Anda di halaman 1dari 18

PERCOBAAN 11

ANALISA SAMPEL PARACETAMOL DAN KAFEIN


MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMRTRI UV-VIS

Nama : Nindi Arnanda


NPM : 1843050082
Judul : Analisa Sampel Paracetamol dan Kafein
Menggunakan Metode Spektofotometri UV-VIS
Tujuan : Untuk mengetahui kadar Paracetamol dan Kafein
dalam sediaan obat sakit kepala (Panadol Ekstra)
Hari / Tanggal : Sabtu / 8 Januari 2022
Tempat : Laboratorium Praktikum Analisa Instrumen Fakultas
Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

I. DASAR TEORI

Penggunaan spektofotometer dalam menentukan absorbansi


maupun transmitan dalam suatu sampel sangat menguntungkan dalam
suatu penelitian, hal tersebut dinilai berdasarkan effektivitas dan efisiensi
dari penggunaan metode spektofotometri. Spektofotometri adalah suatu
metode pengukuran kuantitatif dalam kimia analisa terhadap sifat refleksi
atau transmisi cahaya suatu materi sebagai fungsi dari panjang gelombang,
[1] sedangkan Spektofotometer adalah sebuah alat instrumen analisa yang
berfungsi sebagai pengukur transmitan/absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang.[2]
Dalam analisis spektofotometri digunakan sumber radiasi yang
condong kedalam daerah ultraviolet spektrum tersebut. Dari spektrum
akan dipilih panjang panjang gelombang tertentu dengan lebar pita <1nm.
Sektofotometri optis merupakan sebuah instrumen yang memiliki sistem
optis yang dapat memunculkan sebaran/dispersi radiasi elektromagnetik
sinar masuk dengan mana dapat dikerjakan pengukuran kuantitas radiasi
yang di teruskan pada panjang gelombang terpilih dari jangka sprektal.
Fotometer adalah sebuah aparatus untung menghitung intensitas radiasi
yang diteruskan suatu fungsi intensitas, bila dipergunakan bersama dalam
spektofotometer, kedua alat tersebut akan menghasilkan suatu isyarat yang
bersesuaian dengan selisih antar radiasi yang kemudian akan dilanjukan
oleh bahan pembanding dan radiasi pada panjang panajang gelombang
yang terpilih. [3]
Penetapan kurva baku dilakukan untuk mengetahui hubungan
anatara konsentrasi larutan dengan nilai absorbansinya.[4] Pembuatan
kurva baku digunakan untuk mencari persamaan regresi linear sehingga
dapat digunakan dalam penentuan suatu kadar yang telah diketahui nilai
absorbansinya. Persamaan regresi linear ini merupakan hubungan antara
kadar dari sampel dengan absorbansi sampel teruji. [5]
Absorban yang terbaca pada suatu panjang gelombang adalah
jumlah absorban dari senyawa senyawa yang menyerap pada panjang
gelombang tersebut, hal ini berdasarkan pada prinsip additive nature of
lambert-Beer.[6] Cahaya yang masuk dengan intensitas tertentu (I0) akan
berkurang intensitasnya ketila melewati larutan. Berkurangnya intensitas
sinar dikarenakan adanya serapan oleh larutan yang dilewati. Intensitas
cahaya setelah melewati larutan (It) dan biasanya dinyatakan dalam satuan
persen transmitan (%T) sedangkan cahaya yang di serap adalah absorbansi
(A).
¿
%T = I 0 x 100
¿
-log T = log I 0 = A

Berdasarkan Hukum Lambert-Beer, absorbansi dari suatu sample


akan sebanding dengan ketebalan, konsentrasi sampel, dan absorptifitas
molar. Bila ketebalan benda (b) dan kosentrasi materi (c) yang dilewati
bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Jadi absorbansi
berbanding lurus dengan ketebalan dan konsentrasi. Selain itu faktor yang
berpengaruh terhadap besar atauoun kecilnya absorbansi adalah
absorptifitas molar (c) dari larutan yang diukur tersebut. Sehingga dapat
dirumuskan menjadi:[7]
A= ε b c
Sediaan obat sakit kepala yang beredar di pasaran sebagian besar
berupa campuran dari berbagai zat berkhasiat. Sebagian besar campuran
tersebut bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan dalam
pemakaian sediaan obat tersebut. Salah satu campuran zat aktif yang
paling sering dijumpai dalam sediaan obat sakit kepala adalah parasetamol
dan kafein. [10,11]
Paracetamol (nama internasional yang digunakan dalam Eropa)
dan Acetaminophen (nama internasional yang umum digunakan di AS)
adalah nama resmi dari senyawa kimia N-asetil-para-aminofenol dan
Nacetil-para-aminophenol. WHO mengkalsifikasikan Paracetamol sebagai
kelompok analgesik yang secara tepat mendefinisikan penerapan
analgesik. Paracetamol dilkelompokan dalam tiga klasifikasi pengobatan
intensitas terhadap nyeri, yaitu pada nyeri intensitas sedang, analgesik
lemah bersama dengan obat analgesik nonsteroid dan analgesik non-opioid
dasar.[8] Paracetamol / acetaminopen adalah obat analgesic dan
antipyretik yang umum digunakan untuk mengobati nyeri dan sakit ringan
seperti sakit kepala, sakit ringan, dan demam.[3] menurut FI III,
Paracetamol dengan nama lain acetaminopen dengan rumus molekul
C8H9NO2 berbentuk serbuk putih tidak berbau dengan rasa yang pahit.
Larut dalam 70 bagian air, larut dalam air panas, 7 bagian etanol, dan
stabil dalam air. Memiliki khasiat sebagi analgetik antipiretik.
Parasetamol (4-Acetamidophenol) memiliki struktur kimia berat
molekul 151, 16 g/mol. [11,12] Parasetamol merupakan salah satu obat
yang paling umum digunakan diberbagai belahan dunia karena khasiatnya
yang membantu mencegah nyeri sendi, sakit gigi, sakit kepala seperti
migrain, nyeri otot, dan juga digunakan untuk menurunkan demam yang
berasal dari virus dan bakteri. [11,13]
Caffein/ Kafein adalah zat psikoaktif yang sering dijumpai dalam
kopi, teh, soda, dan cokelat. Kafein adalah senyawa alkaloid metilxantine
(basa purin) yang berbentuk kristal putih. Kafein memiliki kegunaan
sebagai stimulan sistem syaraf pusat (Stimulansia) dan mempercepat
metabolisme (diuretik), selain itu kafein juga sering dipergunakan untuk
meningkatkan rasa kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan memperbaiki
suasana hati. Tidak hanya itu kafein juga dapat membantu kerja fisik
dengan meningkatkan daya tahan tubuhdan meningkatkan kontraksi otot.
[9] menurut FI III (hal 175) Kafein (Kafeina) dengan nama resmi
Coffeinum dengan rumus molekul C8H10N402 berbentuk serbuk atau
hablur berbentuk jarum, sering kali didapati menggumpal, tidak berbau,
dan berasa pahit. Aggak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
96%, dan larut dlam kloroform dan dalamater. Kafein (1, 3, 7,
trimethylxanthine) merupakan sejenis alkaloid heterosiklik yang termasuk
dalam golongan methylxanthine. Menurut definisi artinya senyawa
organik yang mengandung nitrogen degan struktur dua cincin atau dua
siklik. [11,14] Kafein memiliki berat molekul 194,19 g/mol dan fungsinya
untuk menstimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat efek
analgetik parasetamol. [11,15]

II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat-alat yang digunakan :


1. Gelas Kimia 250 mL : 1 Buah
2. Gelas Kimia 50 mL : 2 buah
3. Labu Ukur 1000ml : 1 Buah
4. Labu Ukur 100mL : 1 buah
5. Labu Ukur 50 mL : 1 Buah
6. Labu Ukur 25 ml : 5 Buah
7. Labu Ukur 10ml : 5 Buah
8. Erlenmeyer : 2 buah
9. Gelas Kimia 10 mL : 2 buah
10. Kuvet Kuarsa : 2 Paket
11. Instrumen Hitachi UH5300 spektrofotometer UV-Vis Double Beam
12. Neraca analitik OHAUS
13. Magnetic stirrer
14. Spatula
15. Lumpang alu
16. Pro pipet

B. Bahan-bahan yang digunakan :


1. Standard baku Paracetamol
2. Standard baku Kafein pro Analisis kadar 98% -101%
3. Sampel Obat Panadol Ekstra
4. Metanol pro analisis kadar 100%
5. Kertas whatman No. 41
6. Aquadest

III. PROSEDUR KERJA


A. Membuat Larutan Baku / Induk Kafein 100 ppm
1. Menimbang sebanyak 25mg serbuk Kafein standar, kemudian
melarutkannya dengan 37,5 mL metanol. Selanjutnya mengaduk
larutan tersebut selama ± 15 menit menngunakan magnetic strirrer.
2. Memindahkan larutan kedalam labu ukur 250mL, kemudian
mengencerkan larutan tersebut menggunakan aquadest hingga 1/3
volume labu ukur (dibawah tanda batas)
3. Menepatkan volume dalam labu ukur, dengan menyeka terlebih
dahulu agar tidak ada penambahan volume.
4. Menghomogenkan larutan dalam labu ukur.
B. Pembuatan larutan Baku / Induk Paracetamol 100 ppm
1. Menimbang sebanyak 25mg serbuk Paracetamol standar, kemudian
melarutkannya dengan 37,5 mL metanol. Selanjutnya mengaduk
larutan tersebut selama ± 15 menit menngunakan magnetic strirrer.
2. Memindahkan larutan kedalam labu ukur 250mL, kemudian
mengencerkan larutan tersebut menggunakan aquadest hingga 1/3
volume labu ukur (dibawah tanda batas)
3. Menepatkan volume dalam labu ukur, dengan menyeka terlebih
dahulu agar tidak ada penambahan volume.
4. Menghomogenkan larutan dalam labu ukur.

C. Pembuatan Kurva Baku/ Standar Paracetamol


D. Pembuatan Kurva Baku/ Standar kafein
E. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
F. Penentuan Nilai Koefisien Absorptivitas Molar
G. Pembuatan Larutan Sampel 1000 ppm
H. Penentuan Kadar Sampel

IV. HASIL PENGAMATAN


No Variabel yang diamati Hasil Pengamatan

1 Kurva Baku Paracetamol

a. Nilai absorbansi kurva baku 2ppm


b. Nilai absorbansi kurva baku 4 ppm
( Tertera dalam
c. Nilai absorbansi kurva baku 6 ppm
lampiran gambar 2 )
d. Nilai absorbansi kurva baku 8 ppm
e. Nilai absorbansi kurva baku 10 ppm
2.
Operating Time Paracetamol

a. 2 menit
A= 0.535
b. 4 menit
c. 6 menit (Tertera dalam
d. 8 menit lampiran gambar 3)
e. 10 menit
A= 0,500
f. 12 menit
g. 14 menit
h. 16 menit
A = 0,0074
3. i. 18 menit
A = 0,0124
j. 20 menit
A = 0.0358
Kurva Baku Kafein
A = 0,0492
a. Nilai absorbansi larutan 1 (1,750 ml) A = 0,0855
b. Nilai absorbansi larutan 2 (2,000 ml)
c. Nilai absorbansi larutan 3 (2,250 ml) (Tertera dalam
d. Nilai absorbansi larutan 4 (2,500 ml) lampiran gambar 4)
e. Nilai absorbansi larutan 5 (3,000 ml)

V. ANALISIS DATA

Penentuan kurva baku pad operatin time dar paracetamol dan


kafein dalam percobaan kali menggunakan seperangkat alat
spektofotometer UH5300 UV/VIS Hitachi pada pengukuran kadar
absorbansi standard paracetamol dan Spektofotometer UV/VIS Perkin
Elmer lambda 20 untuk penentuan kafein. Masing masing alat memiliki
karakteristik alat yang hampir sama sehingga tidak mempengaruhi hasil
dari percobaan kali ini.
Pada praktikum penetapan kurva baku pada operating time dari
Paracetamol dan kafein, hal pertama yang diuji adalah waktu operating
time dari paracetamol pada panjang gelombang maksimum dari
paracetamol. Menurut Sayuti,MI (2017) “Panjang gelombang maksimum
dari standard paracetamol adalah 247 nm”. Penentuan operating time
bertujuan untuk mengetahui seberapa lama waktu yang diperlukan oleh
larutan standard paracetamol dalam memcapai nilai absorbansi yang stabil
(konstan) Optimasi waktu kestabilan larutan baku paracetamol ini
ditentukan dengan mengukur absorbansi larutan standart baku paracetamol
dengan konsentrasi 6 ppm pada panjang gelombang maksimum
paracetamol (247nm) dengan rentang waktu 0 hingga 20 menit dengan
rentang pengukuran tiap 2 menit sekali dengan spektofotometer UH5300
UV/VIS Hitachi.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil pengujian operating


time dari larutan standard paracetamol yang di ukur selama 20 menit
dengan rentang waktu 2 menit seklai menunjukan kestabilan nilai
absorbansi dari menit ke-0 hingga menit ke 14, hal tersebut dikarenakan
berdasarkan hasil pengukuran menggunakan spektofotometer menunjukan
hasil absorbansi yang relatif konstan. Adanya perubahan nilai absorbansi
larutan standard baku paracetamol dimulai pada menit ke 16, hal tersebut
diduga diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan dalam larutan baku
paracetamol karena pelarut yang digunakan dalam melarutkan standard
baku paracetamol adalah etanol 96%. Yang kita ketahui bahwa sifat dari
etanol 96% yang mudah menguap menyebabkan larutan tidak dapat
bertahan lama atupun tidak stabil dalam pemakaianya, maka dari hasil
percobaan pengukuran operating time larutan baku paracetamol dengan
pelarut etanol 96% menunjukan bahwa optimasi larutan baku bertahan
selama ±14 menit setelah larutan terekspos udara terbuka.

Selanjutnya dalam penentuan kurva baku standard paracetamol


mendapatkan hasil linear dengan garis yang lurus. Menurut Ermer dan
Miller (2005) “Linieritas menunjukan kemampuan suatu metode analisis
untuk memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit
dalam sampel pada kisaran konsentrasi tertentu” dalam percobaan
praktikum penentuan kurva baku pada operating time paracetamol yang
telah kita ketahui optimum timenya selama 14 menit, langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat kurva kalibrasi dri beberapa set larutan
standart yang telah di ketahui konsentrasinya. Pada umumnya metode
kurva kalibrasi dilakukan dalam menentukan konsentrasi suatu analit
berdasarkan hukum Lambert-Beer. Penentuan ini dilakukan dengan
menganalisis deret konsentrasi larutan standard paacetamol, yang pada
praktikum kali ini digunakan sejumah deret kelipatan 2 yaitu 2; 4; 6; 8;
dan 10 ppm.

Deret konsentrasi larutan baku paracetamol tersebut selanjutnya di


ukur nilai absorbansinya dengan spektofotometer dengan panjang
gelombang maksumum paracetamol yaitu 274 nm. Pengukuran nilai
absorbansi larutan standard paracetamol ini akan menghasilkan
titikserapan terbesar untuk setiap larutan standard paracetamol
dikarenakan pengukuranya menggunakan panjang gelombang maksimum
dari paracetamol. Dari hasil yang diperoleh dalam percobaan hasil
pengukuran menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi larutan
standard paracetamol yang diukur, maka akan semakin besar juga nilai
absorbansi yang akan di peroleh, serta tinggkat kepekaan senyawa
paracetamol akan semakin tinggi. Tidak hanya itu, menurut Skoog dan
West (1971) “Hukum Lambert-Beer menunjukan bahwa perubahan
konentrasin suatu sampel tertentu akan mengubah absorbansi pada tip
panjang gelombang dengan suatu faktor yang konstan”

Dalam pembuatan kurva kalibrasi standart dibuat sebuah


persamaan linear dengan memproyeksikan larutan standard paracetamol
pada sumbu X dan nilai absorbansinya pada sumbu Y, kemudian titik
tersebut diproyeksikan dengn menarik dan menghubungkan tiap titik
hingga membentuk garis yang lurus. Hasil proyeksi yang diperoleh dapat
diamati pada lembar Lampiran pada gambar ke-2. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disebut kurva baku standard paracetamol yang diuji linear.
Menurut Chan (2004), kurva dapat dikatakan linear jika nilai koefisien
korelasi yang di peroleh memenuhi persyaratan yaitu ≤0,9970. Dalam
percobaan praktikum kali ini diperoleh hasil proyeksi kurva baku standard
paracetamol dengan persamman linear y = 0,0794x + 0,0311 dengan nilai
Koefisien korelasi (R) = 0,9973. Koefisien korelasi (R) yang telah
diperoleh ini adalah hubungan antara konsentrasi paracetamol dengan nilai
absorbansinya, dan memenuhi kriteria parameter linier. Nilai range yang
telah diperoleh memproyeksikan bahwa kurva kalibrasi yang diperoleh
sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang nantinya dapat digunakan untuk
menentukan validasi metode penentuan kadar paracetamol dalam suatu
sampel dengan metode yang sama yakni spektofotometer UV/VIS

Dalam pengukuran kurva baku kafein menggunakan metode


panjang gelombang peak to peak dengan alat spektofotometer yang
berbeda merek yakni menggunkan spektofotometer UV/VIS Perkin Elmer
Lambda 20. Pada percobaan praktikum kali ini membuat kurva kalibrasi
larutan standart kafein dengan beberapa deret konsentrasi kemudian di
hitung absorbansinya pada panjang gelombang peak to peak jarak vertikal
antara puncak maksimum pada panjang gelombang 268nm dan puncak
minimum pada 270 nm larutan baku kafein. Persamman kurva baku
menyatakan hubungan linear antara konsentrasi dan amplitudo peak to
peak. Persamaan linear yang di peroleh adalah y = 0,0193x - 0,0199. Sebagai
parameter linieritas digunkan koefisien korelasi (R) dimana koefisien
korelasi ini menunjukan konsentrasi dan amplitudo. Dari hasil percobaan
di peroleh (R) 0,99058 maka persamaan kurva dianggap linear karena
memenuhi syarat linieritas. Maka dari itu kurva baku memiliki koefisien
korelasi yang baik sehingga nantinya dapat digunakan umtuk menghitung
kadar sampel kafein dengan metode yang sama dengan spektofotometer.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Hubungan konsentrasi paracetamol dan absorbasi pada panjang
gelombang maksimumnya memperoleh hasil R = 0,9973.
2. Hubungan konsentrasi kafein dengan absorbansi pada panjang
gelombang peak to peak memperoleh hasil R = 0,99058.
3. Persamaan garis linear dari kurva kalibrasi paracetamol adalah y =
0,0794x + 0,0311 dan persamman garis linear dari kurva kalibrasi
kafein adalah y = 0,0193x - 0,0199

VII. DAFTAR PUSTAKA


[1] Buku Penuntun/ Modul Praktikum Analisis instrumen Universitas
Muhammadyah Prof. Dr. Hamka Jakarta 2019
Dapat diakses pada : http://repository.uhamka.ac.id/id/eprint/6331/1/PDF-
%20MODUL%20PRAKTIKUM%20INSTRUMENTASI.pdf

[2] BPPT UV-VIS Spektofotometer.


Dapat diakses pada: https://polimer.bppt.go.id/id/alat-alat-pengujian-id/uv-
vis-spectrophotometer

[3] Analisa Parasetamol Metode Spektrofotometer UV [Makalah]


Basset, J - Denney, R.C – Jeffery, G.H – Mendham, J. BUKU AJAR
VOGEL KIMIA ANALISIS KUANTITATIF ANORGANIK. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG 
[4] Fatimah. SF*. Aisyah. V. Nurari. LH. Edityaningrum. CA.
ANALYTICAL METHOD VALIDATION OF β-CAROTENE
ONSpirulina maxima 96% ETHANOLIC EXTRACT
WITHSPECTROPHOTOMETRY VISIBLE. Media Farmasi Vol. 15
No.1. 2018 : 1-13.
http://journal.uad.ac.id/index.php/MediaFarmasi/article/download/
12354/6180

[5] https;//dspace.uii.ac.id handle PDF 17 BAB IV pembahasan 4.1


Penentuan panjang gelombang

[6] PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II Universitas


Peradanban Dapat diakses pada:
https://farmasi.peradaban.ac.id/wp-content/uploads/2019/03/PETUNJUK-
KA-2-2019.pdf

[7] Alexander H. Analisis Spektofotometer Visibel [Laporan Praktikum]


2013 https://www.scribd.com/doc/166915231/analisis-spektrofotometri-
visible

[8] Bebenista. MJ. Nowak. JZ. Paracetamol; Mechanism of Action,


Applications, and safety concern. Acta Poloniae Pharmaceutica - Drug
Research, Vol. 71 No. 1. 2014. 11-23.
https://www.ptfarm.pl/pub/File/Acta_Poloniae/2014/1/011.pdf

[9] http://scholar.unand.ac.id/25289/2/BAB%201.pdf

[10] Damayanti, S., Ibrahim, S., Firman, K., and Tjahjono, D. H.,
“Simultaneous Determination of Paracetamol and Ibuprofen Mixtures By
High-Performance Liquid Chromatography,” IJC, 3 (1), 9-13, 2003.
[11] Sari, Ade I.N, Kuntari, “Penentuan Kafein dan Parasetamol dalam
Sediaan Obat Sakit Kepala Secara Simultan Menggunakan
Spektrofotometer UVVis” Sari et al., Ind. J. Chem. Anal., Vol. 02, No 01,
2019, pp. 20-27, DOI : 10.20885/ijca.vol2.iss1.art3
https://ijca.uii.ac.id/media/282085-penentuan-kafein-dan-parasetamol-
dalam-s-9ec0000f.pdf

[12] Rodenas, V., Garcia MS., Sanchez- pedreno, C., and Albero MI.,
“Simultaneous Determination of Propacetamol and Paracetamol by
Derivative Spectrophotometry,” NCBI, 52, 517-523, 2000.

[13] Departemen Kesehatan RI, “Farmakope Indonesia Edisi IV,”


Departemen Kesehatan RI : Jakarta, 1995.

[14] Nawrot, P., Jordan, S., Eastwood, J., Rotstein, J., Hugenholtz, A., and
Feeley, M., “Effects of Caffeine
on Human Health,” Food Additivies and Contaminants, 20 (1): 1-30, 2002.

[15] Sudjadi dan Rahman, A., “Analisis Obat Makanan,” Pustaka Pelajar :
Yogyakarta, 1994

LAMPIRAN
PERHITUNGAN
a. Perhitungan pembuatan larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000L
Diketahui:
BJ HCl= 1,19 g/ml
BM HCl = 36,5 g/mol
Konsentrasi HCl pekat = 37%
Volume yang diinginkan = 1000ml
Maka
N HCl 37% = 10x 37% x 1,19 : 36,5 = 12,06 N
N1 x V1 = N2 x V2
12,06N X = 0,1 N x 1000ml
12.06N X = 100N/mL
X = 8,3 mL

FLOWCHART

A. Pembuatan larutan HCl 0,1 N 1 L

Mempipet Menghomogenkan
sejumlah 8,3 ml sesaat lalu kembali
HCl pekat 37% mnambahkan
Mengisi labu ukur kemudian aquadest hingga
tanda batas labu
1000ml dengan memasukannya ukur. (Simpan
250ml aquadest kedalam labu ukur selama 1-2 x 24 jam
1000ml yang telah aggar larutan
berisi 250ml terhomogenisasi
aquadest. dengan stabil)

B. Pembuatan larutan Induk Paracetamol 400 ppm


Melarutkan 20mg
serbuk standart
Menambahkan
Menimbang paracetamol
Etanol 96% hingga
serbuk standard dengan etanol
tanda batas labu
paracetamol 96% secukupnya
ukur, dan
sebanyak 20mg dalam gelas kimia
mengocok labu
dengan neraca 50mL Memasukan
hingga homogen
analitik OHAUS larutan tersebut
dengan perlahan.
ke dalam labu
ukur 50 ml

C. Penetapan Operating Time Paracetamol

Mengukur absorbansi
larutan pada panjeng
Memipet sbanyak gelombang
0,375 ml larutan induk maksimum
paracetamol 400 ppm paracetamol (247nm)
Mengojok larutan
untuk membuat [10] hingga
baku 6 ppm hingga
larutan baku dengan memperoleh
homogen
konsentrasi 6 ppm absorbansi yang
sebanyak 25 mL relatif konstan denga
dengan etanol 96% n rentang pembacaan
setiap 2 menit sekali
selama 20 menit.

D. Pembuatan Kurva Baku Paracetamol

Mengukur serapan serapan masing


Membuat konsentrasi 10 ppm
masing konsentrasi larutan kurva
Membuat pengenceran dari larutan dengan mempipet sebanyak 0,625 ml
baku yang telah di buat pada panjang
induk 400ppm dengan seri melarutkan dengan etanol 96%
gelombang maksimum (Panjang
konsentrasi 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; dan 10 ppm sebanyak 25 mL dalam labu ukur
gelombang maksimum Paracetamol =
kemudian menghomogenkanya.
247 nm)[10]

Membuat konsentrasi 2 ppm dengan Membuat Konsentrasi 8 ppm dengan


mempipet sebanyak 0,125 ml dan mempipet sebanyak 0,5 ml dan
melarutkan dengan etanol 96% Mencatat data hasil absorbansi yang
melarutkan dengan etanol 96%
sebanyak 25ml dalam labu ukur, telah di peroleh
sebanyak 25ml dalam labu ukur
kemudian menghomogenkannya. kemudian menghomogenkanya

Membuat konsentrasi 4 ppm dengan Mebuat konsentrasi 6 ppm dengan


mempipet sebanyak 0,25ml dan mempipet sebanyak 0,375ml dan Menghitung persamaan kurva baku
melarutkan dengan etanol 96% melarutkan dengan etanol 96% paracetamol sehingga memperoleh
sebanyak 25 ml, dalam labu ukur sebanyak 25ml dalam labu ukur persamaan garis y=a + bx
kemudian menghomogenkanya kemudian menghomogenkanya
E. Pembuatan Larutan induk Kafein

Melarutkan 10 Menambahkan
Menimbang
mg standard Memasukan HCl 0,1 N
serbuk standard
kafein dengan larutan hingga tanda
kafein
HCl 0,1N tersebut batas labu ukur,
sebanayak 10
secukupnya kedalam labu dan mengocok
mg dengan
dalam gelas ukur 100mL labu hingga
neraca Scaltec
ukur 50mL homogen.

F. Pembuatan Kurva Baku kafein

Membuat
pengenceran dari Mengukur serapan
masing masing
larutan induk kafein pengenceran kurva
dengan mempipet baku yang telah
sebanyak 1,750 ml ; Mencatat data
dibuat dengan hasil absorbsi yang
2,000 ml ; 2,250 ml ; metode peak to telah diperoleh
2,500ml ; 3,000ml peak dengan
kemudian panjang Menghitung
memasukannya gelombang persamaan kurva
maksimum 268 baku kafein
kedalam labu ukur
dan panjang sehingga
10 ml dan memperoleh
mengadkan dengan gelombang
minimum pada persamaan garis y
larutan HCl 0,1N, = a +bx
270 (Panjang
serta
gelombang
menghomogenkan maksimum kafein
larutan kurva baku = 272 nm) [11]
Kafein

GAMBAR
Gambar 1 Struktur kimia dari Paracetamol

Gambar 2 Penentuan kurva baku paracetamol


Gambar 3 Operting Time Larutan Baku Paracetamol

Kurva Baku Standard Kafein


0.08
f(x) = 0.01933 x − 0.01987
0.06
Absorbansi

0.04
0.02
0
0,00180 0,00206 0,00232 0,00258 0,00309
g/100ml g/100ml g/100ml g/100ml g/100ml

Konsentrasi
Absorbansi/Amplitudo standart Kafein
Linear (Absorbansi/Amplitudo standart Kafein)
Linear (Absorbansi/Amplitudo standart Kafein)
Linear (Absorbansi/Amplitudo standart Kafein)

Gambar 4 Kurva Baku standard Kafein

Anda mungkin juga menyukai