Anda di halaman 1dari 4

IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMSIA

No. Dokumen : SOP/PK/KIA.P.090/414.102.025/2023


No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 05 Juni 2023
Halaman : 1/3
UOBF SULEMI

PUSKESMAS NIP.
SEMANDING
196503301992032005

Preeklampsia adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan TRIAS


1. Pengertian hipertensi, edema dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan
20 minggu sampai segera setelah persalinan
Agar ibu hamil dengan PER/PEB tertangani sejak dini dan meminimal
2. Tujuan terjadinya komplikasi terhadap ibu dan janin yang disebabkan oleh
PER/PEB
SK Kebijakan Pelayanan Klinis di UOBF Puskesmas Semanding Nomer
3. Kebijakan
: 188.4/159/KPTS/414.102.025.2023
Angsar M. Dikman. “Hipertensi dalam kehamilan” Simposium “ Era
baru pengobatan gagal jantung dan hipertensi”. Surabaya, 4 Agustus
1984.
Angsar M. Dikman. “Panduan Pengelolaan Hipertensi dalam kehamilan
di Indonesia”. Sat Gas Gestosis POGI Edisi I, 1985.
4. Referensi
Ferri T.F. “Toxemia and Hypertension” Medical Complication during
pregnancy. WB Saunders & Co Philadelphia 1982.
H. Sumampouw, et al. Pre – Eklampsia. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Lab/ UPF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Dr. Soetomo
1994 : 43 – 47
1. Alat dan Bahan
Oksigen, sungkup oksigen, cairan infus, infus set, jarum infus, spuite
10cc, MGSO4
2. Penanganan Pre Eklampsi ringan
a. Kehamilan kurang dari 37 minggu Lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan
− Pantau tekanan darah, priotein urine, refleks dan kondisi
janin
− Konseling pasien dengan tanda-tanda bahaya dan gejala
preeklampsi dan eklampsi
− Lebih banyak istirahat
− Diet biasa
− Jika tekanan darah naik maka pasien perlu dirawat
5. Prosedur − Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan
− jika tidak rawat sampai aterm
− Jika protein urine meningkat tangani sebagai preeklampsi
berat.
b. Kehamilan lebih dari 37 minggu
- Jika serviks matang pecahkan ketuban dan induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin
- Jika serviks belum matang, lakukam pematangan dengan
prostaglandin atau section sesaria.
c. Penanganan Pre eklampsia berat dan eklampsia
- Penanganan pre eklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia. Semua kasus
preeklampsia berat harus ditangani secara aktif. Penanganan
konservatif tidak dianjurkan
d. Penanganan kejang
- Beri obat anti konvulsan
- Perlengkapan untuk penanganan kejang
- Oksigen 4-5 l/mnt
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- Baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari resiko
aspirasi
- Setelah kejang aspirasi mulut dan tenggorokan jika
diperlukan
e. Penanganan umum
- Jika tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat
antihipertensi, sampai tekakan diastolik diantara 90-100
mmHg
- Pasang infus dengan jarum ukuran besar
- Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload
- Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin dan
proteinurine
- Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/ jam
- Hentikan pemberian MgSO4 dan berikan cairan IV (Na Cl
0.9 % atau RL) dengan kecepatan tetasan 1 liter/8jam
- Pantau kemungkinana edema paru
- Observasi tand-tanda vital dan denyut jantung janin tiap jam
- Jika terjadi edema paru berikan injeksi Furosemid 40 mg IV
sekali saja
f. Anti Konvulsan MgSO4
- Cara pemberian MgSO4:
Dosis awal : MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40 %
selama 5 menit segera diberikan larutan MgSO4 6 gr di
larutkan dalam cairan infus RL 500 ml diberikan sekama 6
jam (untuk MgSO4 40%, maka 10 cc IV dan 15 cc drip). Jika
kejang berulang setelah 15 menit berikan Mg SO4 2 gr IV
selam 2 menit.
Dosis pemeliharaan : MgSO4 1-2 gr per jam perinfus
lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan
atau kejang berakhir.
Berikan MgSO4 bila :
- Frekuensi pernapasan >16 X/mnt
- Reflek patela (+)
- Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
- Berhentikan pemberian MgSO4 jika :
- RR < 16 X/mnt
- Refleks patela (-)
- Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
g. Antidotum
- Jika terjadi henti napas lakukan ventilas
- Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%) pelan-
pelan sampai napas mulai lagi
h. Diazepam
- Diasepam digunakan hanya jika MgSO4 tidak ada
- Pemberian intravena
Dosis awal : Diasepam 20 mg IV pelan-pelan selama 20
menit Jika kejang berulang dosisi awal.
Dosis pemeliharaan : Diasepam 40 mg dalam larutan RL 500
cc perinfus jangan berikan dosis > 100mg / 24 jam
Pemberian melalui rectum : jika pemberian IV tidak
dimungkinkan diasepam dapat diberikan per rectal dengan
dosis awal 20 mg dengan semprit 10 ml tanpa jarum. Jika
konvulsi dalam 10 menit beri tambahan 10 mg/ jam
tergantung pada berat pasien dan respon klinik.
i. Persalinan
- Persalinan harus diusahakan segera setelah pasien stabil.
- Periksa serviks, jika matang lakukan pecah ketuban dan
induksi dengan oksitosin atau prostaglandin
- Jika persalinan tidak bisa diharapkan dalam 12 jam lakukan
seksio sesarea
- Jika DJJ < 100 atau > 180 X/ menit lakukan sectio sesarea
- Jika servik belum matang dan janin hidup lakukan secsio
sesaria
- Jika janian mati atau terlalu kecil usahakan lahir pervaginam
dengan matangkan serviks dengan misoprostol,
prostaglandin atau folly kateter
j. Perawatan pasca persilanan
- Anti konvulsi diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan
atau setelah kejang
- Teruskan antihipertensi jik tensi > 110 mmHg
- Pantau urin Pantau Vital sign per jam
Penanganan Pre Eklampsi ringan

Kehamilan < 37 mgg Lakukan penilaian 2 kali


seminggu secara rawat jalan

Kehamilan lebih dari 37 minggu

Penanganan Pre eklampsia berat dan eklampsia

Penanganan kejang

6. Diagram Alir
Penanganan umum

Anti Konvulsan MgSO4

Antidotum

Diazepam

Perawatan pasca persilanan

7. Unit Terkait Laboratorium, Dokter umum, KIA

8. Rekaman No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai

Historis diberlakukan

perubahan Kop SOP 102.27 05 Juni 2023


UOBF

Anda mungkin juga menyukai