Anda di halaman 1dari 10

Uas Kimia medisinal 1

1. Jekaskan pembagian mekanisme kerja dan masing masing contohnya dari


a. Obat Kardiotonik
Kardiotonik obat yang memperkuat kinerja jantung, digunakan pada gangguan
dekompensasi jantung, jenis obatnya bersifat individual. Maka penggatian obat harus
atas nasehat dokter. Contohnya : (digitoxin, digoxin, folia digitalis, lenatoside C)
Digitalis mempunyai kekuatan terhadap jantung yang melebihi obat lainnya. Digitalis
yang sering digunakan berasal dari daun digitalis purpurea, tetapi biji dan daun tanaman
digitalis jenis lain juga berisi zat aktif Contohnya adalah glikosida jantung Glikosida
jantung berikatan secara reversibel pada membran sel dari sel-sel jantung. Oleh karena
itu, terjadi hambatan terhadap (Na+/K+) -ATPase, yang membawa ion Na+ keluar sel
dan ion K+ kedalam sel => akibatnya terjadi kenaikan kadar Na= intraseluler • Senyawa
obat mempengaruhi pergerakan ion Na dan Kdalam melewati membrane miokardinal
sehingga sel kehilangan ion K • Senyawa obat bekerja langsungpada protein kontaktil,
yaitu pada aktin dan myosin dari miokardinal • Senyawa obat meningkatkan kadar ion Ca
di dalam sel dengan melepaskan kation tersebut, dari tempat ikatanya dan
meningkatkan pemasukan ion dari membrane sel.

b. Obat Antiaritmia
Antiaritmia kelas I menghambat influx sodium dengan voltage-gated channels,
memperlambat kecepatan depolarisasi fase 0, yang mengakibatkan konduksi menurun.
Kelas Ia. Antiaritmia kelas Ia, selain efeknya terhadap voltage-gated sodium channels,
memperlambat repolarisasi dengan menghambat efflux. Obat-obatan kelas Ia meliputi
quinidine, hydroquinidine, disopyramide. Quinidine. Quinidine adalah broad spectrum
antiaritmia yang digunakan pada basis penyembuhan dan pencegahan. Penggunaan
terapeutik adalah pengobatan terhadap supra-ventricular tachycardias. Penggunaan
untuk pengobatan kram otot harus dihindari karena efek berkebalikan yang dapat
terjadi. Quinidine, isomer dari quinine, memiliki efek langsung dan tidak langsung: • Aksi
langsung, terkait dengan aksi pada voltage-dependent sodium channels: quinidine
menurunkan laju konduksi dan memperlambat depolarisasi diastolik. Selain itu, quinidine
juga memperpanjang potensi aksi dengan menghambat repolarisasi dengan potassium
efflux, yang memperpanjang interval QT. Hal ini memiliki efek inotropik negatif. • Aksi
tidak langsung: quinidine memiliki efek antimuscarinic dan dengan menghambat efek
acetylcholine, quinidine cenderung mempercepat detak jantung dan memfasilitasi
konduksi atrioventricular. Hydroquinidine. Hydroquinidine memiliki sifat yang sama
dengan quinidine. Disopyramide. Disopyramide memiliki sifat yang hampir sama dengan
quinidine. Disopyramide juga memiliki efek antimuscarinic.

2. Berikan contoh hubungan Struktur dan aktifitas dari obat turunan kardenolida!
Hubungan Struktur dan aktifitas Kadenolida terdiri dari komponen karbohidratyang
mengandung 3 atau 4monosakarida dan steroid yang mengandung cincin lakton.
Struktur yang berperan adalah alfa dan beta lacton tidak jenuh, gugus hidroksi beta 14,
serta konvigurasi cis antara cin cin a, b. c dan d.

1. Diuretik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:


 Thiazide. Diuretik thiazide merupakan obat diuretik yang bekerja dengan
cara mengurangi penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga meningkatkan
produksi urine. Selain itu, thiazide dapat melebarkan pembuluh darah sehingga
lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah. Diuretik jenis thiazide ini
merupakan obat yang dianjurkan sebagai lini pertama dalam mengatasi
hipertensi. Contoh obat jenis thiazide antara lain adalah chlorthalidone,
hydrochlorothiazide, dan indapamide.
 Diuretik loop. Diuretik loop merupakan obat diuretik yang bekerja pada
loop (lengkung) Henle di dalam ginjal. Obat jenis ini bekerja dengan
menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan natrium sehingga memaksa
ginjal meningkatkan jumlah urine. Dengan produksi urine yang meningkat,
tekanan darah akan turun serta kelebihan cairan yang menumpuk di dalam
tubuh dan paru-paru akan berkurang. Contoh obat jenis diuretik loop, antara
lain adalah bumetanide dan
 Diuretik hemat kalium. Ini merupakan jenis diuretik yang mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan natrium dalam urine tanpa ikut membawa
kalium keluar dari tubuh. Diuretik hemat kalium tepat digunakan untuk
mencegah hipokalemia. Contoh diuretik golongan ini antara lain adalah
amiloride, eplerenone, spironolactone, dan triamterene.
 Penghambat karbonat anhidrase. Obat diuretik jenis ini bekerja dengan
cara meningkatkan konsentrasi asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang
dikeluarkan dari ginjal. Penghambat karbonat digunakan untuk menurunkan
jumlah cairan di dalam bola mata dan terkadang mengatasi penyakit akibat
ketinggian. Salah satu contoh obat ini adalah acetazolamide.
 Diuretik osmotik. Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang
disaring keluar oleh ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali
oleh ginjal. Contoh obat diuretik jenis ini adalah mannitol.
2. Turunan Tiazida

Berikut penjelasan hubungan struktur dan aktivitas diuretika turunan Tiazida

1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2. Gugus SO2
mempunyai aktivitas yang lebih besar.

2. Pada posisi 2 ada subsituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.
3. Pada posisi 3 ada subsituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2Cl,
CH2SCH2CF3), CH2- C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.

4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat meningkatkan
aktivitas diuretik ± 10 kali.

5. Subtitusi langsung pada posisi 4, 5, atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan
aktivitas diuretik.

6. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti Cl dan
CF3. Hilangnya gugus tersebut menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas.
Penggantian gugus Cl dengan CF3 dapat meningkatkan kelarutan senyawa dalam
lemak sehingga memperpanjang masa kerja obat.

7. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan mono dan
disubstitusi dari gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas diuretik 8. Gugus sulfamil
pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus elektronegatif lain,
membentuk gugus induk baru yang dinamakan diuretika seperti tiazid (thiazidelike
diuretics) seperti turunan salisilanilid, turunan benzhidrazid dan turunan ptalimidin.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan sulfanoil benzoat sebagai diuretik


dijelaskan sebagai berikut :

a. Substituen pada posisi 1 harus bersifat asam, gugus karboksilat mempunyai


aktivitas diuretik optimum.

b. Gugus sulfamoil pada posisi 5 merupakan gugus fungsi untuk aktivitas diuretik
yang optimum

c. Gugus aktivasi pada posisi 4 bersifat penarik elektron, seperti gugus-gugus Cl


dan CF3, dapat pula diganti dengan gugus fenoksi (C6-H5-O-), alkoksi, anilino
(C6H5-NH- ), benzil, benzoil, atau C6H5-S-, dengan disertai penurunan aktivitas

d. Pada turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat, substituen pada gugus 2 amino


relatif terbatas, hanya gugus furfuril, benzil dan tienilmetil yang menunjukkan
aktivitas diuretik optimal.

e. Pada turunan asam 5-sulfamoil-3-aminobenzoat, substituen pada gugus 3 amino


relatif lebih banyak tanpa mempengaruhi aktivitas diuretik optimal

1. pembagian antihipertensi:
1. Golongan Diuretika (Hydrochlorothiazide)
2. Golongan Beta blocker (Propanolol)
3. Golongan ACE Inhibitor (Captopril)
4. Golongan Calcium Channel Blocker (Amlodipin)
5. Golongan Angiostenin II Receptor Blockers (Candesartan)
6. Golongan Hipertensi Lainnya:
1). Alpha Blockers (Terazosin)
2). Alpha-beta Blockers (Labetalol)
3). Central Agonist (Clonidine)
4). Vasodilators (Hydralazine)
5). Aldosterone Receptor Antagonists (Sprionolactone)
6). Direct Renin Inhibitor (Aliskerin)

2. Sebutkan dan jelaskan Hubungan Struktur & Aktivitas (HSR) dari senyawa penghambat enzim ACE ?
Jawab:
Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II disebut dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACE).
Perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II tidak saja terjadi di paru-paru, namun ACE ditemukan pula di
sepanjang jaringan epitel pembuluh darah. Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai menjadi angiotensin II
dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Sistem tersebut memegang peranan penting dalam
patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam perjalanan
penyakitnya. RAAS merupakan sistem hormonal yang kompleks berperan dalam mengontrol sistem kardiovaskular,
ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi tekanan darah. Sistem RAAS tidak berperan sebagai sistem hormonal, tetapi
dapat berperan sebagai Salah satu obat yang digunakan untuk mengembalikan tekanan darahpada penderita
hipertensi yaitu ACE-inhibitor. ACE-inhibitor merupakan obat unggulan untuk penyakit kardiovaskular, terutama
dalam memperbaiki fungsi dan anatomi pembuluh darah arteri, memperbaiki fungsi endotel, meregresi tunikamedia,
meregresi dan menstabilkan plak aterosklerosis. Obat-obatan yang termasuk dalam ACE inhibitor tersebut bekerja
dengan menghambat efek angiotensin II yang bersifat sebagai vasokonstriktor. Selanjutnya ACE menyebabkan
degradasi bradikinin menjadi peptida inaktif ataudalam pengertian bradikinin tidak diubah. Dengan demikian
peranan ACE pada hipertensi yaitu meningkatkan kadar bradikinin yang memberikan kontribusi sebagai
vasodilatator untuk ACE-inhibitor. Akibat vasodilatasi maka menurunkan tahanan pembuluh peripheral, preload dan
afterload pada jantung sehingga tekanan darah dapat diturunkan.

1. Sebutan pembagian/penggolongan obat Anti Angina, dan berikan masing-


masing 1(satu) contohnya !.

2. Sebutan pembagian/penggolongan obat Vasodilator, dan berikan masing-


masing 1(satu) contohnya !.

3. Berikan 1(satu) contoh Hubungan Struktur & Aktivitas (HSA) dari obat Anti
Angina ?.

jawab:
1. jenis-jenis obat antiaritmia dibagi ke dalam lima golongan yaitu:

Antiaritmia golongan I: Lidocaine, Propafenone

Antiaritmia golongan II: Propranolol

Antiaritmia golongan III: Amiodarone

Antiaritmia golongan IV: Diltiazem, Verapamil

Antiaritmia golongan V: Digoxin

2. Terdapat 4 jenis kategori dalam golongan obat vasodilator, yaitu:

Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor). Jenis obat ini
bekerja menghambat aktivitas enzim ACE, sehingga mengurangi produksi zat kimia
angiotensin yang dapat menyempitkan pembuluh darah. contohnya captopril

Angiotensin receptor blockers (ARB). Jenis obat ini berfungsi untuk melebarkan
pembuluh darah dengan cara menghambat angiotensin agar tidak menempel pada
otot pembuluh darah. contohnya cadesartan

Obat penghambat kanal kalsium (calcium channel blockers) atau CCB. Secara
umum, kalsium digunakan oleh sel otot pembuluh arteri dalam proses kontraksi
otot. Obat ini berfungsi untuk menghambat zat kalsium masuk ke sel otot, sehingga
otot pembuluh darah akan menjadi lemas. contohnya Amlodipin

Nitrat. Nitrat akan diubah oleh tubuh menjadi nitrogen monoksida (NO), yaitu zat
kimia yang dapat mengaktivasi zat kimia lainnya untuk melebarkan pembuluh
darah arteri dan vena. contohnya ISDN (isosorbit dinitrat)

3. HSA anti angina terletak pada struktur pentingnya yaitu

1. cincin dihidropyridin

2. atom N sekunder dalam cincin yg tidak bermuatan pada ph fidiologis


3. subsituen yang meruah, misalnya gugus fenil pada posisi 4 cincin heterosiklik.

1. pembagian/penggolongan dari obat Antidiabetika, dan masing-masing 1(satu)


contoh obatnya adalah

Golongan biguanida

Metformin adalah salah satu obat diabetes melitus yang mungkin paling ‘terkenal’.
karena termasuk golongan biguanida. Metformin adalah first line alias obat lini
pertama yang akan diberikan dokter kepada penderita diabetes melitus tipe 2. Jika
dengan metformin kadar gula darah tetap tidak terkontrol, barulah biasanya
metformin dikombinasikan dengan golongan obat lainnya. Metformin bekerja
menghambat glukoneogenesis alias pembentukan glukosa di hati. Metformin
biasanya cukup dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien, dengan efek samping
pada saluran pencernaan.
Golongan sulfonilurea

Contoh obat yang ada dalam golongan ini adalah gliclazide, glimepiride, dan
glibenclamide. Obat golongan sulfonilurea bekerja menstimulasi sel beta-pankreas,
untuk memproduksi lebih banyak insulin. Penggunaan sulfonilurea erat
dengan efek samping hipoglikemia, sehingga biasanya tidak dianjurkan pada
pasien lanjut usia (geriatri). Obat golongan ini umumnya adalah terapi lini kedua
dan pemberiannya dikombinasikan dengan metformin.
Golongan thiazolidinediones

Golongan ini lazim juga disebut the glitazones.  Contoh yang paling sering
digunakan adalah pioglitazone. Obat golongan ini bekerja
meningkatkan uptake alias masuknya gula dari darah ke dalam sel. Obat ini
biasanya diberikan dengan kombinasi bersama metformin dan sulfonilurea. Selain
itu, tidak dapat diberikan kepada pasien dengan kondisi gagal jantung. Pasalnya,
obat golongan ini memiliki efek samping meningkatkan penumpukan cairan di
dalam tubuh yang akan memperberat kerja jantung.
Golongan meglitinide

Obat golongan ini bekerja menstimulasi sekresi insulin, tetapi dalam efek yang
lebih mild ketimbang golongan sulfonilurea. Contoh obat golongan ini adalah
repaglinide. Obat golongan meglitinide digunakan dengan kombinasi bersama
metformin, karena tidak dapat digunakan tunggal
Golongan Inhibitor Alpha-glucosidase

Alpha-glucosidase adalah suatu enzim pada usus, yang bekerja memecah


karbohidrat kompleks menjadi monosakarida, salah satunya glukosa. Contohnya
adalah akarbose, yang dengan demikian dapat mengurangi kadar gula yang masuk
dari makanan. Salah satu efek samping yang kurang disukai dari obat golongan ini
adalah perut kembung dan sering buang gas alias kentut! Untuk mengurangi efek
samping ini, obat dianjurkan diminum sesaat sebelum makan atau pada saat
makan.
Golongan Inhibitor DPP-4
Disebut juga golongan gliptin. Contoh obat golongan ini yang sering digunakan
adalah sitagliptin, linagliptin, dan vildagliptin. Obat golongan ini bekerja
menghambat enzim DPP-4 dalam tubuh. Enzim DPP-4 bekerja menghancurkan
hormon incretin, yaitu hormon yang dibutuhkan dalam regulasi gula darah tubuh.
Obat ini biasanya adalah terapi lini ketiga, jika gula darah tetap tidak terkontrol
dengan metformin dan sulfonilurea.

Golongan SGLT2-Inhibitor

Obat golongan ini bekerja menghambat enzim sodium glucose transporter (SGLT),
sehingga akan menghambat penyerapan kembali gula di ginjal. Dengan demikian,
gula akan dikeluarkan lewat urine dan kadar gula dalam darah dapat terjaga.
Contoh obat golongan ini adalah dapaglifozin.

Hal yang harus diperhatikan jika seseorang menggunakan obat ini adalah
kebersihan daerah genital, terutama setelah buang air kecil. Karena urine
mengandung gula, maka jika kebersihan tidak dijaga dapat menyebabkan penyakit
infeksi saluran urine.

2. Hubungan Struktur dan Aktivitas (HSA) dari senyawa turunan Sulfonilurea

R= gugus alifatik (asetil, amino, kloro, metil, metitio dantrifluorometil) akan


berpengruh terhadap masa kerja obat danmeningkatkan aktivitas hipoglikemik. Bila
R adalah gugus -arilkarboamidoetil (Ar-CONH-CH2-CH2-), seperti
padaglibenklamid dan glipizid, senyawa mempunyai aktivitas lebih besar dibanding
senyawa awal.Ini merupakan antidiabetes oralgenerasi kedua. Diduga hal ini
disebabkan oleh fungsi jarak khasantara atom N substituent dengan atom N
sulfonamidesehingga interaksi obat-reseptor lebih serasi.

R’ = Gugus aliftaik lain, yang berpengaruh terhadap sifat lipofil

senyawa

R’ = metil,

senyawa relatif tidak aktif


6

R’= etil, senyawa aktivitasnya lemah, dan bila senyawa

mengandung 3-6 atom C, aktivitasnya maksimal aktivitas senyawahilang bila


mengandung atom C=12 rantai lebih.

R’ dapat pula berupa gugus alisiklik atau cincin heterosiklik y

angterdiri dari 5-7 atom, Bila berupa gugus aril senyawa mnimbulkantoksisitas
cukup besar.Beberapa gugus atau atom pada strukturumum dapat diganti dengan
gugus atau atom isosteriknya

Diuretik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Thiazide. Diuretik thiazide merupakan obat diuretik yang bekerja dengan cara mengurangi
penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga meningkatkan produksi urine. Selain itu, thiazide
dapat melebarkan pembuluh darah sehingga lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah.
Diuretik jenis thiazide ini merupakan obat yang dianjurkan sebagai lini pertama dalam mengatasi
hipertensi. Contoh obat jenis thiazide antara lain adalah chlorthalidone, hydrochlorothiazide,
dan indapamide.

Diuretik loop. Diuretik loop merupakan obat diuretik yang bekerja pada loop (lengkung) Henle di
dalam ginjal. Obat jenis ini bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan
natrium sehingga memaksa ginjal meningkatkan jumlah urine. Dengan produksi urine yang
meningkat, tekanan darah akan turun serta kelebihan cairan yang menumpuk di dalam tubuh
dan paru-paru akan berkurang. Contoh obat jenis diuretik loop, antara lain adalah bumetanide
dan

Diuretik hemat kalium. Ini merupakan jenis diuretik yang mengakibatkan meningkatnya volume
cairan dan natrium dalam urine tanpa ikut membawa kalium keluar dari tubuh. Diuretik hemat
kalium tepat digunakan untuk mencegah hipokalemia. Contoh diuretik golongan ini antara lain
adalah amiloride, eplerenone, spironolactone, dan triamterene.

Penghambat karbonat anhidrase. Obat diuretik jenis ini bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan dari ginjal. Penghambat
karbonat digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di dalam bola mata dan terkadang
mengatasi penyakit akibat ketinggian. Salah satu contoh obat ini adalah acetazolamide.

Diuretik osmotik. Obat jenis ini meningkatkan jumlah cairan tubuh yang disaring keluar oleh
ginjal, sekaligus menghambat penyerapan cairan kembali oleh ginjal. Contoh obat diuretik jenis
ini adalah mannitol.
Turunan Tiazida

Berikut penjelasan hubungan struktur dan aktivitas diuretika turunan Tiazida

1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2. Gugus SO2 mempunyai aktivitas
yang lebih besar.

2. Pada posisi 2 ada subsituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.

3. Pada posisi 3 ada subsituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2Cl, CH2SCH2CF3), CH2-
C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.

4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat meningkatkan aktivitas
diuretik ± 10 kali.

5. Subtitusi langsung pada posisi 4, 5, atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas
diuretik.

6. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti Cl dan CF3. Hilangnya
gugus tersebut menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas. Penggantian gugus Cl dengan CF3
dapat meningkatkan kelarutan senyawa dalam lemak sehingga memperpanjang masa kerja
obat.

7. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan mono dan disubstitusi dari
gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas diuretik 8. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat
diganti dengan gugus-gugus elektronegatif lain, membentuk gugus induk baru yang dinamakan
diuretika seperti tiazid (thiazidelike diuretics) seperti turunan salisilanilid, turunan benzhidrazid
dan turunan ptalimidin.

Hubungan struktur dan aktivitas turunan sulfanoil benzoat sebagai diuretik dijelaskan sebagai
berikut :

a. Substituen pada posisi 1 harus bersifat asam, gugus karboksilat mempunyai aktivitas diuretik
optimum.

b. Gugus sulfamoil pada posisi 5 merupakan gugus fungsi untuk aktivitas diuretik yang optimum

c. Gugus aktivasi pada posisi 4 bersifat penarik elektron, seperti gugus-gugus Cl dan CF3, dapat
pula diganti dengan gugus fenoksi (C6-H5-O-), alkoksi, anilino (C6H5-NH- ), benzil, benzoil, atau
C6H5-S-, dengan disertai penurunan aktivitas
d. Pada turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat, substituen pada gugus 2 amino relatif
terbatas, hanya gugus furfuril, benzil dan tienilmetil yang menunjukkan aktivitas diuretik
optimal.

e. Pada turunan asam 5-sulfamoil-3-aminobenzoat, substituen pada gugus 3 amino relatif lebih
banyak tanpa mempengaruhi aktivitas diuretik optimal

. HSA dari

a. Heparin

HMW efektif terhadap thrombin dan faktor Xa, sedangkan LMW efektif terhadap faktor
Xa saja HMW > LMW , tapi LMW memiliki bioavailabilitas >.BM Heparin bervariasi
sebagai standar digunakan Unfractionated heparin (UFH).

Fondaparinux (pentasakarida sintetik) efektif mengikat/berikatan dengan antithrombin


& faktor Xa dan efektif terhadap thrombo-embolism vena t1/2 lama (15 jam).

b. Warfarin

Warfarin merupakan campuran rasemik yang terdiri dari 2 enantiomer .

Levorotatory S-warfarin memiliki potensi antikoagulan 4 kali lebih besar dari


padadextrorotatory R-warfarin

Anda mungkin juga menyukai