Disusun Oleh:
VIVI ANGELINA
1643050001
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI ILMU FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2019/2020
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan panjang gelombang maximum sampel paracetamol dan kafein.
Alat
1. Labu ukur 50 ml (1) ; 25 ml (5)
2. Beaker glass (2)
3. Batang pengaduk
4. Pipet volume 1 ml
5. Kaca arloji
6. Spatel
7. Kuvet
8. Spektofotometri
Bahan
1. Paracetamol
2. Kaffein
3. Aquadest
4. Metanol
IV. Cara Kerja
Pengenceran :
20 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 20
=500/1000
= 0,5 ml ad 25 ml metanol
30 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 30
=750/1000
= 0, 75 ml ad 25 ml metanol
40 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 40
= 1000/1000
= 1 ml ad 25 ml metanol
50 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 50
= 1250/1000
= 1,25 ml ad 25 ml metanol
60 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 60
= 1500/1000
= 1,5 ml ad 25 ml metanol
Caffein
Larutan induk dibuat dengan melarutkan 50 mg kafein dengan 50 ml metanol
Pengenceran :
30 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 30
=750/1000
= 0,75ml ad 25 ml methanol
40 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 40
=1000/1000
= 1 ml ad 25 ml metanol
50 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 50
= 1250/1000
= 1,25 ml ad 25 ml metanol
60 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 60
= 1500/1000
= 1,5 ml ad 25 ml metanol
70 ppm:
V1 x 1000 = 25 x 70
= 1750/1000
= 1,75 ml ad 25 ml methanol
Hasil Absorbansi:
1. Paracetamol
Hasil absobansi paracetamol (panjang gelombang maksimum = 300nm)
2. Caffein
Konsentrasi Absorban
30 ppm 0,476
40 ppm 0,483
50 ppm 0,484
60 ppm 0,488
70 ppm 0.489
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan larutan caffein untuk
mengetahui kurva kalibrasi. Larutan baku dibuat dengan melarutkan kafein 50 mg
dalam 50 ml metanol dan diperoleh konsentrasi 1000ppm sebagai larutan baku.
Selanjutkan dilakukan pengenceran dengan variasi konsentrasi 30, 40, 50, 60, dan
70 ppm. Sehingga diperoleh larutan caffein dengan konsentrasi larutan dan
absorbansi seperti tabel diatas. Panjang gelombang maksimal yang didapatkan
adalah 299nm sedangkan pada literatur panjang gelombang maksimal adalah
210nm, hal ini terjadi karena adanya kesalahan saat pengerjaan seperti bahan
pengotor ataupun yang lain sehingga mempengaruhi panjang gelombang yang
diperoleh. Diperoleh data seperti tabel diatas yang menunjukkan semakin besar
konsentrasi larutan maka nilai absorbansinya juga semakin tinggi, ini dikarenakan
semakin besar konsentrasi larutan maka semakin banyak juga zat aktif di dalamnya
sehingga proses serapan cahaya lebih tinggi dari pada konsentrasi larutan yang
kecil.
VI. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan didapatkan panjang gelombang maksimum paracetamol
300nm, terjadi perbedaan dengan literatur panjang gelombang maksimum
paracetamol yaitu 243nm.
2. Dari hasil percobaan didapatkan panjang gelombang maksimum kafein 299nm,
terjadi perbedaan dengan literatur panjang gelombang maksium kafein yaitu
210nm.
3. Panjang gelombang suatu senyawa dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan
alat yang berbeda. Panjang gelombang maksimum (λmaks) merupakan panjang
gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi
maksimum.
4. Tujuan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah
perubahan absorbansi untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar pada
panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimum.
Daftar Pustaka
Ayoub, S. S., & Flower, R. J. (2019). Loss of hypothermic and anti-pyretic action of
paracetamol in cyclooxygenase-1 knockout mice is indicative of inhibition of
cyclooxygenase-1 variant enzymes. European Journal of Pharmacology, 861(March),
172609. https://doi.org/10.1016/j.ejphar.2019.172609
L.C. Passos, M., & M.F.S. Saraiva, M. L. (2019). Detection in UV-visible
spectrophotometry: Detectors, detection systems, and detection strategies.
Measurement: Journal of the International Measurement Confederation, 135, 896–
904. https://doi.org/10.1016/j.measurement.2018.12.045
Nicks, C. R., & Martin, E. H. (2019). Effects of Caffeine on Inspiratory Muscle Function.
European Journal of Sport Science, 0(0), 1–14.
https://doi.org/10.1080/17461391.2019.1675767
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III