Anda di halaman 1dari 16

DETEKSI DINI GAWAT JANIN

KELOMPOK 1
Angel Rivena Laowo
Risya Eva Sari Nadapdap
Repi Andra Dewi Sihotang
Jul Kristiani Hia

A.Pengertian deteksi dini gawat janin


Fetal Distress (Gawat janin) adalah
gangguan pada janin dapat terjadi pada masa
antepartum atau intrapartum. Kegawatan janin
antepartum menjadi nyata dalam bentuk
retardasi pertumbuhan intrauterin. Hipoksia
janin peningkatan tahanan vaskular pada
pembuluh darah janin. (Nelson, Ilmu
Kesehatan Anak).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari gawat janin yaitu:
a. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam
waktu singkat) :
1. Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan
pemberian oksitosin.
2. Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava, posisi terlentang.
3. Solusio plasenta.
4. Plasenta previa dengan pendarahan.
b. Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta
dalam waktu lama) :
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes mellitus
3. Postmaturitas atau imaturitas

c. Kompresi (penekanan) tali pusat


1.Oligihidramnion
2. Prolaps tali pusat
3. Puntiran tali pusat
d. Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
1. Anemia berat misalnya isomunisasi , perdarahan fetomaternal
2. Kesejahteraan janin dalm persalinan asfiksia intrapartum dan
komplikasi
3.Skor APGAR 0-3 selam > 5 menit
4. Sekuele neorologis neonatal
5. Disfungsi multi organ neonatal
6. PH arteri tali pusat 7,0

C. PATOFISIOLOGI
-Ada beberapa proses atau tahapan terjadinya peristiwa Fetal Distress, antara
lain :
a. Perubahan pada kehamilan Postterm
Terjadi beberapa perubahan cairan amnion,plasenta dan janin pada kehamilan
Postterem.
b. Perubahan cairan amnion
Terjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan
amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml
dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu.
c. Perubahan pada plasenta
Plasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran
gas antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan,
maka terjadi pula perubahan struktur plasenta.

d. Perubahan pada janin


Sekitar 45 % janin yang tidak di lahirkan setelah hari
perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus.
Ini terjadi bila plasenta belum mengalami
insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap
minggu dapat terjadi berat lebih dari 4000 g. keadaan
ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan
38 40 minggu insiden janin besar sekitar 10 % dan
43 minggu sekitar 43 %. Dengan keadaan janin
tersebut meningkatkan resiko persalinan traumatik.

D.KOMPLIKASI
1. Pada Kehamilan
Gawat janin dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan
karena pada gawat janin, maka harus segera dikeluarkan.
2. Pada persalinan
-Gawat janin pada persalinan dapat menyebabkan :
a. Persalinan menjadi cepat karena pada gawat janin
harus segera dikeluarkan
b. Persalinan dengan tindakan, seperti ekstraksi cunam,
ekstraksi forseps, vakum ekstraksi, ataupun bahkan dapat
diakhiri dengan tindakan sectio saesarea (SC).

E. DIAGNOSA
Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan
pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis
lebih pasti jika disertai air ketuban hijau dan kental/
sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan
karena partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan,
infeksi, insufisiensi plasenta, ibu diabetes, kehamilan
pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini
harus segera dideteksi dan perlu penanganan segera.

F. KLASIFIKASI
Jenis gawat janin yaitu :
a. Gawat janin yg terjadi secara ilmiah
1. Gawat janin iatrogenic
. Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat
tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang
dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi gawat janin
iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung janin.
2.Posisi tidur ibu
. Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada
Aorta dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi.
Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan perubahan
posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.

3. Infus oksitosin
Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap,
maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus
darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai
Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar
kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
4.Anestesi Epidural
Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan arus
darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat
anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut
jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan
dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut
mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan
vasokontriksi arteri uterina.

- Gawat janin sebelum persalinan


a.Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode
antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal
dan normal terganggu.
b. Gawat janin akut
Suatu kejadian bencana yang tiba tiba mempengaruhi
oksigenasijanin
- Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat,
denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan
menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila
hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat
dengan pH janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekkologi

G. PENATALAKSANAAN
a. Penanganan umum:
1 Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan
pembawaan oksigen dari obu ke janin lebih lancer.
2. Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.
3 Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse
oksitosin, karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi
uterus yang berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis
janin.
4. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan)
mulailah penanganan yang sesuai.

5. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal
sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk
mencari penyebab gawat janin:
Bebaskan setiap kompresi tali pusat
Perbaiki aliran darah uteroplasenter
Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera
merupakan indikasi.
Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominam) didasarkan pada
fakjtor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan jalannya
persalinan.
b.Penatalaksanaan Khusus.
1. Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk membebaskan
kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan
aliran darah uteroplasenter. Perubahan dalam posisi juga dapat
membebaskan kompresi tali pusat.
2. Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai usaha
untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.

3. Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu


curahan darah ke ruang intervilli.
4. Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 %
berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan
pada syok hemoragik.
5. Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalanan persalinan.
6. Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir
mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala
bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari mekoneum
dengan kateter pengisap. Segera setelah kelahiran, pita suara
harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha
untuk menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal.

KASUS
Seorang Pasien G3P2A0H2usia 44tahun dengan gravid
aterm, masuk ke KB IGDRSUP. Dr. M.Djamil Padang pada
tanggal 09Desember 2013 pukul 07.45 wib, dengan keluhan
nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 4 jam yang lalu,
keluar air-air sejak 3 jam yang lalu, dan keluar lendir
bercampur darah dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu.
Setelah dilakukan pemantauan kala I secara berkala
didapatkan hasil DJJ (+) 180 x/i, penurunan kepala masih di H
II - H III dan tidak ada kemajuan, pembukaan lengkap pada
jam 12.30 wib, ibu tidak bisa meneran. Tindakan yang akan
dilakukan Vakum ekstraksi atas indikasi gawat janin.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai