendesensitisasi otoreseptor 5-HT2A pascasinaps sehingga
meningkatkan pelepasan serotonin. Nefazodone dan trazodone bersifat
sedatif, mungkin karena aktivitas penghambatan-H1 obat-obat ini yang
kuat. Trazodone menyebabkan priapismus dan nefrazodone berisiko
hepatotoksisitas.
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, N. (2015). Buku ajar psikiatri Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Dasopang, E.S., Harahap, U., Lindarto, D. (2015). Jumlah obat dan interaksi
obat pasien usia lanjut rawat jalan dengan penyakit metabolik. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia.
3. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
4. Redayani, P. (2015). Buku ajar psikiatri Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Rianti, I., Octaviany, A.F., Kinanti, S. (2015). Analisis efektivitas terapi dan
biaya antara haloperidol kombinasi dengan risperidon kombinasi pada
terapi skizofrenia fase akut. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
6. Sari, D.P. (2015). Interaksi obat antipsikotik pada pengobatan pasien
skizofrenia rawat jalan di RSUP H.Adam Malik Medan [Skripsi]. Medan :
USU.
20
21