Anggota :
Ade Afriyanti 120001
Aisiah Munawaroh 120005
Azzahra Nurkhayatun N 120015
Muhammad Arphen 120050
Nila Alvianita A 120048
Rasul Hamdi 120060
7 KELOMPOK DIURETIKA
Diuretika Diuretika
Osmotik Pembentukan
Asam Diuretika
Merkuri
Organik
Duretika
Pemhambat
Karbonik
Anhidrase
Duretika
turunan
Tiazida Diuretika
Hemat
Kalium Diuretika
Loop
Diuretika Turunan Tiazida
Diuretika turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali
ionion Na+ , Cl dan air. Turunan ini juga meningkatkan eksresi ion-ion K+ , Mg2 +
dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat.
Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi dengan obat-obat anti hipertensi,
seperti reserpin dan hidralazin, untuk pengobatan hipertensi karena menimbulkan
efek potensiasi. Diuretika turunan tiasida menimbulkan efek samping hipokalemi,
gangguan keseimbangan elektrolit dan menimbulkan penyakit pirai yang akut.
MEKANISME Diuretika Turunan Tiazida
Diuretika turunan tiazid mengandung gugus sulfamil
sehingga dapat menghambat enzim karbonik anhidrase.
Juga diketahui bahwa efek saluretiknya terjadi karena adanya
pemblok proses pengangkutan aktif ion klorida dan absorpsi
kembali ion yang menyertainya pada loop of henle, dengan
mekanisme yang belum jelas, kemungkinan karena peran dari
prostaglandin. Turunan tiazid juga menghambat enzim
karbonik anhidrase di tubulus distal tetapi efeknya relatif
lemah.
Hubungan struktur aktivitas turunan tiazida
Penjelasan hubungan struktur dan aktivitas diuretika turunan Tiazida yang secara
skematis ditampilkan pada Gambar
1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2. Gugus SO2 mempunyai aktivitas yang lebih besar.
2. Pada posisi 2 ada subsituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.
3. Pada posisi 3 ada subsituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH 2Cl, CH2SCH2CF3), CH2-C6H5 dan CH2SCH2-
C6 H 5 .
4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat meningkatkan aktivitas diuretik ± 10 kali.
5. Subtitusi langsung pada posisi 4, 5, atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas diuretik.
6. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti Cl dan CF 3. Hilangnya gugus tersebut
menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas. Penggantian gugus Cl dengan CF3 dapat meningkatkan kelarutan
senyawa dalam lemak sehingga memperpanjang masa kerja obat.
7. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan mono dan disubstitusi dari gugus sulfamil tidak
mempunyai aktivitas diuretik.
8. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus elektronegatif lain, membentuk gugus induk
baru yang dinamakan diuretika seperti tiazid (thiazide like diuretics) seperti turunan salisilanilid (xipamid), turunan
benzhidrazid (klopamid dan inpamid) dan turunan ptalimidin (klortalidon).
Lanjutan
Senyawa yang termasuk dalam turunan tiazida yaitu
1. Turunan klorotiazida
merupakan obat pilihan untuk mengontrol sembab jantung dan sembab yang
berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid atau hormon estrogen.
Hidriklorotiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan,
kadang-kadang dikombinasi dengan obat antihipertensi, seperti reserpin dan
hidralazin (ser-Ap-Es) atau β-bloker,seperti asebutolol(sectrazide).
OBAT DIURETIK TURUNAN Thiazid-like diuretic
XIPAMID
Merupakan diuretik dengan efek hipertensi yang
kuat.
Senyawa tersebut bekerja pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion Na+
dengan ion H+ dan K+ , menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+
dan air.
Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit
diabetes dan pirai, serta menyebabkan gangguan pada saluran cerna.
Mekanisme Diuretika Hemat Kalium
ANTAGONIS
Spironolakton
ALDOSTERON
Diuretika dengan efek langsung
1. Amilorid HCl
merupakan diuretika turunan pirazin. Selain bekerja melalui mekanisme kerja diatas,
Amilorid HCl juga dapat mengubah permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan
menyebabkan retensi ion K+ dan H+ . digunakan untuk mengontrol sembab dan
hipertensi.
Penggunaan obat dapat dalam bentuk tunggal atau dikombinasikan dengan diuretika
turunan tiazida.
Dosis oral untuk diuretik : 5 mg 1 – 2 dd, sedangkan dosis oral untuk mengontrol
hipertensi : 5 mg 1 dd.
2. Triamteren
Diuretika turunan pteridin, absorpsi dalam saluran cerna cepat
tetapi tidak sempurna. Ketersediaan hayatinya sebesar 30 – 70%,
pada cairan tubuh ± 45 – 75% dan terikat oleh protein plasma.
Kadar protein tertinggi obat dicapai dalam 1 – 2 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paruh biologis 2 – 4 jam.
Dosis diuretik Triamteren adalah 150 – 300 mg/hari.
Antagonis aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid yang dikeluarkan oleh korteks
adrenalis. Merupakan senyawa yang sangat aktif untuk menahan elektrolit,
dapat meningkatkan absorpsi kembali ion Na+ dan Cl-
serta ekskresi ion K+ dalam saluran pengumpul.
Senyawa yang mempunyai struktur mirip dengan aldosteron, seperti
spironolakton, bekerja sebagai antagonis melalui mekanisme penghambatan
bersaing pada sisi reseptor pada saluran pengumpul, dimana terjadi
pertukaran ion Na+ dan K+. penghambatan tersebut menyebabkan ekskresi
ion Na+ dan Cl+, serta retensi ion K+ .
Contoh:
Spironolakton (Aldactone,Spirola)
Diabsorbsi dengan baik dalam saluran cerna, ±98% terikat oleh protein
plasma. Spironolakton cepat dimetabolisme dihati menjadi kanrenon, yaitu
bentuk yang bertanggung jawab terhadap 80% aktivitas diuretiknya. Waktu
paronya cukup lama,antara 10-35 jam. Aktivitasnya meningkat bila
diberikan bersama-sama dengan diuretika turunan tiazid atau diuretika loop.
Dosis 50-100mg/hari
Diuretika LOOP
• Diuretika loop merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktifitasnya
jauh lebih besar dibanding turunan tiazida dan senyawa saluretik lain. Turunan
ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada loop Henle sehingga
menurunkan absorbsi kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari
25% .
• Digunakan untuk pengobatan sembab paru yang akut, sembab karena kelainan
jantung, ginjal atau hati, sembab karena keracunan kehamilan, sembab otak dan
untuk pengobatan hipertensi ringan. Diuretik loop dapat digunakan
berkombinasi dengan obat antihipertensi, seperti L-α-metildopa untuk
pengobatan hipertensi yang cukup berat dan berat.
a. Reduksi gugus α,β-keton tidak jenuh akan menghilangkan aktivitas, karena senyawa
tidak mampu berinteraksi dengan gugus SH enzim;
b. Substitusi H pada atom Cα dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas;
c. Adanya gugus etil pada atom Cβ membuat senyawa mempunyai aktivitas maksimal.
Makin besar jumlah atom C, aktivitasnya makin menurun;
d. Substitusi pada cincin aromatik. Adanya gugus Cl pada posisi orto cincin aromatik,
dapat meningkatkan aktivitas lebih besar dibandingkan substitusi pada posisi meta,
karena efek induktif gugus penarik elektron tersebut dapat menunjang serangan
nukleofil terhadap gugus SH. Disubstitusi gugus Cl atau metil pada posisi orto dan
meta akan lebih meningkatkan aktivitas. Adanya gugus pendorong elektron kuat pada
cincin aromatik, seperti gugus amino atau alkoksi, akan menurunkan aktivitas secara
drastis;
e. Adanya gugus oksiasetat pada posisi para dapat meningkatkan aktivitas, letak gugus
pada posisi orto atau meta akan menurunkan aktivitas.
Turunan Sulfamoil Benzoat
Turunan ini dibagi menjadi dua golongan yaitu
• Turunan asam 5-sulfamoil-2-aminobenzoat
contoh : furosemid dan azosemid
1. Furosemid,
- merupakan diuretika saluretik yang kuat, aktivitasnya 8 – 10 kali diuretika tiazida.
- Awal kerja obat terjadi dalam 0,5 – 1 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja yang relatif
pendek ± 6 – 8 jam.
- Furosemid digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat, karena dapat
menurunkan tekanan darah.
2. Bumetanid
merupakan diuretic yang kuat dengan masa kerja pendek (±4 jam). Pemindahan gugus amin dari
posisi 2 ke posisi 3 dapat meningkatkan aktivitas diuretic sampai ±50 kali, tetapi masa kerjanya
pendek.
Daftar Pustaka