OBSTETRI (PERSALINAN PATOLOGI) KALA I PENGERTIAN KEGAWATDARURATAN (PATOLOGI)
Patologi merupakan ilmu yang mempelajari suatu
penyakit. Patologi adalah kajian dan diagnosis penyakit melalui pemeriksaan organ, jaringan, cairan tubuh dan seluruh tubuh (autopsi). Komplikasi persalinan merupakan suatu penyakit yang timbul di mana saat seorang wanita sedang mengandung atau hamil. MACAM-MACAM KASUS PATOLOGIS PERSALINAN KALA I
• Penyakit penyerta dalam persalinan
a. Diabetes mellitus adalah intoleransi kabohidrat ringan maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. b. Sistem pernapasan (Pneumonia) merupakan penyebab kematian non obstetric yangterbesar setelah penyakit jantung. Oleh sebab itu pmeu monia harus segera diketahui dalam kehamilan, segera diawal dan diobati secar intensif untuk mencegah timbulnya kematian janin/ ibu, terjadinya abortus, persalinan premature atau kematian dalam kandungan c. Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran napas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan • Kelainan letak a. Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki b. Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. • Partus lama adalah persalinan lebih dari 8 jam atau persalinan yang berlangsung 12 jam atau lebih. Faktor terjadinya partu lama yaitu Kelainan his (Power), Kelainan janin (passanger), kelainan jalan lahir (passage), Faktor penolong, Faktor psikis, Ketuban pecah dini • CPD (Cephalopelvic Disporpotion) Merupakan ketidasesuaian ukuran panggul dan ukuran janin. Keadaan ini mengakibatkan kegagalan kemajuan persalinan. • Prolapsus tali pusat Merupakan suatu keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecat. • Inersia uteri adalah his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekwensinya jarang. • Perdarahan antepartum a. Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester III. b. Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. • Syok obstetric merupakan kondisi ketika tekanan darah menurun secara drastic sehingga organ-organ dan jaringan tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang cukup. • Ruptur uteri imminens adalah salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan yaitu robekan diding uterus pada saat kehamilan atau persalinan lebih dari 28 minggu PRINSIP DETEKSI DINI DAN PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI PADA KALA I Kala I Memanjang • Pengertian Persalinan dengan kala I memanjang adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida. • Penyebab Kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, kelainan janin, faktor penolong. • Klasifikasi a. Fase laten memanjang adalah fase pembukaan serviks lebih dari 20 jam pada primipara dan 14 jam pada multipara. Keadaan yang mempengaruhi fase laten antara lain keadaan serviks yang memburuk dan persalinan palsu. Diagnosa juga dapat dinilai pembukaan serviks tidak melewati 4 sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur. b. Fase aktif memanjang Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan menilai tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks melewati kanan garis waspada patograf. Hal ini dapat dipertimbangan adanya inersia uteri jika frekwensi his kurang dari 3x/10’/40”, turunnya janin yang tidak maju, sedangkan his baik. Kecepatan pembukaan paling lambat untuk primipara adalah kurang dari 1,2 cm/jam atau kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau kurang dari 2 cm/jam • Patofisiologi Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang, presentsi muka, dahi dan puncak kepala, kelainan panggul seperti pelvis terlalu kecil atau CPD (Cephalopelvic disproportion), kelainan his seperti inersi uteri. • Penanganan Kala I lama Keadaan umum ibu harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur setiap 4 jam, denyut jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I. Sebaiknya diberikan infus larutan glukosa 5% dan larutan NaCL isotonic secara intravena berganti-ganti. Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan maka perlu diadakan penilaian seksama tentang keadaan ibu dan janin. Apabila ketuban sudah pecah maka, harus segera dilakukan tindakan segera untuk menghindari bahaya infeksi. Sebaiknya dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat mengambil keputusan apakah perlu dilakukan SC atau persalinan dapat dibiarkan berlangsung. Inersia Uteri • Definisi Inersia uteri merupakan his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his normal. Inersia uteri terjadi karena pemanjangan fase laten dan fase aktif atau keduanya. • Jenis-jenis kelainan his a. His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Bersifat lemah, pendek dan jarang dari his normal b. His Hipertonik/ tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainanya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat < 3 jam. c. His yang tidak terkordinasi adalah his yang berubah-ubah. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. • Etiologi a. Kelainan His terutama ditemukan pada primigravida kususnya primigravida tua b. Faktor emosi dan ketakutan c. Salah pimpinan persalinan d. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus, seperti pada kelainan letak janin. e. Kelainan uterus, seperti uteru unikolis f. Salah pemberian obat-obatan oksitosin dan obat penenang. g. Peregangan Rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion h. Kehamilan premature • Penatalaksanan a. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan janin b. Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan c. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak kepala : 1. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500cc dextrose 5% dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikan 10-15 menit sampai 40-50 tetes per menit. 2. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Jika tidak memperkuat his setelah pemberian oksitosin hentikan dulu dan anjurkan ibu istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya diulangi lagi pemberian oksitosin drips. 3. Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi insersi uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya lagi memberikan oksitosin drips. Sebaiknya persalinan segera diselesaikan dengan indikasi lainnya. Ketuban Pecah Dini • Definisi Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadinya inpartu. Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan. • Etiologi a. Multipara dan grandemultipara b. Hidramnion c. Kelainan letak (sungsang atau lintang) d. Kehamilan ganda e. Cephalo Pelvis Disproportion Tanda dan gejala Keluarnya cairan ketuban yang merembes melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis, berwarna pucat. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. Faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini a. Usia b. Sosial ekonomi c. Paritas d. Anemia e. Perilaku merokok (mengandung lebih dari 2.500 zat kimia karbomonoksida, ammonia, aseton, sianida, hydrogen dll) f. Riwayat KPD g. Tekanan intra uterin • Komplikasi a. Pada Ibu yaitu infeksi dalam persalinan, infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan SC. b. Pada janin yaitu prematuritas, anemia, asfiksia, prolapse uteri, hipoksi, persalinan lama, APGAR score rendah, gagal ginjal oligohidramnion. • Penatalaksanaan Pastikan diagnose terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal maupun janin serta dalam inpartu apakah terdapat gawat janin.Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif yaitu rawat di rumah sakit. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus di rujuk ke rumah sakit. Apabila janin hidup serta terdapat prolapse tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi pinggul lebih tinggi dari badannya, bila memungkinkan dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang dilapisi plastik. Fetal Distress • Definisi Fetal distress adalah indicator kondisi yang mendasari terjadinya kekurangan oksigen sementara atau permanen pada janin yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin. • Etiologi Fetal Distress a. Maternal yaitu hipotensi, Anemia maternal, penyakit paru, malnutrisi, dehidrasi b. Uterus yaitu Aktivitas kontraksi memanjang, gangguan vascular (Aliran darah menuju plasenta menuju) c. Plasenta yaitu Solusio plasenta, pertumbuhan hypoplasia, degenerasi vaskularnya (Fungsi plasenta akan berkurang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi metabolism janin) d. Tali pusat yaitu kompresi tali pusat, Simpul mati, lilitan tali pusat (Aliran darah menuju janin berkurang) e. Janin yaitu infeksi (kemampuan untuk transportasi O2 dan membuang CO2 tidak cukup) Diagnosis fetal distress Fetal distress dinilai dengan apgar score (kurang dari 7 pada 1 menit dan 5 menit). Untuk diagnosis fetal distress melalui pemantauan djj dapat menggunakan alat berupa dopler atau stetoskop Laennec. Gerakkan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali 20 menit). Gerakan janin juga dapat dilihat menggunakan USG. Penatalaksanaan a. Reposisi ibu ke posisi berbaring lateral b. Tinjau oleh spesialis c. Tiriskan kandung kemih (dengan kateter utertra diam) d. Pencarian donor darah e. Pemberian antibiotic f. Meminta persetujuan pasien g. Menggunkan checklist operasi h. Operasi Caesar harus dimulai < 1 jam setelah keputusan (kedatangan ke ruang operasi < 30 menit dan kedatangan menuju persalinan < 30 menit) Asfiksia sedang menit 1 : 4-6 sedang Asfiksi berat menit 1 : 0-3 berat TERIMAKASIH