Anda di halaman 1dari 6

Hipertensi Dalam Kehamilan, Nyeri kepala, Gangguan penglihatan, kejang Dan/Atau

Koma

Antihipertensi

Obat pilihan adalah bildralazin, yang diberikan 5 mg IV pela-pelan selama 5 menit

sampai tekanan darah turun.

Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setaiap 2 jam

Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan;

- nifedipine 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan

5 mg sublingual;

- Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi

labetolol 20 mg IV

Persalinan

 pada preeklamsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada

eklamsia dalam 24 jam sejak gejala ekslamsia timbul.

 Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (Pada

eklamsia), lakukan seksio sesaria.

 Jika seksio sesaria akan dilakukan, perhatikan bahwa;

- tidak derdapat kuogulopati

-anastesia yang aman/terpilih adalah anastesia umu. Jangan lakukan anastesi local,

sedang anestesi spinal berhubungan dengan resiko hipotensi.


 Jika anesthesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil,

lakukan persalinan pervagina.

- Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2 – 5 IU dalam 500 mL

dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

Perawatan postpartum

 Anti konsulfan diteruskan samapi 24 jam postpartum atau kejang terakhir.

 Teruskan terapi antihipertansi jika tekanan diastolic masih > 110 mmHg.

 Pantau urin.

Rujukan

 Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika:

- terdapat oligoria (<400 mL/24 jam)

- terdapat sindrom HELLP

- koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang

Hipertensi kronik

 Jika pasien sebelum hamil sudah mendapat obat hipertensi, dan terkontrol dengan

baik, lanjutkan pengobatan tersebut.

 Jika tekanan diastolic >110 mmHg atau tekanan sistolik ≥ 160 mmHg, berikan

antihipertensi.

 Jka terdapat proteiunuria, pikiran supersimosed preeekamplesia.


 Istirahat.

 Pantau pertumbuhan dan kondisi janin

 Jika tidak ada komplikasi, tunggu samapi aterm.

 Jika terdapat preekamplesia, pertumbuhan janin terhambat atau gawat janin,

lakukan;

- JIka servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2 – 5 IU dalam 500 mL

dekstrose per infuse 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin;

- Jika servik belum matang, berikan prostaglandin, misoprostal atau kateter foley.

 Observasi komplikasi seperti solusion plasenta, atau superimposed preekamplisia.

Malaria serebral

 Pikirkan kemungkinan malaria serebral jika ditemukan kasus di daerah endemic

malaria dengan demam tinggi diseetai nyeri kepala, hialng kesadaran, atau kejang.

 Pastikan diagnosis dengan pulasan darah perifer.

 Beri infuse 500 mL Dekstrosa 5% atau RL.

 Jika quinena intervena, berikan quinine hidroklorida 29 mg/kg BB melaui infuse

selama 4 jam. Sesudah 4 jam kemudian, berikan dosis pemeliharaan 10 mg

quinine/kg BB per infuse selama 4 jam; yang diulang dosis sama setiap 8 jam

peroral, sampai 7 hari.

 Jika quinine tidak ada, dapat diberikan jika dalam 24 jam sebelumnya pasien telah

mendapat quinine atau quinidine.

 Awal kemungkinan hipoglikemia. Jika terjadi hipoglikemmia, berikan 50 mL

glukosa 50% intravena.


 Berikan transfuse packed cell dan suplementasi asam folat jika terdapat anemia.

 Perhatikan keseimbangan cairan.

Tetanus

 Lakukan penelitian klinik dan perhatikan tanda-tanda/gejala tetanus. Tanda

pertama adalah trimus, yang kemudian menjalar menjadi kaku muka, leher dan

tengkuk. Dinding perut kaku seperti papan.

 Jika pasien mempunyai kekebalan aktif, antibody melewati plasenta, sehingga

melindungi ibu dan janin. Pasien dianggap mempunyai kekebalan jika ia telah

mendapat 2 dosis vaksin dengan interval 4 minggu, dan jarak waktu sekurangnya

4 minggu antara dosis terakhir dengan saat terminasi kehamilan. Dalam hal

demikian berikan suntikan booster tetanus toksoid 0,5 IM.

 Jika belum perna imunisasi, berikan serum antitanus 1500 unit IM TT 0,5 IM

diberikan 4 minggu kemudian.

 Penanganan umum:

- rawat dalam ruang yang tenang;

- hindari rangsangan;

- pertahankan hidrasi dan pemberian makan;

- obat infeksi sekunder.

 Beri 500 – 3000 IU antioksidan tetanus IM.

 Cegah produksi toksin selanjutnya dengan:

- Keluarkan infeksi sekunder

- Suntikan benzyl penisilin 2 juta unit setiap 4 – 6 jam IV.


 Atas kejang dengan pemberian Diazepam 10 – 20 mg per jam per infuse NaCl.

Jika perlu, dapat diberikan pankuranium atau verkukonium (jika tersedia)

Epilepsi

 Umumnya kehamilan tidak dipengaruhi oleh kehamilan.

 Wanita hamil dengan epilepsy mempunyai resiko untuk terjadi hipertensi karena

kehamilan, persalinan premature, berat badan lahir rendah, kelainan bawaan, dan

kemantian parenteral.

 Hindari pemberian obat-obat pada kehamilan muda yang berhubungan dengan

kelainan bawaan (seperti vulvolik acid). Fenitoin dapat mengakibatkan defisien

neonatal terhadap factor pembekuaan yang tergantung pada kator vitamin K.

 Sumplementasi asam folat diberikan bersama dengan terapi antiepilepsi dalam

kehamilan.

 Jika pasien kejang, berikan 10 mg Diazepoam IV selama 2 menit. Dapat diulang

sesudah 10 menit. Jika kejang berlanjut, beri 1000 mg fenitoin IV dilarutkan

dalam NaCl selama 20 menit (18 mg/kgBB)

 Jika diketahui sebelumnya pasien tersebut epilepsy, pengobatan yang selama ini

diberikan dapat diteruskan. Beri asam folat suplemen dan berikan 1 mg vitamin K

kepada bayi baru lahir.

 Jika pengobatan selama ini tidak diketahui, beri fenitoin 100 mg 2 – 3 kali sehari

peroral. Beri suplemen asam folat dan vitamin K seperti diatas.

 Lakukan evaluasi terhadap epilepsy, jika epilepsy tersebut baru muncul dalam

kehamilan ini.

Anda mungkin juga menyukai