Anda di halaman 1dari 9

Dasar Teori

A. Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang
kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam air.
1. Diuretik Kuat (Loop Diuretic)
a. Mekanisme Kerja
Loop diuretik bekerja terutama dengan memblok
Na+/K+/Cl- sebagai kotransporter pada membran apikal dari loop
Henle. Karena pada sisi ini berperan untuk mengkonsentrasi dan
dilusi dari urine, loop diuretik menyebabkan penurunan konsentrasi
dan dilusi urine. Pada saluran ini merupakan tempat reabsorpsi
Ca2+ dan Mg2+ dan merupakan proses yang tergantung oleh
reabsorpsi Na+ dan Cl-. Karena itu, loop diuretik meningkatkan
jumlah urine, Na+,K+,Ca2+ dan Mg2+. Loop diuretik juga
menyebabkan dilatasi dari sisi vena dan fase dilatasi ginjal yang
dipengaruhi oleh prostaglandin.
b. Farmakokinetik
Bekerja dalam 20 menit dan t1/2 kira-kira 1-1,5 jam.
Semua loop diuretik diabsorpsi dengan cepat dari usus dan dapat
diberikan i.v.. Golongan diuretik ini dapat memnyebabkan 20%
lebih pengeluaran Na+. Angka absorpsi menurun di CHF.
c. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping dari diuretic kuat adalah reaksi
toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
sering terjadi. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja
utamanya jarang terjadi. Gangguan saluran cerna lebih sering
terjadi dengan asam etakrinat daripada furosemid. Tidak
dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementaramaupun
menetap. Ketulian sementara
dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid.
Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan komposisi
eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek
samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik
kuat ini dapat menurunkan bersihan litium.
d. Contoh Obat dan Dosis
1) Asam etakrinat tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis
50-200 mg per hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya
50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
2) Furosemid tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan
preparat IV. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600
mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan
menjadi 6 mg/kgBB.
3) Bumetanid.Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis
dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis maksimal per hari 10 mg. Obat
ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV
atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam
maksimum 10mg/kg.

2. Thiazide
a. Mekanisme Kerja
Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium
hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam
pengobatan hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada
diabetes insipidus nefrogenik. bekerja pada tubulus distal untuk
menurunkan reabsorpsi Na+ dengan menghambat kotransporter
Na+/Cl- pada membran lumen. Efek natriuresis dan kloruresis
ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi elektrolit pada hulu
tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan
darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena
efek langsung terhadap arteriol
sehingga terjadi vasodilatasi.
b. Farmakokinetik
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali.
Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam. Didistribusikan ke
seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan
proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam
cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresi dari badan.
c. Efek Samping Obat
Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis
disertai fotosensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan lama
dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita diabetes yang
laten akibat berkurangnya sekresi insulin terhadap peninggian
kadar glukosa plasma, meningkatnya glikogenolisis dan
berkurangnya glikogenesis. Thiazid menyebabkan peningkatan
kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme yang
tidak diketahui. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh
tiazid, mungkin karena tiazid langsung
megurangi aliran darah ginjal.
d. Contoh Obat dan Dosis
1) Klorotiazid tab 250mg dan 500mg dengan dosis
500-1200mg/hari
2) Hidroklortiazid tab 25mg dan 50mg dengan dosis
25-100mg/hari
3) Hidroflumetiazid tab 50mg dengan dosis 25-200mg/hari

3. Diuretik Hemat Kalium


Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis
tanpa kehilangan kalium dalam urine.
a. Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling
kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi
natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi
kalium.
1) Mekanisme Kerja
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di
tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+,
sekresi K+ dan sekresi H+.
2) Farmakokinetik
Spironolakton oral diserap 70% di saluran cerna,
mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas
pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon
mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang
tidak aktif.
3) Efek Samping Obat
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah
hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan
bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi
efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa
diberikan bersama dengaN tiazid pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang
lebih ringan dan reversibel diantranya ginekomastia, dan
gejala saluran cerna.
4) Contoh Obat dan Dosis
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100
mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis
efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau
terbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara
spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.

b. Triamteren dan Amilorid


1) Mekanisme Kerja
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan
klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi
bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren
menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium
di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid
jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah larut
dalam air sehingga lebih banyak diteliti.
2) Farmakokinetik
Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat
ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai
tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap
kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan
berkahir sesudah 24 jam.
3) Efek Samping Obat
Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini
adalah hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek
samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing.
Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia
yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala.
4) Contoh Obat dan Dosis
a) Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya
100-300mg sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan
dosis penunjang tersendiri.
b) Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari
sebesar 5-10mg.
c) Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan
hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan
dosis sehari antara 1-2 tablet.
4. Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit
yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik
osmotik adalah manitol, urea, gliserin dan isosorbid. Suatu zat dapat
bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat, yakni
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, tidak atau hanya sedikit
direabsorpsi sel tubuli ginjal, secara farmakologis merupakan zat yang
inert dan umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
a. Mekanisme Kerja
Diuretik osmotik bekerja pada :
1) Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya
osmotiknya.
2) Ansa Henle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena
hipertonisitas daerah medula menurun.
3) Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary
wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor
lain.
b. Farmakokinetik
Manitol tidak dimetabolisme terutama oleh Glomerulus
Filtrasi, sedikit atau tampa mengalami reabsobsi dan sekresi di
tubulus atau bahkan praktis dianggap tidak direabsrbsi. Manitol
meningkatkan tekanan Osmotik pada Glomerulus Filtrasi dan
mencegah tubulus mereabsorbsi air dan sodium. Sehingga Manitol
paling sering digunakan diantara obat ini. Sesuai dengan definisi,
diuretic osmotic absobsinya jelek bila diberikan peroral, yang
berarti bahwa obat ini harus diberikan secara parenteral. Manitol
diekresikan melalui Filtrasi Glomerulus dalam waktu 30 – 60
menit setelah pemberian. Efek yang segera dirasakan klien adalah
peningkatan jumlah urine. Bila diberikan peroral manitol
menyebabkan diare Osmotik. Karena Efek ini maka Manitol dapat
juga digunakan untuk meningkatkan efek pengikatan K+ dan resin
atau menghilangkan bahan-bahan toksin dari saluran cerna yang
berhubungan dengan zat arang aktif.
c. Efek Samping Obat
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
d. Contoh Obat dan Dosis
Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume
antara 50-1.000ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-
200g yang diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan
kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh diuresis sebanyak
30-50ml per jam.
Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis
percobaan yaitu 200 mg/kgBB yang diberikan melalui infus selama
3-5 menit bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih
kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam.

5. Penghambat Enzim Karbonik Anhidrase


Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 +
H2O menjadi H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks
renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak
terdapat dalam plasma.
a. Mekanisme Kerja
Efek utama dari asetazolamid adalah penghambatan
karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi
perubahan sistemik dan pearubahan terbatas pada organ tempat
enzim tersebut berada. Asetazolamid memperbesar ekskresi K+,
tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga
pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar
pengaruh tiazid.
b. Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah
diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai
dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24
jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan
sebagian direabsorpsi secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada
karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak
mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal.
Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan
oleh ada tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang
bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam sel.
Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk
utuh melalui urin.
c. Efek Samping Obat
Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang
terus-menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu
ginjal karena berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam
urin tidak berubah atau meningkat. Asetazolamid
dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan
disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis. Reaksi alergi
yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum
tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid. Asetazolamid
sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan
percobaan obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.
d. Contoh Obat dan Dosis
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250
mg untuk pemberian oral.
Daftar Pustaka

Laboratorium Farmakologi Kedokteran Unsoed. 2013. Buku Petunjuk Praktikum


Blok Nefrourinari. Purwokerto : FKIK Unsoed.

Friedman, P., B William. 2008. Diuretics dalam Modern Pharmacology. New


York : Lippincott Wilkins William

Anda mungkin juga menyukai