Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTITIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ginekologi

Dosen : dr. M. Taufiqy Setyobudi,SpOG

Disusun Oleh :

Titian Arya Prasetyo (P1337424417050)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Sistitis” ini dapat terselesaikan. Kami menyusun makalah ini
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
dengan maksimal.

Selain itu, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, baik dalam tutur bahasa maupun susunan kalimat. Oleh karena itu,
kami dengan tangan terbuka menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami
mendapatkan evaluasi dan memperbaiki makalah ini agar menjadi makalah yang baik.

Akhir kata, dengan adanya makalah “Sistitis” ini, kami berharap dapat mejadi
manfaat bagi pembaca.

Semarang ,13 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan fisiologi vesika urinaria .................................................. 5
2.2 Definisi ................................................................................................. 7
2.3 Klasifikasi ............................................................................................ 7
2.4 Etiologi ................................................................................................. 7
2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................ 8
2.6 Patofisiologi ......................................................................................... 9
2.7 Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... ` 10
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................... 10
2.9 Komplikasi ........................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 12
4.2 Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistitis merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. yang merupakan
salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu adanya peradangan bacterial yang
berkembangbiak di saluran kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di urin. Sedangkan
Sistitis sendiri merupakan peradangan pada kandung kemih itu sendiri tanpa disertai
radang bagian atas saluran kemih.
Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa
reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang.
Salah satu penyakit yang banyak dan sering menyerang kaum wanita, tapi tidak disadari
adalah Cystitis. Penyakit Cystitis, memang sifat dan gejalanya cenderung sebagai
gangguan yang biasanya tidak terlalu ditanggapi oleh penderitanya. Misalnya, penderita
akan sering ke belakang dan saat berkemih terasa perih. Selain itu, bagi yang telah
menikah akan terganggu saat melakukan hubungan intim.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi vesika urinaria ?
1.2.2 Apa definisi Sistitis ?
1.2.3 Apa etiologi Sistitis ?
1.2.4 Bagaimana klasifikasi Sistitis ?
1.2.5 Bagaimana etiologi Sistitis ?
1.2.6 Bagaimana patofisiologis Sistitis ?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan diagnostik Sistitis ?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan Sistitis ?
1.2.9 Apa komplikasi dari Sistitis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mempelajari bagaimana proses terjadinyas sistitis
2. Untuk mengetahui penyebab dan cara pencegahannya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi Vesika Urinaria

Gambar 2.1 Anatomi Vesica Urinaria

Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot polos.
Vesika urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai 200 – 300
cm3 maka akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang dapat
dikendalikan, kecuali pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.
Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki –
laki, organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum. Pada
perempuan, organ ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong, berukuran
kecil seperti buah kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya
dapat mencapai um bilicus dan berbentuk seperti buah pir.
Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :
a. Serosa
Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal, rongga abdomino
pelvis. Hanya di bagian atas pelvis
b. Otot Detrusor
Lapisan tengah. Terdiri dari otot – otot polos yang saling membentuk sudut.
Berperan penting dalam proses urinasi
c. Submukosa
Lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot Detrusor dengan lapisan
mukosa
d. Mukosa
Terdiri dari epitel – epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam keadaan
relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang
dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius

Bagian vesika urinaria terdiri dari :


a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
d. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).
Vesica urinaria fungsinya untuk menampung urine yang telah dibentuk oleh ginjal,
dalam rangka untuk mengekskresikan sisa metabolisme hal ini sangat penting, karena sisa
metabolisme ini kemungkinan besar mengandung zat karsinogenik yang akan kontak dengan
mukosa vesica urinaria yang berupa epitel transisional sehingga bisa menyebabkan neoplasi.
Ditinjau dari fungsi vesika urinaria ini identik dengan rectum dalam sistem alimentary.
2.2 Definisi

Gambar 2.2 Sistitis

Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing,


2004)

Cystitis adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang


menyebabkan inflamasi pada kandung kemih dan disebabkan oleh menyebarnya infeksi
dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter dan sistoskop.

Sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri.
Sistitis merupakan inflamasi yang di sebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra (Nur
Salam, 2008)

2.3 Klasifikasi
Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a. Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini
dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel,
hipertropi prostat dan striktura uretra.
b. Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari
penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
2.4 Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis :
a. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea,
dan pseudomonas.
b. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-
infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.
c. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau
dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi
tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli.
d. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena
adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik
bladder) atau karena infeksi dari usus.
Jalur infeksi :
a. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih
sering ditemukan pada wanita
b. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung
kemih.
c. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih
misalnya appendisitis
d. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
2.5 Manifastasi Klinis
Menifestasi klinis dari sistitis menurut (NurSalam, Fransisca, 2008), antara lain:
1. Kemerahan pada kandung kemih
2. Edema pada kandung kemih
3. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
4. Disuri
5. Eritema mukosa kandung kemih
6. Hematuria
7. Demam
8. Kondisi umum menurun
9. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)
2.6 Patofisiologi
Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya
berupa sistitis akut karena jarak uretra karena jarak uretra dan vagina pendek, kelainal
periuretral, rektum (kontaminasi) feses, efek mekanik coitus, serta efek kambuhan
mikroorganisme gram negatif dari saluran vagina, defek terhadap mukosa uretra, vagina,
dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika urinaria. Infeksi terjadi
mendadak akibat E.coli pada tubuh pasien.
Bagian distal uretra biasanya dikolonisasi oleh bakteri setelah kolonisasi di vagina,
defek mukosa uretra, vagina, atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat
dan berkolonisasi di suatu tempat diperiuretra dan masuk ke dalam kandung kemih.
Sistitis akut pada wanita biasanya disebabkan oleh Escherichia coli. Hubungan seksual
berkaitan dengan UTI, terutama pada wanita yang gagal berkemih setelah berhubungan
seksual. Berkemih dianggap dapat membersihkan bakteri dari kandung kemih. Infeksi
juga dapat berkaitan kotrasepsi spernis-diafragma karena jenis kontrasepsi ini dapat
menyebabkan obstruksi parsieluretra dan pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap. Selain itu kontrasepsi ini juga mengakibatkan perubahan pH dan flora normal
vagina.
Pada laki-laki abnormal sumbatan menyebabkan striktur dam hiperplasi prostatik.
Infeksi saluran kemih bagian atas penyebab penyakit kandung kemih kambuhan. (
NurSalam, Fransisca 2008, hal : 112 )
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic sistitis menurut Nur Salam, Fransisca, 2008
1. Urea dipstick : darah (ada)
2. Mikroskopik : sel darah putih tanpa epitel (piuria)
3. Kultur urine : untuk menguji sensitivitas berbagai jenis antimikroba dan mengetahui
respon obat yang di sekresi di urine (konsentrasi meningkat).

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut NurSalam, Fransisca, 2008
1. Uncomplicated sistitis : wanita harus diterapi antimikroba dosis tunggal atau
jangka pendek (1-3hari) sesuai hasil kultur. Obat pilihan yang sensitif terhadap
E.coli : nitrofurantoin, trimetramopin-sulfametoksaksol, atau ampisilin. Laki-laki
diterapi selama (7-10 hari) dengan antibiotik. Lakukan kultur untuk
meningkatkan efektivitas terapi. Awasi efek samping : mual, diare, kemerahan,
dan kandidiasis vagina.
2. Antikolinergik (propantheline bromide) untuk mencegah hiperirritabilitas
kandung kemih dan fennazopirridin hidroklorid sebagai anti septik saluran kemih
Pilihan antibiotik untuk terapi sebaiknya dengan panduan pola resistensi kuman
dan uji sensitivitas antibiotik di rumah sakit atau klinik setempat, tolerabilitas obat
dan reaksi negatif, efek ekologi negatif, biaya, dan ketersediaan obat. Lama
pemberian antibiotik tergantung dari obat yang digunakan dan berkisar dari 1-7 hari.
Terapi antibiotik jangka pendek dapat dipikirkan untuk terapi sistitis non
komplikata pada kehamilan, Secara umum terapi sistitits pada kehamilan dapat
diberikan penisilin, sefalosporin, fosfomisin, nitrofurantoin (tidak boleh pada kasus
defisiensi G6PD dan pada masa akhir kehamilan), trimethoprim (tidak boleh pada
masa awal kehamilan), dan sulfonamide (tidak boleh pada masa akhir kehamilan).
Terapi sistitis pada pria direkomendasikan paling sedikit selama 7 hari, dengan
pilihan antibiotik TMP-SMX atau fluoroquinolone, dengan catatan ada uji
sensitivitas. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal tidak perlu dosis penyesuaian
sampai dengan GFR < 20 ml/menit, kecuali antibiotik dengan potensi nefrotoksik
seperti, aminoglikosida.
2.9 Komplikasi
Komplikasi menurut Nur Salam, Fransisca, 2008
1. Pyelonefritis : infeksi pada medula dan korteks ginjal
2. Infeksi bakteri melalui darah melalui penyebarab hematogen.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing,


2004).Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat
menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis, Sering
terjadi pada wanita karena saluran uretranya lebih pendek dari laki-laki menjadikan
bakteri memudahkan untuk terjadinya infeksi. Klasifikasi sistisis ada 2 yaitu primer dan
sekunder.

Patofisiologi sistisis Sistitis merupakan asending infection dari saluran perkemihan.


Pada wanita biasanya berupa sistitis akut karena jarak uretra karena jarak uretra dan
vagina pendek, memungkinkan organisme masuk ke vesika urinaria. Infeksi terjadi
mendadak akibat E.coli pada tubuh pasien. Pada laki-laki abnormal sumbatan
menyebabkan striktur dam hiperplasi prostatik. Infeksi saluran kemih bagian atas
penyebab penyakit kandung kemih kambuhan.

Manifestasi klinis sistisis meliputi : Kemerahan pada kandung kemih, Edema pada
kandung kemih, Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine, Sering berkemih, Eritema
mukosa kandung kemih, Hematuria, Demam, Mual, Muntah, Lemah , Kondisi umum
menurun, Bakteriuria (10.000/ml:infeksi).

Pemeriksaan diagnostik sistisis Urea dipstick : darah (ada), sel darah putih:
nitrat:infeksi, Mikroskopik : sel darh putih tanpa epitel (piuria), Kultur urine : untuk
menguji sensitivitas berbagai jenis antimikroba dan mengetahui respon obat yang di
sekresimdi urine (konsentrasi meningkat).

1. Penatalaksanaan sistis : Uncomplicated sistitis dan Antikolinergik (propantheline


bromide)
2. Komplikasi sistisis adalah Pyelonefritis dan Infeksi bakteri melalui darah melalui
penyebarab hematogen.
4.2 Saran

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa masyarakat Lebih
meningkatan kebesihan diri, vulva hygiene, jaga kebersihan pakain dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah” Volume 2 Edisi 8.
Jakarta. EGC.
Kowalak, Jenniver P. 2011. “ Buku Ajar Patofisiologi “. Jakarta : EGC.
Mansjoer Arif. 2000. “ Kapita Selekta Kedokteran “ Edisi III Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Prince, Sylvia Anderson. Lorraine M. Wilson. 2006. “Patofisiologi Konsep Klinik Proses-
proses Penyakit” Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai