Anda di halaman 1dari 5

Mekanisme kerja

Diuretika turunan tiazida mengandung gugus sulfamil sehingga dapat menghambat


enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek saluretiknya terjadi karena adanya
pemblokan proses transpor aktif ion klorida dan reabsorpsi ion yang menyertainya pada loop
of Henle, dengan mekanisme yang belum jelas, kemungkinan karena peran dari
prostaglandin. Turunan tiazid juga menghambat enzim karbonik anhidrase di tubulus distalis
tetapi efeknya relatif lemah.

Hubungan struktur dan aktivitas

Studi hubungan struktur aktivitas diuretika turunan tiazida menunjukkan bahwa


aktivitas diuretik meningkat bila senyawa mempunyai gambaran struktur sebagai berikut :

a. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus S𝑂2 atau C𝑂2. Gugus S𝑂2 mempunyai
aktivitas yang lebih besar.
b. Pada posisi 2 ada substituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.
c. Posisi 3 merupakan tempat sangat penting untuk memoifikasi struktur. Pada posisi 3
ada substituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (C𝐻2 Cl, C𝐻2 SC𝐻2 C𝐹3 ), C𝐻2 -𝐶6 𝐻5
dan 𝐶𝐻2 SC𝐻2 -𝐶6 𝐻5 . Substituen-substituen tersebut memegang peran penting dalam
menentukan potensi dan lama kerja diuretika turunan tiazid.
d. Ada ikatan 𝐶3 𝐶4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada 𝐶3 𝐶4 dapat meningkatkan
aktivitas diuretik ± 10 kali.
e. Substitusi langsung pada posisi 4,5, atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan
aktivitas diuretik.
f. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron (gugus aktivasi) yang sangat penting, seperti
Cl, Br, C𝐹3 dan N𝑂2. Hilangnya gugus tersebut menyebabkan penurunan aktivitas
secara drastis. Penggantian gugus Cl dengan C𝐹3 dapat meningkatkan kelarutan
senyawa dalam lemak sehingga memperpanjang masa kerja obat.
g. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi, yang merupakan gugus
fungsi untuk aktivitas diuretik. Turunan mono dan substitusi dari gugus sulfamil tidak
mempunyai aktivitas diuretik.
h. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti gugus-gugus elektronegatif lain,
membentuk gugus induk baru yang dinamakan diuretika seperti tiazid (thiazide- like
diuretics) seperti pada turunan salisilanilid (xipamid), turunan benzhidrazid
(klopamid dan indapamid) dan turunan ptalimidin (klortalidon)
Contoh :
1. Hidroklorotiazid (H.C.T), merupakan obat pilihan untuk mengentrol sembab
jantung dan sembab yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid atau
hormon estrogen. Hidroklorotiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi
ringan, kadang-kadang dikombinasikan dengan obat antihipertensi, seperti
reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es) atau β-bloker, seperti asebutolol (sectrazide).
Awal kerja obat terjadi ± 2jam setelah pemberian secara oral, kadar plasma
tertinggi dicapai dalam ± 4 jam dengan masa kerja ± 10 jam. Ketersediaan
hayatinya 65% dan dapat meningkat menjadi ± 75% bila diberikan bersama-sama
makanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi: 25-200
mg 1-2 dd.
2. Bendroflumetiazid (Naturetin), mempunyai aktivitas diuretik yang lebih tinggi
dan masa kerja yang lebih panjang (± 18 jam) dibanding hidroklorotiazid.
Bendroflumetiazid digunakan untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis
untuk mengontrol sembab: 5 mg 1dd, untuk mengontrol hipertensi: 5 mg 1-4 dd.
3. Xipamid ( Diurexan ), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi moderat dan berat, serta untuk mengatasi
sembab yang berhubungan dengan penyakit jantung, ginjal, hati, dan rematik.
Masa kerja antihipertensi ± 24 jam dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis: 10-40
mg/hari.
4. Indapamid ( Natrilix ) merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup
kuat, digunakan untuk pengobatan hipertensi esensial ringan dan moderat. Obat
dapat menurunkan kontraksi buluh darah sel otot polos karena mempengaruhi
pertukaran ion antar membran, terutama Ca dan merangsang sintesis prostagandin
PG𝐸2 sehingga terjadi vasodilatasi dan efek hipotensi. Absorbsi indapamid dalam
saluran cerna cepat dan sempurna, kadar darang tertinggi dicapai 1-2 jam setelah
pemberian oral dan ± 79% obat terikat oleh plasma protein. Waktu paro
elimiasinya ± 15-18 jam. Dosis: 2,5mg/hari.
5. Klopamid, merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan moderat. Absorpsi klopamid
dalam saluran cerna cepat dan sempurna, ± 40-50% obat terikat oleh plasma
protein, dengan waktu paro eliminasi ± 6jam. Dosis: 5mg/hari.
6. Klortalidon (Hygroto), merupakan diuretik kuat dengan masa kerja yang panjang
kadang-kadang dikombinasikan dengan β bloker, seperti atenolol (Tenoretic) dan
oksprenolol (Trasitensin). Absorpsi klortalidon relatif lambat dan tidak sempurna,
waktu paro absorpsi ± 2,6 jam, dan kadar darah maksimal dicapai setelah ±2-4
jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel darah merah sehingga mempunyai
waktu paro plasma cukup panjang ± 35-60 jam. Dosis oral untuk diuretik 50-
100mg, 3 kali perminggu, sesudah makan pagi. Dosis untuk mengontrol
hipertensi: 25mg, 1 kali sehari.

F. DIURETIKA HEMAT KALIUM

Diuretika hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik ringan
dan dapat menurunkan sekresi ion 𝐻 + dan 𝐾 + . Senyawa tersebut bekerja pada tubulus
distalis dengan cara memblok penukaran ion 𝑁𝑎+ dengan ion 𝐻 + dan 𝐾 + , menyebabkan
retensi 𝑖𝑜𝑛 𝐾 + dan meningkatkan sekresi ion 𝑁𝑎+ dan air. Aktivitas diuretiknya relatif
lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan diuretik turunan tiazida. Kombinasi ini
menguntungkan karena dapat mengurangi sekresi ion 𝐾 + sehinga menurunkan terjadinya
hipokalemi dan menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping
hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan pirai, serta menyebabkan gangguan
pada saluran cerna.

Mekanisme kerja

Diuretika hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan
pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok reabsorpsi ion 𝑁𝑎 + dan sekresi ion 𝐾 +
sehingga meningkatkan ekskresi ion 𝑁𝑎 + dan 𝐶𝑙 − dalam urin. Diuretik hemat kalium dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu diuretika dengan efek langsung dan antagonis aldosteron.

1. Diuretik dengan Efek Langsung


Contoh : amilorin dan triamteren
1. Amilorid HCL (Puritrid), selain bekerja melalui mekanisme kerja diatas juga
dapat mengubah permeabelitas membran terhadap ion 𝑁𝑎+ dan menyebabkan
retensi ion 𝐾 + dan 𝐻 + . Amilorid digunakan untuk mengontrol sembab dan
hipertensi. Awal kerja amilorid 2-3 jam setelah pemberian oral, kadar serum
tertinggi dicapai dalam 3-4 jam, waktu paro ± 6 jam dan mempunyai masa kerja
cukup panjang ± 24 jam. Penggunaan obat dapat dalam bentuk tunggal atau
dikombinasi dengan diuretika turunan tiazida. Dosis oral untuk diuretik: 5mg 1-2
dd, untuk mengontrol hipertensi: 5mg 1 dd.
2. Triamteren adalah diuretika turunan pteridin, absorpsi dalam saluran cerna cepat
tetapi tidak sempurna. Ketersediaan hayatinya 30-70%, pada cairan tubuh ± 45-
75% terikat oleh protein plasma. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 1-2
jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro biologis 2-4 jam. Dosis diuretik:
15-300 mg/hari.

Anda mungkin juga menyukai