Anda di halaman 1dari 18

DIURETIKA

Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak


pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung
terhadap ginjal.

Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis


dengan mempengaruhi ginjal secara tidak langsung,
misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi
jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume
darah (dekstran), atau merintangi sekresi hormon
antidiuretik ADH (air, alkohol).
Pembentukan kemih dan fungsi
ginjal
 Fungsi utama ginjal adalah memelihara
kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan
semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari
dalam darah. Fungsi lainnya yaitu meregulasi
kadar garam dan cairan tubuh.
 Ginjal merupakan organ terpenting pada
pengaturan homeostasis, yakni keseimbangan
dinamis antara cairan intra dan ekstrasel, serta
pemeliharaan volume total dan susunan cairan
ekstrasel.
Mekanisme kerja diuretika
Kebanyakan diuretika bekerja dengan
mengurangi reabsorpsi natrium,
sehingga pengeluarannya lewat kemih.
Obat-obat ini bekerja khusus terhadap
tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni di:
1. Tubuli proksimal
2. Lengkungan Henle
3. Tubuli distal
4. Saluran pengumpul
Tubuli proksimal
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar
garam yang disini direabsorpsi secara aktif
untuk lebih kurang70%, antara lain ion Na+
dan air, begitu pula glukosa dan ureum.
Karena reabsorpsi berlangsung secara
proporsional, maka susunan filtrat tidak
berubah dan tetap isotonis terhadap
plasma. Diuretika osmosis (manitol,
sorbitol) bekerja disini dengan merintangi
reabsorpsi air dan natrium.
Lengkungan Henle
henle’sloop ini ca 25% dari semua ion Cl- yang
telah difiltrat direabsorpsi secara aktif, disusul
dengan reabsorpsi pasif dari na+ dan K+, tetapi
tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotenis.
Diuretika lengkungan, seperti furosemida,
bumetanida, dan etakrinat, bekerja terutama di
sini dengan merintangi transpor Cl- dan
demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran K+ dan
air juga diperbanyak.
Tubuli distal
Na+ direabsorpsi secara aktif pula tanpa air
hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih
hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon
bekerja di tempat ini dengan memperbanyak
eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Dibagian
kedua, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau
NH4+, proses ini dikendalikan oleh hormon anak
ginjal aldosteron.antagonis alsosteron
(spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium
(amilorida, triamteren) bertitik kerja disini dengan
mengaktifkan ekskresi Na+ (kurang dari 5%) dan
retensi K+
Saluran pengumpul

Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari


hipofise bertitik kerja disini dengan jalan
mempengaruhi permeabilitas bagi air dari
sel-sel saluran ini.
Penggolongan
Pada umumnya diuretika dibagi dalam beberapa kelompok,
yakni:
a. Diuretika lengkungan furosemid, bumetanida, dan
etakrinat.
b. Derivat thiazida: hidroklorothiazida, klortalidon,
mefrusida, indanpamida, xipamida, dan klopamida.
c. Diuretika penghemat kalium: antagonis aldosteron
(spironolakton, kanrenoat), amilorida, dan triamteren
d. Diuretika osmosis: manitol dan sorbitol
e. Perintang karbonanhidrase: asetazolamida
Penggunaan
Diuretika digunakan pada semua keadaan dimana
dikehendaki peningkatan pengeluaran air,
khususnya pada hipertensi dan gagal jantung.
a. Hipertensi guna mengurangi volume darah
seluruhnya hingga tekanan darah (tensi)
menurun. Khususnya derivat thiazida
digunakan untuk indikasi ini.
b. Gagal jantung (decompensatio cordis), yang
bercirikan peredaran tak sempurna lagi dan
terdapat cairan berlebihan di jaringan.
Efek samping
Efek-efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretika
adalah:
a. hipokalemia, yaitu kekurangan kalium dalam darah.
b. Hiperurikemia akibat retensi asam urat (uric acid) dapat
terjadi pada semua diuretika, kecuali amilorida.
c. Hiperglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama
pada dosis tinggi akibat dikuranginya metabolisme glukosa
berhubung sekresi insulin ditekan.
d. hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan
kadar kolesterol total (juga LDL dan VLDL) dan trigliserida.
e. Hiponatremia akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat
oleh diuretika lengkungan, kadar Na plasma dapat menurun
keras dengan akibat hiponatremia.
f. Lain-lain: gangguan lambung-usus, mual, muntah, diare,
rasa letih, nyeri kepala, pusing dan reaksi alergis kulit.
Interaksi
Kombinasi dari obat-obat lain bersama diuretika dapat
menimbulkan interaksi yang tidak dikehendaki, seperti:
- Penghambat ACE (obat-obat hipertensi) dapat
menimbulkan hipotensi yang hebat.
- Obat-obat rema (NSAID) dapat memperlemah efek
diuresis dan antihipertensif akibat sifat retensi natrium dan
airnya
- Kortikosteroid dapat memperkuat kehilangan kalium
- Aminoglikosida: ototoksisitas diperkuat berhubung
diuretika sendiri dapat menyebabkan ketulian
- Antidiabetika oral dikurangi efeknya bila terjadi
hiperglikemia
- Litium klorida dinaikkan kadar darahnya akibat
terhambatnya ekskresi
Kehamilan dan Laktasi
Thiazida dan diuretika lengkungan dapat
mengakibatkan gangguan elektrolit di janin, juga
terjadi kelainan darah pada neonati. Wanita
hamil boleh menggunaknan diuretika pada fase
terakhir kehamilannya atas indikasi ketat dan
dengan dosis yang serendah-rendahnya.
Penggunaan spironolakton dan amilorida oleh
wanita hamil dianggap aman. Furosemida, dan
HCT mencapai susu ibu dan menghambat
laktasi.
 Furosemida (Lasix, Impugan)
Merupakan turunan sulfonamida yang berdaya diuretis kuat dan bertitik
kerja di lengkungan Henle.

Farmakokinetik:
Resopsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, ekresinya melalui
kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu

Efek samping:
Terjadi ketulian, hipokalemia dan hipotensi

Dosis:
Pada udema: oral 40-80 mg pagi
Asam etakrinat ( Edecrin)
Merupakan derivat fenoksiasetat dan bekerja di lengkungan Henle.

Farmakokinetik:
Ekskresinya berlangsung melalui empedu
dan kemih

Efek samping:
Gangguan lambung-usus, zat ini tidak
boleh diberikan pada anak-anak di bawah
usia 2 tahun

Dosis:
Oral 50 mg, iv 50 mg garam natrium
Hidroklorthiazida (HCT, esidrex)
Senyawa sulfamoyl yang diturunkan dari
klorthiazida yang dikembangkan dari
sulfanilamida, bekerja di bagian muka tubuli
distal

Farmakokinetik:
Resorpsinya dari usus sampai 80%
dan eksresinya lewat kemih secara utuh

Dosis:
Hipertensi 12,5 mg pagi, udema 25-100 mg.
Spironolakton (Aldactone,
Letonal)
Penghambat aldosteron ini berumus steroida, mirip struktur hormon
alamiah

Farmakokinetika:
Resorpsinya dari usus tidak lengkap dan diperbesar oleh
makanan. Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit
aktif, antaralain kanrenon yang diekskresikan melalui kemih dan tinja

Efek samping:
Penggunaan lama dan dosis tinggi efeknya antiandrogen,
gangguan potensi dan libido pada pria sedangkan pada wanita
nyeri buah dada dan gangguan haid.

Dosis:
Oral 25-100 mg pada waktu makan
Asetazolamida (Diamox)
Obat ini diturunkan dari sulfanilamida, dianggap
sebagai pelopor thiazida dan merupakan
diuretikum pertama yang digunakan dalam
terapi.

Farmakokinetik:
Resorpsinya baik, mulai kerjanya dalam 1-3
jam dan ekskresinya lewat kemih secara utuh

Dosis:
pada glaucoma oral 250 mg
Mannitol dan Sobitol
Manitol adalah alkohol- gula ini (C6H14O) terdapat ditumbuh-
tumbuhan dan getahnya, juga ditumbuhan laut. Diperoleh
dengan cara reduksi elektrolitis dari glukosa.

Dosis:
Infus iv 1,5-2 g/kg dalam 30-60 menit

Sorbitol adalah stereoisomer dari manitol dengan


khasiat, sifat dan penggunasan sama

Dosis:
Infus iv 1-2 g/kg dari larutan 20-25%

Anda mungkin juga menyukai