Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL PADA NY “R”

DENGAN INPARTU KALA I FASE LATEN


DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR
TANGGAL, 07 AGUSTUS 2017

O
L
E
H

KELOMPOK I

DEWI TOSAE
ZAINUN RAPULELA
MUNTIK AGUSTINA
NORMASANDI
SYAMSURIYATI. S
NURABIDAH
MARLINA
NARTI

BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK)


MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pre-eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu

hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias :

hipertensi, protein urine, udema, yang kadang kadang disertai konvulsi

sampai koma.(Sarwono;1999)

Pre-eklamsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda

hipertensi, edema dan protein uri yang timbul karena kehamilan dan

umumnya terjadi pada trimester ke 3 kehamilan sampai minggu ke 6

setelah melahirkan. Pre Eklampsi dibagi dalam golongan ringan dan

berat. Pada Pre eklampsi berat,persalinan harus terjadi dalam 24 jam

sedang pada eklampsi 12 jam setelah gejala eklampsi timbul. Jika

persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam, maka haruslah dilakukan

section caesarea.(SArwono; 1999)

Pre-Eklampsia dapat menyebabkan kelahiran premature baik

spontan kelahiran bayi cacat atau perkembangan janin tidak sempurna

bahkan berpotensi mengancam jiwa. Pre Eklampsi dapat segera

diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil.

Pemeriksaan antenatal yang teratur sangat penting dalam upaya

pencegahan pre eklampsi dan eklampsi.


( http;//websitekesehtankita.blogspot).

B. Tujuan Penyusunan Laporan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan Manajemen Asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan Pre-Eklampsia di RSIA SITTI KHADIJAH I

Tanggal 28 April 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian identifikasi dan antisipasi

masalah aktual dan potensial pada ibu bersalin dengan Pre

Eklampsi.

b. Mampu mengindentifikasi tindakan segera pada asuhan

kebidanan pada ibu bersalin dengan Pre Eklampsi.

c. Mampu merencanakan dan melaksanakan asuhan

kebidanan pada ibu berslin dengan Pre Eklampsi.

d. Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan kebidanan

pada ibu bersalin dengan Pre Eklampsi


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Intra Natal Care (INC)

1. Pengertian

a. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono

; 2009)

b. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu) lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sarwono; 2006)

c. Persalinan Sectio Caesarea adalah suatu tindakan melahirkan bayi

dengan berat di atas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus

yang masih utuh ( intact) (Sarwono; 2006)

2. Indikasi Sectio Caesarea.

Menurut Reeder et.al (2011) indikasi persalinan SC terdiri atas tiga

faktor yaitu faktor ibu,faktor janin, faktor plasenta atau kombinasi

dengan yang lain.

a. Indikasi Pada Ibu


Indikasi pada ibu terdiri atas; penyakit ibu seperti jantung, DM, Pre

Eklampsi dan eklampsi, kanker serviks, herpes simplex tipe 2 atau

herpes genitalis dalam fase aktif. Faktor pada ibu yang lain adalah

pembedahan uterus sebelumnya termasuk miomektomi dan

persalinan SC sebelumnya.

b. Indikasi untuk janin/anak


Faktor pada janin terdiri atas: gawat janin seperti janin dengan

kasus prolaps tali pusat, insufisiensi utero plasenta hebat dan

malpresentasi seperti letak lintang, presentasi dahi, kehamilan

ganda dengan bagian tereendah janin pada posisi melintang

bokong, faktor plasenta pada janin seperti plasenta previa dan

solutio plasenta.

c. Faktor kombinasi antara faktor ibu dan faktor janin.

Faktor kombinasi pada ibu dan janin pada umumnya adalah

distosia atau kemajuan persalinan yang abnormal ditunjukkan

sebagai suatu kegagalan kemajuan dalam persalinan. Hal ini

berhubungan dengan ketidaksesuaian antara ukuran panggul

dengan ukuran kepala janin, kegagalan induksi atau aksi kontraksi

uterus yang abnormal.


B. Tinjauan tentang Preeklamsia

1. Defenisi

Preeklamsia adalah : Kumpulan gejala yang timbul pada ibu

hamil,bersalin dan masa nifas yang terdiri dari TRIAS :

Hipertensi,Proteiin urine, udema.yang kadang-kadang disertai konvulsi

sampai koma.dan kadang tidak menunjukan tanada-tanda kelainan

vaskuler atau hipertensi sebelumnya

2. Klasifikasi Preeklamsia

1. Preeklampsi Ringan

a. Tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih yang diukur pada

posisi berbaring terlentang,atau kenaikan diastilok 15 mm Hg

atau lebih. Atau kenaikan Sistolik 30 mmHg atau lebih.

b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan BB 1

kilo atau lebih perminggu.

c. Protein uria kwantitatif 0,3gr lebih perliter, kwalitatif 1+ atau 2+

pada urine kateter atau midsrteam.

2. Preeklampsia Berat.

a. Tekanan darah 160/110 mm Hg atau lebih

b. Protein uria 5 gr atau lebih perliter

c. Oligoria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam


d. Adanya gangguan serebral,gangguan visus, dan rasa nyeri

diepigastrim

e.Terdapat Odema paru dan sianosis.

3. Etiologi

Penyakit ini sampai saat ini belum diketahui pasti, namun ada

teori yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori “

iskemia plasenta namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal

yang berkaitan dengan penyakit ini.

4. Manifestasi klinis

a. Anamneses
a. Adanya keluhan sakit kepala yang menetap

b. Gangguan penglihatan

c. Mual muntah

d. Nyeri uluhati untuk kasus PEB berat

b. Pemeriksaan fisik

a. Tanpa odema pada wajah dan tungkai

b. Pemeriksaan Tekanan darah terjadi peningkatan

2. Pemeriksaan Penunjang sistolik 15mm Hg, Diastolik 30mm Hg.

3. Pemeriksaan Penunjang

- Albumin (+ - ++ ) Preeklamsia ringan

- Albumin ( +++ - ++++ ) Preeklamsia berat


4. Penatalaksanaan.

a. Pencegahan

- Pemeriksaan ANC yang teratur dan bermutu serta teliti

mengenali tanda-tanda sedini mungkin lalu diberi pengobatan

yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.

- Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya

preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposissi

- Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,

ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah garam,

lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein juga menjaga BB

yang berlebihan.

b. Penanganan

Tujuan utama penanganan adaalah :

1. Untuk mencegah terjadinya preeklampsi dan eklamsi


2. Hendaknya janin lahir hidup.
3. Trauma pada janin seminimal mungkin.

1).Preeklampsi ringan

- Pengobatan hanya bersifat simtomatik, selain


rawat inap rawat jalan dgn skema lebih sering
- Istirahat ditempat tidur, diet rendah garam, beri
obat-obatan : Valium tablet 5 mg dosisi 3x1 atau
fenobarbital tablet 30 mg dosis 3x1.
- Bila gejala masih menetap penderita dirawat
nginap dengan monitor keadaan janin, periksa
kadar estirol urin,amnioskopi dan USG.
- Induksi partus dilakukan bila usia kehamilan sudah
masuk 37 minggu keatas

2). Pre-eklampsia berat

 Pre-eklamsia pada kehamilan < 37 mg

-. Jika janin belum menunjukan tanda-tanda


maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio
L/S, maka penanganannya adalah :

a. Berikan suntikan sulfamagnesikus dengan dosis


8 gr IM, kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr IM setiap 4 jam.(selama tidak ada
kontraindikasi ).

b.Jika ada perbaikan kondisi pasien pemberian


sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama
24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan
( kecuali ada kontraindikasi ).

c.Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan


janin dimonitor serta BB ditimbang seperti pada
pre-eklamsia ringan, sambil mengawasi timbulnya
lagi gejala.

d. Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan


dilakukan terminasi kahamilan dengan induksi
partus atau tindakan lain tergantung keadaan

- Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda


tanda kematangan paru janin maka
penatalaksanakan kasus sama seperti pada
kehamilan > 37 mg.

 Pre-eklamsia Berat pada kehamilan >37 mg

- Penderita dirawat inap

1.Istirahat mutlak dan tempatkan dalam kamar


isolasi

2. Diet rendah garam tinggi protein

3.Suntikan sulfatmagnesikus 8gr IM, 4 gr bokong


kanan, 4 gr bokong kiri.

4.Suntukan dapat diulang dengan dosis 4 gr tiapa


4 jam

5.Inpus dextrose 5 % dan RL

- Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres i


ampul IM, dan selanjutnya dapat diberikan tablet
katapres 3x1/2 tablet 2 x ½ tablet
- Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat
udema umum, udema paru, dan kegagalan
jantung kongestif.untuk itu dapat disuntikan 1
ampul lasiz IV.

- Segera setelah pemberian sulfat magnesikus


kedua, dilakukan induksi partus dengan atau
tanpa amniotomi.

- Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi


Vakum atau Forseps.

-.Jangan berikan metergin post partum, kecuali


bila terjadi perdarahaan yang disebabkan atonia
uteri

- Pemberian sulfat magnesikus ,kalau tidak ada


kontra indikasi, kemudian diteruskan dengan dosis
4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam post partum.

- Bila ada indikasi Obstetri dilakukan seksio


sesarea.

5. Komplikasi

Komplikasi ibu yang sering terjdi eklamsia, solusio

plasenta, gagal ginjal, nekrosisi hepar, ruptur hepar,, komplikasi

bayi yang sering terjadi adalah premanemia hemolitik

mikroangiopatik, perdarahan otak, edema paru dan pelepasan


retina. Komplikasi janin meliputi prematuritas, insufisiensi

uteroplasenta, retardasi pertumbuhan intra uteri dan kematian

janin intera uteri.


BAB III

STUDI KASUS

A. PENDOKUMENTASIAN SOAP

TGL PROFESI S (Subjective ) INSTRUKSI NAMA/


JAM O (Objective ) TANDA
A (Assesment) TANGAN
P (Planning)

28/4/20 S: Rencana
15
Ibu masuk RS dengan SC Cyto
Jam.
pengantar dan konsul
08.00
dr. Ha. Irnawaty Bahar

SPOG dengan

keluhan sakit perut

tembus belakang sejak

3 hari yang lalu,

pusing, pelepasan

lendir dan darah tidak

ada

HPHT : 10-7-2014

O:

KU ibu baik,

TD:160/90 mmHg,
N:70x/mnt, S:36,50C,

P:18x/mnt,

TP : 17-4-2015

Palpasi :

LI : TFU: 32cm, LP :

96 cm, TBJ :3072 gr,

LII : punggung kiri

LIII : Kepala

LIV : 4/5

Auskultasi :DJJ 144x/mnt

Oedema: +

Protein uri : ++

VT : tidak dilakukan

A : G1P0A0 gravid

aterm + Pre Eklampsi

P:

-Pemantauan TTV

-Observasi DJJ

-Observasi intake

output.

-Kolaborasi :

-Pasang infuse,
pasang cateter.

-Tunggu instruksi lanjut

B. PEMBAHASAN

Pada bagian ini dibahas perbandingan kasus berdasarkan hasil

pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny”I” G1P0A0 hamil aterm

dengan PE dengan tinjauan pustaka. Asuhan kebidanan dilaksanakan di

RSIA SITTI KHADIJAH Makassar pada tanggal 28 April 2015.

Pendekatan dalam studi kasus ini dilaksanakan berdasarkan langkah-

langkah manajemen kebidanan yang selanjutnya didokumentasikan

dalam bentuk SOAP. Selanjutnya akan diuraikan kesenjangan yang

ditemukan antara tinjauan kasus dengan tinjauan pustaka serta upaya

untuk mengurangi kesenjangan yang ada berdasarkan ruang lingkup

tugas, tanggung jawab dan wewenang bidan.

Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis dilanjutkan

pemeriksaan fisik dan laboratorium sesuai kebutuhan untuk mengetahui

riwayat kesehatan klien di masa lalu yang dapat mempengaruhi

kehamilan saat ini. Hasil anamnesis yang sifatnya masih subjektif

dilanjutkan untuk memperoleh data objektif melalui pemeriksaan fisik

dan laboratorium memudahkan dalam menentukan diagnosis masalah

dan kebutuhan klien.


3. Hasil assessment pada ibu Ny”I” G1P0A0 hamil aterm dengan PE,

antisipasi masalah berdasarkan diagnosis, dan jika tidak mendapat

penatalaksanaan dengan baik dapat menimbulkan komplikasi ibu

yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan uraian pada

tinjauan kasus dan tinjauan pustaka ditemukan adanya

kesenjangan yaitu pada saat observasi didapatkan data objektif

yaitu TD:160/90 mmHg, trpasang infus RL 24tts/i, protein urine ++,

sedangkan di teori yang dimaksud dengan PE yaitu apabila

tekanan darah ≥160/110 mm Hg dan protein urine +++ atau ++++.

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Pengkajian dan analisa data dalam memberikan asuhan

kebidanan sangat penting dilakukan karena merupakan langkah awal

yang kiranya perlu penanganan cermat agar masalah tidak mengalami

komplikasi yang lebih berat. Dari data subjektif dan objektif yang

didapatkan pada Ny”I”, maka ditegakkan diagnose masalah actual dan

potensial. Pendokumentasian hasil asuhan juga merupakan hal yang

sangat penting karena merupakan salah satu pembuktian pertanggung

jawaban atas setiap penanganan yang dilakukan terhadap klien.

B. SARAN

1. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan

pelayanan yang professional sehingga dapat berperan aktif dalam

menurunkan angka kematian ibu (AKI). Dengan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan, pelatihan-

pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang berkualitas sesuai

dengan perkembangan IPTEK.

2. Bidan harus memberikan asuhan sesuai dengan standar,

wewenang dan kode etik profesi.

3. Seorang bidan hendaknya menganggap semua ibu hamil

mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi yang dapat


mengancam jiwa ibu, oleh karena itu bidan diharapkan mampu

mendeteksi secara dini adanya tanda-tanda bahaya pada post

patum dan menganjurkan ibu dan keluarga segera kepelayanan

kesehatan bila mengalami hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai