Anda di halaman 1dari 54

TANDA DINI BAHAYA atau

KOMPLIKASI IBU DAN BAYI


MASA KALA II, III, IV
PERSALINAN
Disusun Oleh :
Kelompok
Tri Wahyuningtyas (P1337424417036)
Arda Bresca Pasha (P1337424417037)
Fetal distress

Persalinan
macet/kala II
Perdarahan
memanjang kala IV

Retensio plasenta Atonia uteri

Perdarahan
pervaginam kala
III

Perlukaan jalan
lahir
Fetal distress
(Gawat Janin)
Pengertian
• Menurut Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Fetal Distress (Gawat
janin) adalah gangguan pada janin dapat terjadi pada masa
antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum
menjadi nyata dalam bentuk retardasi pertumbuhan
intrauterin. Hipoksia janin peningkatan tahanan vaskular pada
pembuluh darah janin
• Menurut Abdul Bari Saifuddin tahun 2002 Gawat janin terjadi
bila janin tidak menerima Oksigen cukup, sehingga mengalami
hipoksia.
• Menurut sarwono , Ilmu Kebidanan, Disebut gawat janin bila
ditemukan bila denyut jantung janin diatas 160 / menit atau
dibawah 100 / menit, denyut jantung tidak teratur , atau
keluarnya mekonium yang kental pada awal persalinan.
Fetal distress
(Gawat Janin)
Jenis
• Gawat janin sebelum persalinan
• Gawat janin kronik : Dapat timbul setelah periode yang
panjang selama periode antenatal bila status fisiologi dari
ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.
• Gawat janin akut : Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba
mempengaruhi oksigenasi janin.
• Gawat janin selama persalinan : Menunjukkan hipoksia janin
tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin
kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi
lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap,
glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH
janin yang menurun.
Etiologi
• Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah
uterus-plasenta dalam waktu singkat) :
• Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
• Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi
terlentang.
• Solusio plasenta.
• Plasenta previa dengan pendarahan.
• Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah
uterus-plasenta dalam waktu lama) :
• Penyakit hipertensi
• Diabetes mellitus
• Postmaturitas atau imaturitas
Etiologi
• Kompresi (penekanan) tali pusat
• Oligihidramnion
• Prolaps tali pusat
• Puntiran tali pusat
• Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
• Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal
• Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan
komplikasi
• Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
• Sekuele neorologis neonatal
• Disfungsi multi organ neonatal
• PH arteri tali pusat 7,0
Penatalaksanaan
• Prinsip Umum :
• Bebaskan setiap kompresi tali pusat
• Perbaiki aliran darah uteroplasenter
• Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau
kelahiran segera merupakan indikasi. Rencana kelahiran
(pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada faktor-faktor
etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya
persalinan.
• Penatalaksanaan Khusus:
• Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah
balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter. Perubahan
dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
• Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai
usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
Penatalaksanaan

• Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan


mengganggu curahan darah ke ruang intervilli.
• Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena
dekstrose 5 % dalam larutan laktat. Transfusi darah
dapat di indikasikan pada syok hemoragik.
• Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali
pusat dan menentukan perjalanan persalinan.
• Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru
lahir mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera
setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut
dibersihkan dari mekoneum dengan kateter
pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara harus
dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha
untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa
endotrakeal. (Abdul Bari Saifuddin dkk.2002 )
Persalinan Macet
(Obstruksi)
Pengertian
• Adanya ketidakmajuan dalam persalinan dengan his
yang adekuat

Masalah
• Fetal distress (gawat janin)
• Ruptura uteri (robekan jalan lahir)

Penanganan:
• Tegakkan diagnosis penyebab
• Persalinan harus diakhiri
• Rujuk ke fasilitas yang memadai
Persalinan Macet
(Obstruksi)
⚫ Jika bayi hidup dan pembukaan sudah lengkap
dan penurunan kepala 1/5, lakukan ekstraksi
vakum.
⚫ Jika bayi hidup dengan pembukaan serviks
belum lengkap atau kepala bayi masih terlalu
tinggi untuk ekstraksi vakum, lakukan seksio
sesarea.
⚫ Jika bayi mati, lahirkan dengan
kraniotomi/embriotomi.
Persalinan Kala II
Memanjang
Pengertian
• Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut
juga partus tidak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat
namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks,
turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir, Biasanya
persalinan pada primitua dapat terjadi lebih lama Menurut Harjono.
• Persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari suatu partus
yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala seperti
dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan kematian janin dalam
kandungan (IUFD). Partus lama disebut juga distosia, di definisikan
sebagai persalinan abnormal/ sulit (Sarwono, 2010).
• Kala II memanjang adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam
pada primi, dan lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi (Sinopsis
Obstetri, 2010).
Persalinan Kala II
Memanjang
Penyebab
• Menurut Sarwono (2010) sebab-sebab persalinan lama
• Kelainan letak janin
• Kelainan – kelainan panggul
• Kelainan his dan mengejan
• Pimpinan partus yang salah
• Janin besar atau ada kelainan kongenital
• Primitua merupakan proses persalinan yang pertama kali
• Perut gantung atau grandemult dialami
• Ketuban pecah dinioleh wanita yang berusia lebih dari 35 tahun
DiagnosiS
• Janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada
primigravida di pimpin mengedan sejak pembukaan lengkap.
• Ibu tampak kelelahan dan lemah.
• Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
• Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
• Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi
adekuat.
• Molding-sutra tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki (partogeraf++).
• Lingkaran retraksi patologis (lingkaran bandl) timbul nyeri dibawah
lingkaran Bandl merupakan tanda akan terjadi ruptura uteri tidak ada his
dan syok yang tiba-tiba merupakan tanda ruptura uteri, (Wiknjosastro,
2010).
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan kala II memanjang memerlukan pertimbangan usia kehamilan,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Penatalaksanaan penderita dengan partus kasep (lama) adalah sebagai berikut :
• Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk `tanda vital dan
tingkat dehidrasinya).
• Kaji nilai partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan; Nilai
frekuensi dan lamanya his.
• Suntikan cortone acetate 100-200 mg intramuscular.
• Penisilin prokain : 1 juta IU intramuscular.
• Streptomisin : 1 gr intramuscular.
• Infuse cairan : Larutan garam fisiologis (NaCl), Larutan glucose 5-10 % pada janin
pertama : 1 liter per jam.
• Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera
bertindak.
• Pertolongan :
• Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, manual aid pada
letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, secsio cesaria
Kala II Memanjang
Upaya mengedan ibu menambah risiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan dengan secara spontan
(mengedan dan menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)
⚫ Jika malpresenasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan,
berikan infus oksitosin.
⚫ Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
⚫ Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis, atau bagian
tulang kepala diantara stasion (0), lakukan ekstraksi vakum atau
cunam.
⚫ Jika kepala ada diantara 1/5 – 3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian
tulang kepala diantara stasion (0) – ( -2) lakukan ekstraksi vakum.
⚫ Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang
kepala di atas station (-2), lakukan seksio sesarea.
Atonia Uteri
Etiologi

Tatalaksana
Diagnosis
Umum

Reaksi Pengertian
Atonia uteri

Keadaan lemahnya tonus/ kontraksi


rahim yg menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implatasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir
• Gemeli • Uterus tdk
• Makrosomi berkontraksi.
• Polihidramnion • Perdarahan mengucur
• Umur yang terlalu deras dlm waktu
muda, malnutrisi singkat.

Presdiposisi Diagnosis
Pemberian Uteronika
JENIS DAN CARA OKSITOSIN ERGOMETRIN MISOPROSTOL

DOSIS DAN I.V. : Infus 20 unit dalam 1 I.M. atau I.V. (secara Oral 600 mcg atau rektal
AWAL liter larutan garam perlahan): 0,2 mg. 400 mcg
PEMBERIAN fisiologis dengan 60
OBAT tetesan per menit.
I.M. : 10 unit
DOSIS I.V. : Infus 20 unit dalam 1 Ulangi 0,2 mg I.M. setelah 400 mcg 2-4 jam setelah
LANJUTAN liter larutan garam 15 menit. dosis awal
fisiologis dengan 40
tetesan per menit.
Jika masih diperlukan beri
I.M. atau I.V. setiap 2-4
jam.
DOSIS Tidak lebih dari 3 liter Total 1mg atau 5 dosis. Total 1200 mcg atau
MAKSIMAL larutan dengan oksitosin 3dosis.
PERHARI
INDIKASI Tidak boleh memberi I.V. Preeklampsia, vitium Nyeri kontraksi asma.
KONTRA ATAU secara cepat atau bolus. kordis, hipertensi
HATI-HATI
Penatalaksanaan
Masase fundus uteri segera
setelah lahirnya plasenta (
mak.15 detik )

Pastika bahwa kandung kemih


kosong

Lakuka KBI selama 5 menit


next
Anjurkan keluarga untuk melakukan
KBE

Keluarkan tangan perlahan-lahan,


berikan ergometrin 0,2 mg IM

Ergometrin akan bekerja selama 5-7


menit dan akan memberikan
kontraksi pada uterus
Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16-18
dan berikan 500 cc RL laktat +20 unit oksitosin

Ulangi KBI yang digunakan dg ergometrin dan


oksitosin akan membantu uterus erkontraksi
next
Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Teruskan melakukan KBI.Kompresi
uterus ini memberikan tekanan langsung
pada pembuluh terbuka dinding uterus
dan merangsang miometrium untuk
berkontraksi, lanjutkan infus RL
Kompresi Bimanual
Interna
Kompresi Bimanual
Eksterna
Retentio plasenta

Lepasnya plasenta tdk bersamaan


sehingga sebagian masih melekat
pada tempat implantasi
Terlambatnya kelahiran plasenta
selama setengah jam setelah
kelahiran bayi
Klasifikasi
• implantasi yang kuat dari jonjot korion
Plasenta plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
ahesiva mekanisme separasi fisiologis.

• implantasi jonjot korion plasenta hingga


Plasenta mencapai sebagian lapisan miometrium
akreta

• implantasi jonjot korion plasenta hingga


Plasenta mencapai/melewati lapisan miometrium
inkreta
• implantasi jonjot korion plasenta
yang menembus lapisan miometrium
Plasenta hingga mencapai lapisan serosa
dinding uterus
perkreta
next
• tertahannya plasenta di dalam
kavum uteri, disebabkan oleh
Plasenta konstriksi ostium uteri
inkarserata
Etiologi
Faktor Gravida multiparitas
maternal tua

Bekas SC, Tidak


Faktor bekas efektifitasnya
kontraksi uterus,
uterus pembedan bekas kuretase
uterus uterus

Kelainan
Faktor Plasenta bentuk
plasenta previa plasenta
Penatalaksanaan

Apabila plasenta belum lahir ½ -


1jam setelah bayi lahir terlebih lgi
apabila di sertai perdarahan, lakukan
plasenta manual
Robekan Perineum
Robekan jalan Lahir
Robekan Vagina

Robekan Serviks
Robekan Perineum
Robekan yang terjadi pada saat
bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan alat bantu atau
tindakan
Robekan perineum umumnya
terjadi pada garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat
Etiologi

1. Kepala 2. Persalinan
janin terlalu tdk di pimpin
cepat lahir sebagaimana
mestinya

3. Adanya
jaringan parut 4. Distosia
pada perineum bahu
Klasifikasi
• Mukosa vagina, vulva bagian depan
Derajat • Kulit perineum
1

• Mukosa vagina, vulva bagian depan


Derajat • Kulit perineum, otot-otot perineum
2

• Mukosa vagina, vulva bagian depan


Derajat • Kulit perineum, otot-otot perineum,
3 spingter ani eksterna
• Robekan dapat terjadi
next
pada seluruh perineum
dan spingter ani yg
Derajat 4 meluas sampai ke mukosa
Penatalaksanaan
DERAJAT 1
• Robekan ini tdk perlu dijahit

DERAJAT 2
• Lakukan penjahitan

DERAJAT 3 DAN 4
• Lakukan rujukan
Robekan Jalan Lahir

Robekan Robekan
Perineum Vagina

Robekan
Serviks
Robekan Serviks
Persalinan selalu
mengakibatkan robekan
serviks, sehingga serviks
seorang multipara
berbeda dg yg belum
pernah melahirkan
pervaginam
Etiologi
Partus prespitatus
Trauma karena pemakaian alat kontrasepsi

Melahirkan kepala dg letak sunsang secara


paksa

Pembukaan belum lengkap


Partus lama
Diagnosa
Diagnosa di
tegakkan melalui
pemeriksaan
spekulum
Penatalaksanaan
Jepit klem ovum pada ke-2 biji sisi portio yg
robek, sehingga perdarahan dapat di hentikan
Jika setelah ekplorasi lanjutan tidak dijumpai
robekan lain, lakukan penjahitan mulai dari
ujung atas robekan ke arah luar sehingga
semua robekan dapat di jahit
Setelah tindakan, periksa TTV, KU, TFU dan
pendarahan
Berikan antibiotik profilaksi, kecuali bila jelas
di temui tanda-tanda infeksi
Robekan Dinding Vagina
Perlukaan vagina yang tidak
berhubungan dengan perlukaan
perineum
Robekan terdapat pada dinding
lateral dan baru terlihat pada
permukaan spekulum
Penatalaksanaan
Pada robekan yg kecil tdk di perlukan
penanganan yg khusus
Pada robekan yg lebar dan dalam,
perlu dilakukan penjahitan secara
jelujur
Apabila pendarahan tdk bsa di atasi,
lakukan laparatomi dan ligamentum
latum
Jika tidak berhasil, lakukan
pengikatan arteri hipogastrika
Perdarahan Kala IV (
primer dan sekunder )
Perdarahan post partum

Perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam


24 jam setelah anak dan plasenta lahir
Perdarahan Postpartum
Tahap Primer
• Perdarahan post partum yg
defenisi terjadi dalam 24 jam pertama

• Antonia uteri, retensio plasenta,


penyebab sisa plasenta, robekan jalan lahir,
Perdarahan Postpartum
Tahap Sekunder
• Perdarahan post partum yg
definisi terjadi setelah 24 jam pertama

• Robekan jalan lahir , sisa


penyebab plasenta atau membran
Faktor-faktor penyebab
❑ Grandemultipara
❑ Jarak persalinan pendek < 2
tahun
❑ Pertolongan kala uri sebelum
waktunya
❑ Pertolongan persalinan oleh
dukun
❑ Persalinan dg tindakan paksa
Langkah-langkah
Penanganan
Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan
bekuan darah
Kaji kondisi pasien dan perkirakan banyak darah yg
hilang
Berikan oksitosin
Siapkan donor untuk transfusi darah
Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong
Awasi uterus agar dapat berkontraksi dg baik
Langkah Awal Penanganan
Perdarahan Sekunder
❑ Prioritas dalam penatalaksanaan HPP
sekunder sama dg penatalaksanaan
HPP primer
❑ Rujuk
❑ Sebelum rujuk tetap perbaiki KU
pasien
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai