No. Revisi: 00 SOP Tanggal Terbit: 01 Februari 2022 Halaman: 1 / 4
UOBF PUSKESMAS dr. FATATUL ANAFAH
TEMANDANG NIP. 19840308 201101 2 008
Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan
1. Pengertian TRIAS hipertensi, edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera setelah persalinan 2. Tujuan Sebagai acuan dalam penanganan ibu hamil dengan Preeklamsi Surat Keputusan Kepala UOBF Puskesmas Temandang No 3. Kebijakan 188.4/012/KPTS/414.102.22/2022 Tentang Pelayanan Klinis di Persalinan Angsar M. Dikman. “Hipertensi dalam kehamilan” Simposium “ Era baru pengobatan gagal jantung dan hipertensi”. Surabaya, 4 Agustus 1984. Angsar M. Dikman. “Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam 4. Referensi kehamilan di Indonesia”. Sat Gas Gestosis POGI Edisi I, 1985. Ferri T.F. “Toxemia and Hypertension” Medical Complication during pregnancy. WB Saunders & Co Philadelphia 1982. H. Sumampouw, et al. Pre – Eklampsia. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Dr. Soetomo 1994 : 43 – 47 5. Prosedur/ 1. Penanganan Pre Eklampsi ringan Langkah-langkah a. Kehamilan kurang dari 37 minggu Lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan − Pantau tekanan darah, priotein urine, refleks dan kondisi janin − Konseling pasien dengan tanda-tanda bahaya dan gejala preeklampsi dan eklampsi − Lebih banyak istirahat − Diet biasa − Jika tekanan darah naik maka pasien perlu dirawat − Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan − jika tidak rawat sampai aterm − Jika protein urine meningkat tangani sebagai preeklampsi berat. b. Kehamilan lebih dari 37 minggu - Jika serviks matang pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin - Jika serviks belum matang, lakukam pematangan dengan prostaglandin atau section sesaria. c. Penanganan Pre eklampsia berat dan eklampsia - Penanganan pre eklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Semua kasus preeklampsia berat harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif tidak dianjurkan d. Penanganan kejang - Beri obat anti konvulsan - Perlengkapan untuk penanganan kejang - Oksigen 4-5 l/mnt - Lindungi pasien dari kemungkinan trauma - Baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari resiko aspirasi - Setelah kejang aspirasi mulut dan tenggorokan jika diperlukan e. Penanganan umum - Jika tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai tekakan diastolik diantara 90-100 mmHg - Pasang infus dengan jarum ukuran besar - Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload - Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinurine - Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/ jam - Hentikan pemberian MgSO4 dan berikan cairan IV (Na Cl 0.9 % atau RL) dengan kecepatan tetasan 1 liter/8jam - Pantau kemungkinana edema paru - Observasi tand-tanda vital dan denyut jantung janin tiap jam - Jika terjadi edema paru berikan injeksi Furosemid 40 mg IV sekali saja f. Anti Konvulsan MgSO4 - Cara pemberian MgSO4: Dosis awal : MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40 % selama 5 menit segera diberikan larutan MgSO4 6 gr di larutkan dalam cairan infus RL 500 ml diberikan sekama 6 jam (untuk MgSO4 40%, maka 10 cc IV dan 15 cc drip). Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan Mg SO4 2 gr IV selam 2 menit. Dosis pemeliharaan : MgSO4 1-2 gr per jam perinfus lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir. Berikan MgSO4 bila : - Frekuensi pernapasan >16 X/mnt - Reflek patela (+) - Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir - Berhentikan pemberian MgSO4 jika : - RR < 16 X/mnt - Refleks patela (-) - Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir g. Antidotum - Jika terjadi henti napas lakukan ventilas - Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) pelan-pelan sampai napas mulai lagi h. Diazepam - Diasepam digunakan hanya jika MgSO4 tidak ada - Pemberian intravena Dosis awal : Diasepam 20 mg IV pelan-pelan selama 20 menit Jika kejang berulang dosisi awal. Dosis pemeliharaan : Diasepam 40 mg dalam larutan RL 500 cc perinfus jangan berikan dosis > 100mg / 24 jam Pemberian melalui rectum : jika pemberian IV tidak dimungkinkan diasepam dapat diberikan per rectal dengan dosis awal 20 mg dengan semprit 10 ml tanpa jarum. Jika konvulsi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg/ jam tergantung pada berat pasien dan respon klinik. i. Persalinan - Persalinan harus diusahakan segera setelah pasien stabil. - Periksa serviks, jika matang lakukan pecah ketuban dan induksi dengan oksitosin atau prostaglandin - Jika persalinan tidak bisa diharapkan dalam 12 jam lakukan seksio sesarea - Jika DJJ < 100 atau > 180 X/ menit lakukan sectio sesarea - Jika servik belum matang dan janin hidup lakukan secsio sesaria - Jika janian mati atau terlalu kecil usahakan lahir pervaginam dengan matangkan serviks dengan misoprostol, prostaglandin atau folly kateter j. Perawatan pasca persilanan - Anti konvulsi diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau setelah kejang - Teruskan antihipertensi jik tensi > 110 mmHg - Pantau urin Pantau Vital sign per jam Penanganan Pre Eklampsi ringan
Kehamilan < 37 mgg Lakukan penilaian 2 kali seminggu
secara rawat jalan
Kehamilan lebih dari 37 minggu
Penanganan Pre eklampsia berat dan eklampsia
Penanganan kejang
6. Diagram Alir Penanganan umum
Anti Konvulsan MgSO4
Antidotum
Diazepam
Perawatan pasca persilanan
7. Unit Terkait Laboratorium, Dokter umum, KIA, Persalinan
8. Rekaman Histori Perubahan No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan