Anda di halaman 1dari 24

Sumirda Rahareng, S.Tr.Keb.,M.

Keb

BERBAGAI KASUS KEGAWATDARURATAN


OBSTETRI (PERSALINAN PATOLOGI) KALA I
PENGERTIAN KEGAWATDARURATAN (PATOLOGI)

Patologi merupakan ilmu yang mempelajari suatu


penyakit. Patologi adalah kajian dan diagnosis
penyakit melalui pemeriksaan organ, jaringan, cairan
tubuh dan seluruh tubuh (autopsi).
Komplikasi persalinan merupakan suatu penyakit yang
timbul di mana saat seorang wanita sedang
mengandung atau hamil.
MACAM-MACAM KASUS PATOLOGIS PERSALINAN KALA I

• Penyakit penyerta dalam persalinan


a. Diabetes mellitus adalah intoleransi kabohidrat ringan maupun
berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan
berlangsung.
b. Sistem pernapasan (Pneumonia) merupakan penyebab kematian
non obstetric yangterbesar setelah penyakit jantung. Oleh sebab
itu pmeu monia harus segera diketahui dalam kehamilan, segera
diawal dan diobati secar intensif untuk mencegah timbulnya
kematian janin/ ibu, terjadinya abortus, persalinan premature
atau kematian dalam kandungan
c. Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran napas
yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Biasanya
serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir
kehamilan jarang terjadi serangan
• Kelainan letak
a. Letak sungsang merupakan suatu letak dimana
bokong bayi merupakan bagian rendah dengan atau
tanpa kaki
b. Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin
melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi
yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain.
• Partus lama adalah persalinan lebih dari 8 jam atau
persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih. Faktor
terjadinya partu lama yaitu Kelainan his (Power), Kelainan
janin (passanger), kelainan jalan lahir (passage), Faktor
penolong, Faktor psikis, Ketuban pecah dini
• CPD (Cephalopelvic Disporpotion) Merupakan
ketidasesuaian ukuran panggul dan ukuran janin. Keadaan
ini mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan.
• Prolapsus tali pusat Merupakan suatu keadaan dimana tali
pusat berada disamping atau melewati bagian terendah
janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecat.
• Inersia uteri adalah his yang kekuatannya tidak adekuat
untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong
janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekwensinya
jarang.
• Perdarahan antepartum
a. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang
letaknya normal pada corpus uteri sebelum janin
lahir. Biasanya terjadi pada trimester III.
b. Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya
abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir.
• Syok obstetric merupakan kondisi ketika tekanan darah
menurun secara drastic sehingga organ-organ dan
jaringan tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang
cukup.
• Ruptur uteri imminens adalah salah satu bentuk
perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan
persalinan yaitu robekan diding uterus pada saat
kehamilan atau persalinan lebih dari 28 minggu
PRINSIP DETEKSI DINI DAN PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATAN OBSTETRI PADA KALA I
Kala I Memanjang
• Pengertian
Persalinan dengan kala I memanjang adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam
pada multigravida.
• Penyebab
Kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, kelainan janin,
faktor penolong.
• Klasifikasi
a. Fase laten memanjang adalah fase pembukaan serviks lebih dari 20
jam pada primipara dan 14 jam pada multipara. Keadaan yang
mempengaruhi fase laten antara lain keadaan serviks yang
memburuk dan persalinan palsu. Diagnosa juga dapat dinilai
pembukaan serviks tidak melewati 4 sesudah 8 jam inpartu dengan
his yang teratur.
b. Fase aktif memanjang
Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan
menilai tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks
melewati kanan garis waspada patograf. Hal ini dapat
dipertimbangan adanya inersia uteri jika frekwensi his
kurang dari 3x/10’/40”, turunnya janin yang tidak maju,
sedangkan his baik. Kecepatan pembukaan paling
lambat untuk primipara adalah kurang dari 1,2 cm/jam
atau kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan
pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau kurang dari 2
cm/jam
• Patofisiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala
I lama meliputi kelainan letak janin seperti letak
sungsang, letak lintang, presentsi muka, dahi dan
puncak kepala, kelainan panggul seperti pelvis
terlalu kecil atau CPD (Cephalopelvic
disproportion), kelainan his seperti inersi uteri.
• Penanganan Kala I lama
Keadaan umum ibu harus diawasi dengan seksama.
Tekanan darah diukur setiap 4 jam, denyut jantung janin
dicatat setiap setengah jam dalam kala I. Sebaiknya
diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCL
isotonic secara intravena berganti-ganti. Apabila
persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan maka
perlu diadakan penilaian seksama tentang keadaan ibu
dan janin. Apabila ketuban sudah pecah maka, harus
segera dilakukan tindakan segera untuk menghindari
bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban
pecah sudah dapat mengambil keputusan apakah perlu
dilakukan SC atau persalinan dapat dibiarkan
berlangsung.
Inersia Uteri
• Definisi
Inersia uteri merupakan his yang sifatnya lebih lemah,
lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his
normal. Inersia uteri terjadi karena pemanjangan fase
laten dan fase aktif atau keduanya.
• Jenis-jenis kelainan his
a. His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang
tidak normal. Kelainan terletak pada kontraksinya
yang singkat dan jarang. Bersifat lemah, pendek dan
jarang dari his normal
b. His Hipertonik/ tetania uteri yaitu his yang terlalu
kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang
biasa, kelainanya terletak pada kekuatan his. His yang
terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat < 3 jam.
c. His yang tidak terkordinasi adalah his
yang berubah-ubah. Tonus otot
meningkat diluar his dan kontraksinya
tidak berlangsung seperti biasa karena
tidak ada sinkronisasi antara kontraksi.
Tidak adanya kordinasi antara
kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah menyebabkan his tidak efisien
dalam mengadakan pembukaan.
• Etiologi
a. Kelainan His terutama ditemukan pada primigravida
kususnya primigravida tua
b. Faktor emosi dan ketakutan
c. Salah pimpinan persalinan
d. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat
dengan segmen bawah uterus, seperti pada kelainan
letak janin.
e. Kelainan uterus, seperti uteru unikolis
f. Salah pemberian obat-obatan oksitosin dan obat
penenang.
g. Peregangan Rahim yang berlebihan pada kehamilan
ganda atau hidramnion
h. Kehamilan premature
• Penatalaksanan
a. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi
janin, turunnya bagian terbawah janin dan
keadaan janin
b. Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien
untuk jalan-jalan
c. Buat rencana untuk menentukan sikap dan
tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada
letak kepala :
1. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam
500cc dextrose 5% dimulai dengan 12 tetes
permenit, dinaikan 10-15 menit sampai 40-50
tetes per menit.
2. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus.
Jika tidak memperkuat his setelah pemberian
oksitosin hentikan dulu dan anjurkan ibu
istirahat. Pada malam hari berikan obat
penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya
diulangi lagi pemberian oksitosin drips.
3. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi
insersi uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi
dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya lagi
memberikan oksitosin drips. Sebaiknya
persalinan segera diselesaikan dengan indikasi
lainnya.
Ketuban Pecah Dini
• Definisi
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam
sebelum terjadinya inpartu. Ketuban pecah dini ditandai
dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah
dini terjadi sebelum proses persalinan.
• Etiologi
a. Multipara dan grandemultipara
b. Hidramnion
c. Kelainan letak (sungsang atau lintang)
d. Kehamilan ganda
e. Cephalo Pelvis Disproportion
Tanda dan gejala
Keluarnya cairan ketuban yang merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis, berwarna pucat. Sementara
itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi.
Faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini
a. Usia
b. Sosial ekonomi
c. Paritas
d. Anemia
e. Perilaku merokok (mengandung lebih dari 2.500 zat kimia
karbomonoksida, ammonia, aseton, sianida, hydrogen dll)
f. Riwayat KPD
g. Tekanan intra uterin
• Komplikasi
a. Pada Ibu yaitu infeksi dalam
persalinan, infeksi masa nifas,
partus lama, perdarahan post
partum, meningkatnya tindakan
SC.
b. Pada janin yaitu prematuritas,
anemia, asfiksia, prolapse uteri,
hipoksi, persalinan lama, APGAR
score rendah, gagal ginjal
oligohidramnion.
• Penatalaksanaan
Pastikan diagnose terlebih dahulu kemudian tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal maupun
janin serta dalam inpartu apakah terdapat gawat
janin.Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara
konservatif yaitu rawat di rumah sakit.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm
atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus di rujuk ke
rumah sakit. Apabila janin hidup serta terdapat prolapse tali
pusat, pasien dirujuk dengan posisi pinggul lebih tinggi dari
badannya, bila memungkinkan dengan posisi sujud. Dorong
kepala janin keatas dengan 2 jari agar tali pusat tidak
tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain
hangat yang dilapisi plastik.
Fetal Distress
• Definisi
Fetal distress adalah indicator kondisi yang
mendasari terjadinya kekurangan oksigen
sementara atau permanen pada janin yang dapat
menyebabkan hipoksia pada janin.
• Etiologi Fetal Distress
a. Maternal yaitu hipotensi, Anemia maternal,
penyakit paru, malnutrisi, dehidrasi
b. Uterus yaitu Aktivitas kontraksi memanjang,
gangguan vascular (Aliran darah menuju
plasenta menuju)
c. Plasenta yaitu Solusio plasenta, pertumbuhan
hypoplasia, degenerasi vaskularnya (Fungsi plasenta
akan berkurang sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan O2 dan nutrisi metabolism janin)
d. Tali pusat yaitu kompresi tali pusat, Simpul mati, lilitan
tali pusat (Aliran darah menuju janin berkurang)
e. Janin yaitu infeksi (kemampuan untuk transportasi O2
dan membuang CO2 tidak cukup)
Diagnosis fetal distress
Fetal distress dinilai dengan apgar score (kurang dari 7
pada 1 menit dan 5 menit). Untuk diagnosis fetal distress
melalui pemantauan djj dapat menggunakan alat berupa
dopler atau stetoskop Laennec. Gerakkan janin dapat
ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali 20
menit). Gerakan janin juga dapat dilihat menggunakan
USG.
Penatalaksanaan
a. Reposisi ibu ke posisi berbaring lateral
b. Tinjau oleh spesialis
c. Tiriskan kandung kemih (dengan kateter utertra diam)
d. Pencarian donor darah
e. Pemberian antibiotic
f. Meminta persetujuan pasien
g. Menggunkan checklist operasi
h. Operasi Caesar harus dimulai < 1 jam setelah keputusan
(kedatangan ke ruang operasi < 30 menit dan kedatangan
menuju persalinan < 30 menit)
Asfiksia sedang menit 1 : 4-6 sedang
Asfiksi berat menit 1 : 0-3 berat
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai