Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN AKUNTANSI KEUANGAN

A. PENDAHULUAN

1. Pengertian

Akuntansi keuangan adalah suatu proses pencatatan, pengukuran, dan


pengkomunikasian informasi keuangan yang dibuat dalam berbagai bentuk antara
lain berupa: Laporan Laba-rugi (income statement), Neraca (balance sheet),
Aliran Kas (cash flow), dan Rasio Keuangan. Laporan akuntansi keuangan
merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang penting yang dapat
digunakan oleh berbagai pihak sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
Adapun pihak-pihak yang menggunakan laporan akuntansi keuangan dapat dibagi
menjadi 2, yaitu:
1) Pengguna Langsung
 Pemilik apotek (owners)
 Kreditor (bank)
 Manajemen dan Karyawan
 Pemerintah (petugas pajak)
2) Pengguna Tidak Langsung
 Analis (dari perusahaan sekuritas)
 Konsultan atau financial adviser
 Asosiasi dagang
Mengingat begitu pentingnya informasi ini, maka kebenaran akan isi dan
ketepatan waktu penyajian laporan keuangan sangat diperlukan, agar informasi
laporan tersebut dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan yang strategis di masa yang akan datang, sehingga apotek
dapat mencapai sasaran seperti yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Tujuan
Tujuan pembelajaran adalah agar APA dapat mengerti dan memahami
mengenai:
1) Fungsi kegiatan apa yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam
membuat laporan keuangan di apotek?
2) Bagaimana cara (proses) membuat laporan keuangan apotek?
3) Ada berapa macam bentuk-bentuk laporan keuangan di apotek?
4) Bagaimana cara membaca laporan keuangan apotek?
5) Ada berapa macam rasio-rasio (indikator) keuangan?
6) Bagaimana cara membaca dan mengartikan indikator keuangan?

B. KETATAUSAHAAN

Pembukuan (accounting) adalah sistem pencatatan dan pengikhtisaran


transaksi dagang dan keuangan serta penganalisaan, pembuktian, dan pembuatan
laporan. Di Indonesia istilah fungsi (bagian) pembukuan yang terdapat di suatu
perusahaan juga dikenal dengan nama fungsi tata usaha (TU) yaitu bagian yang
melakukan pencatatan, pemeriksaan, pembuatan laporan, dan pengarsipan.
Mengingat fungsi ini dalam melakukan pekerjaannya hanya mengolah
dokumen transaksi dagang dan tidak berhubungan dengan uang atau barang, maka
fungsi tata usaha (pembukuan) yang ada di apotek menjadi fungsi pencatatan yang
dapat dipercaya kebenaran laporannya. Berikut akan dijelaskan mengenai 1)
Fungsi tata usaha, 2) Struktur organisasi, dan 3) Proses (tahapan) pembuatan
laporan akuntansi keuangan.

A. Fungsi Tata Usaha

Dalam melakukan proses pencatatan dan pembuatan laporan keuangan


yang benar menurut sistem akuntansi Indonesia, maka fungsi tata usaha harus
memperoleh sumber pencatatan yang sah. Jadi fungsi tata usaha dalam
melaksanakan tugasnya memiliki 2 fungsi, yaitu:
1) Sebagai pelaksana fungsi pencatatan yaitu yang mencatat, memeriksa, dan
membuat laporan, dan mengarsipkan dokumen.
2) Sebagai pengendali yaitu mengawasi dan mengendalikan jalannya sistem
prosedur operasional (SPO) yang berlaku pada setiap fungsi kegiatan yang
ada. Karena bila suatu fungsi melakukan penyimpangan terhadap SPO
yang berlaku, maka tingkat kebenaran hasil pencatatan dan pelaporan
fungsi tata usaha menjadi tidak sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia
dan menjadi tidak berlaku (valid).

B. Struktur Organisasi Tata Usaha

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pertama bahwa, besar


kecilnya struktur organisasi, tergantung kepada volume pekerjaan yang ada
dan tingkat kebutuhan. Begitujuga halnya dengan struktur organisasi tata
usaha. Struktur organisasi tata usaha yang ideal yaitu terdiri dari:
1) Kepala tata usaha.
2) Bagian administrasi pembelian, bertugas mencatat dan membukukan
seluruh pembelian barang keperluan apotek.
3) Bagian administrasi penjualan, bertugas mencatat dan membukukan
seluruh hasil penjualan.
4) Bagian administrasi kas-bank, bertugas mencatat dan membukukan
penjualan tunai, piutang, dan pengeluaran biaya operasional apotek.
5) Bagian administrasi pajak, bertugas mencatat dan membukukan pajak
masukan, keluaran, dan pajak yang harus disetorkan ke kantor pajak.
6) Bagian administrasi umum-personalia.
7) Bagian administrasi inkaso, bertugas mencatat dan membukukan transaksi
alat canggih.
Gambar struktur organisasi

Kepala TU

Administrasi
Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi
Umum-
Pembelian Penjualan Kas/Bank Pajak Inkaso
Personalia

Administrasi Administrasi
Kartu Hutang Kartu Piutang Juru tagih
Dagang Dagang

C. Proses Pembuatan Akuntansi Keuangan

Bahan baku untuk membuat laporan akuntansi keuangan adalah


dokumen transaksi yang terdapat pada:
 Fungsi pembelian
 Fungsi gudang
 Fungsi penjualan
 Fungsi keuangan

1. Proses Pembuatan Laporan


Adapun proses pembuatan laporan akuntansi keuangan terdiri dari
beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.
a. Mengumpulkan seluruh dokumen transaksi
b. Mencatat seluruh data transaksi ke buku jurnal
c. Memindahkan dari buku jurnal ke buku besar (posting)
d. Mencocokkan (judgement) terhadap informasi terakhir
e. Menyusun (reporting) laporan dari data buku besar.
f. Menutup buku besar dan membuat laporannya
g. Mengirimkan laporan ke pihak yang membutuhkan
h. Mengarsipkan (filing)
2. Perjalanan Dokumen

Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen


Pembelian Gudang Penjualan Keuangan

SP/Fakt Fak/OL Resep/Nota CR/kw


Fakt/Kwit Nota Inkaso Faktur HD Dok BOP

Tata Usaha

Administrasi Administrasi Administrasi Administrasi


Pembelian Penjualan Kas dan Bank Barang

Lap.Pembelian Lap. Penjualan Lap. Kas/Bank Lap. Mutasi


Lap. Saldo HD Lap. Saldo PD Lap. Saldo Kas/Bank Barang

Laporan Laba-rugi
Neraca
Aliran Kas
Rasio Keuangan

3. Mekanisme Pengawasan Sistem Prosedur Operasional


Bagaimana fungsi tata usaha melakukan pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan SPO pada setiap fungsi kegiatan di apotek?
Cara fungsi tata usaha dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan
SPO yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan dokumen:
a. Kegiatan Pengadaan (Pembelian)
 Hanya faktur yang ada surat pesanan (SP) nya dan tanda terima
(TT) petugas penanggung jawab gudang yang dapat dinyatakan
sebagai dokumen pembelian barang apotek yang sah.
 Hanya faktur, yang harganya telah diperiksa oleh petugas
pembelian, dapat dibukukan sebagai hutang dagang apotek.
b. Kegiatan penyimpanan barang (Gudang)
 Hanya faktur yang ada SPnya yang dinyatakan sebagai dokumen
barang masuk yang sah.
 Hanya order list (OL) yang ada paraf peminta dari penanggung
jawab penjualan dan paraf petugas gudang yang dapat dibukukan
sebagai barang keluar.
c. Kegiatan Penjualan
 Hanya SR (sales report), nota resep, nota OTC, kuitansi, atau
faktur yang dinyatakan sebagai dokumen penjualan tunai yang sah,
SR berguna sebagai alat kontrol untuk mengetahui jumlah hasil
penjualan setiap hari.
 Hanya alat tagih (kuitansi atau faktur) yang ada tanda terima (TT)
petugas keuangan, yang dapat dinyatakan lunas dan dibukukan
pada kartu piutang. Jumlah alat tagih seperti kuitansi dan faktur
yang lunas berguna sebagai alat kontrol untuk mengetahui jumlah
setoran dari hasil penjualan kredit (alat tagih) yang telah dibayar
oleh pelanggan.
d. Kegiatan Keuangan (Kasir Besar)
 Hanya fisik uang, cek, giro, dan CR (cash report) yang ada TT
petugas kasir kecil dan penanggung jawab loket penjualan, yang
dapat dibukukan sebagai uang masuk.
 Hanya fisik uang, cek, giro, dan kuitansi atau faktur tanda lunas
yang ada TT petugas juru tagih dan petugas keuangan yang dapat
dibukukan sebagai uang masuk.
 Hanya fisik uang, cek, giro, dan faktur hutang dagang yang telah
disetujui oleh petugas tata usaha dan Pimpinan, yang dapat
dibukukan sebagai uang keluar.
 Hanya fisik uang, cek, giro, dan dokumen biaya variabel serta
biaya tetap, yang telah disetujui oleh petugas tata usaha dan
Pimpinan, yang dapat dibukukan sebagai uang keluar.
C. BENTUK-BENTUK LAPORAN KEUANGAN

Dari seluruh kegiatan transaksi uang dan barang yang terjadi pada semua fungsi
kegiatan di apotek, kemudian disajikan dalam bentuk laporan akuntansi keuangan
sesuai dengan bentuk standar laporan akuntansi Indonesia. Yang menjadi
pertanyaan adalah apa manfaatnya angka-angka dan indikator-indikator pada
laporan keuangan bagi pengelola apotek atau pemilik apotek ? Apa akibatnya, bila
pengelola (pemilik) apotek tidak mengerti dan tidak memahami angka-angka dan
indikator-indikator pada laporan keuangan tersebut ?
A. Hakekat Fungsi Laporan Akuntansi Keuangan
Laporan akuntansi keuangan pada hakikatnya adalah berfungsi sebagai
pemberi informasi kepada pengelola atau pemilik apotek mengenai
perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur kekayaan (neraca) yang
dimiliki apotek dari kondisi neraca pada awal kegiatan menjadi neraca pada
akhir kegiatan apotek, sebagai akibat adanya kegiatan transaksi jual-beli
barang atau jasa selama pada kurun waktu tertentu.

Gambar 1.3 Proses Perubahan Neraca

Lap L/R
-Penjualan
-Biaya variabel
Neraca awal -Biaya tetap Neraca Akhir
-Aset -Laba -Aset
-Hutang Transaksi
Jual Beli -Hutang
-Ekuitas
-Ekuitas
Lap Cash flow
-Saldo awal
-Penerimaan
-Pengeluaran
-Saldo Akhir

APA sebagai pengelola apotek harus dapat mengerti dan memahami serta
dapat menjelaskan perubahan kondisi kekayaan apotek tersebut melalui
indikator-indikator keuangannnya dari suatu periode ke periode berikutnya,
mempengaruhi terjadinya perubahan harta kekayaan apotek tersebut? Dengan
demikian seorang APA, berdasarkan hasil analisis laporan keuangan dapat
dengan segera mengetahui penyakitnya dan dapat mengambil langkah-langkah
untuk mengatasinya di masa yang akan datang.

B. Bentuk-Bentuk Laporan Akuntansi


Seperti yang gtelah dijelaskan di atas bahwa, seluruh pencatatan dokumen
transaksi dagang yang terjadi dalam suatu periode tertentu akan dilaporkkan
dalam beberapa bentuk laporan akuntasi keuangan yaitu :
 Laporan Laba-Rugi (income statement)
 Laporan neraca (balance sheet)
 Laporan aliran kas (cash flow)

1. Neraca (balance sheet)


Neraca adalah laporan akuntasi keuangan yang menggambarkan tentang
kondisi harta (aktiva), hutang (pasiva) dan modal sendiri (ekuity) yang
dimiliki apotek pada tanggal tertentu. Neraca tersebut disebut juga sebagai
potret kekayaan suatu perusahaan.Berikut akan dijelaskan mengenai :
1) Unsur-unsur yang terdapat dalam neraca, meliputi :
 Aktiva (harta atau aset) terdiri dari :
 Aktiva lancar (harta yang lancar – likuid) seperti : uang (kas),
surat berharga (cek, giro, saham), piutang dan persediaan.
 Aktiva tetap (harta yang tidak likuid) seperti : gedung, tanah.
 Pasiva (hutang atau liability) terdiri dari :
 Pasiva lancar (hutang lancar) yaitu : hutang jangka pendek
yang usianya kurang dari 1 tahun seperti : hutang dagang ke
suplier.
 Hutang jangka panjang yaitu : hutang yang usianya lebih dari 1
tahun seperti : pinjaman (loan) dari bank.
 Modal sendiri (ekuitas) yaitu : modal yang yang berasal dari
pemiliki atau modal yang dikeluarkan dari sakunya pemilik atau
pendiri apotek, sehingga modal ini juga dianggap sebagai hutang
apotek.
Tabel 1.1 Contoh Neraca Apotek Manjur per 31-08-2007

AKTIVA   PASIVA  
Aktiva Lancar   Pasiva Lancar  
Kas 20 Hutang dagang 400
Bank (surat berharga) 80  
Piutang 300  
Persediaan 400    
Total Aktiva Lancar 800 Total Pasiva Lancar 400
Aktiva Tetap   Hutang Jangka Panjang  
Tanah   Hutang Bank  
Bangunan   Modal sendiri  
Peralatan   -Modal disetor 400
Kendaraan   -Laba ditahan  
Aktiva      
Total Aktiva Tetap - Total Hutang Jangka Panjang 400
Total Aktiva 800 Total Pasiva 800

2) Rumus neraca
Neraca adalah suatu konstanta artinya bahwa jumlah aktiva selalu =
jumlah hutang (hak kreditor) + modal pemilik (hak pemilik)
Rumus 1.1

Aktiva = Hutang + Modal


Pemilik
Pasiva = Hutang + Modal
Pemilik
Aktiva = Pasiva

Mengapa neraca disebut sebagai suatu konstanta ? karena


 Seluruh aktiva (kekayaan) yang dimiliki apotek diperoleh dari
pasiva (hutang) yaitu : hutang jangka pendek (hutangan dagang),
dan hutang jangka panjang ( pinjaman dan modal sendiri).
 Sedangkan seluruh pasiva (hutang) merupakan gabungan dari
hutang jangka pendek (hutang dagang), dan hutang jangka panjang
( pinjaman dan modal sendiri) yang digunakan untuk keprluan
aktiva lancar dan aktiva tetap.
Gambar 1.4 Sumber Aktiva
2. Laporan Laba-Rugi (income statement)
Laporan Laba-Rugi adalah laporan akuntasi keuangan yang
menggambarkan tentang jumlah penjualan (Sales), biaya variabel (variable
cost), biaya tetap (fix cost) dan laba (earning) yang diperoleh dalam satu
periode tertentu. Berikut dijelaskan mengenai :
1) Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan Laba-Rugi meliputi :
 Penjualan
 Biaya pembelian barang = biaya variabel (variable cost)
 Biaya operasional = biaya tetap (fixed cost)
 Laba-Rugi Sebelum Bunga dan Pajak
o Bunga
o Pajak
o Laba bersih (EAT = Earning Alter Tax)
o Harga per lembar saham
Tabel 1.2 Contoh Laporan Laba Rugi

No Uraian Rupiah %Tage


1 Jumlah penjualan (sales) 35.000 100
2 Biaya variable 26.000 74,29
3 Biaya tetap (Fixed cost) 7.900 22,57
4 Laba sebelum bunga & pajak 1.100 3,14
  -Bunga 220  
  -Pajak 326  
  Laba Sesudah Pajak 654 1,89
Catatan : Variable cost = HPP
COGS (cost of goods sold)
Fixed cost = Biaya usaha

2) Cara menghitung HPP atau COGS


 Cara menghitung HPP ada 2 cara yaitu :
o Cara pertama : dengan faktor harga jual
Contoh : faktor harga jual resep tunai = 1,25 sedangkan faktor
harga beli = netto. Berapa HPP nya ?

Jawab :

o Cara kedua : dengan perhitungan nilai stok barang


Rumus 1.3
HPP = (stok awal + pembelian) - (stok akhir)

Contoh : Stok barang pada awal tahun 2003 = Rp. 100.000,-


selama tahun 2003 apotek membeli barang Rp. 80.000,- pada
akhir tahun 2003 stoknya Rp. 100.000,- jumlah omzet Rp
100.000,- dengan faktor harga jual 1,25. berapa HPP apotek
tahun 2003 ?
Jawab : HPP = (100.000 + 80.000) – (100.000) = 80.000

3) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai HPP yaitu :


 Faktor harga jual
Semakin besar faktor harga jual yang digunakan, maka semakin
kecil nilai HPPnya, dengan sumsi : faktor harga belinya = netto.
Dan sebaliknyaa semakin kecil faktor harga jual yang digunakan,
maka semakin besar nilai HPP nya.
Contoh : Faktor harga jual 1,25
Faktor harga belinya = netto
Nilai HPPnya = 80% (gunakan rumus 1.2)
Bila faktor harga jualnya naik menjadi 1,30
Faktor harga belinya = netto
Maka nilai HPPnya = 76,92% (gunakan rumus 1.2)
Jadi semakin besar faktor harga jual, maka semakin kecil HPPnya
dan semakin besar gross margin yang diperoleh apotek.
 Faktor harga beli
Semakin besar faktor harga beli (tidak ada diskon atau netto) yang
diperoleh dari suplier, maka semakin besar nilai HPPnya, dengan
asumsi : faktor harga jualnya tetap = 1,25. dan sebaliknya semakin
kecil faktor harga beli yang diperoleh dari suplier, maka semakin
kecil nilai HPPnya.
Contoh : Faktor harga belinya = netto
Faktor harga jualnya 1,25
Nilai HPPnya = 80% (gunakan rumus 1.2)
Bila faktor harga belinya turun menjadi netto - 5%
Faktor harga jualnya = 1,25
Maka nilai HPPnya = 76% (gunakan rumus 1.2)
Jadi semakin besar faktor harga beli (semakin kecil diskon), maka
semakin besar HPPnya dan semakin kecil gross margin yang
diperoleh apotek.

4) Cara menghitung stok harga barang


Ada beberapa cara perhitungan nilai stok barang yaitu :
 Sistem FIFO (first in first out) adalah cara menilai stok barang
yang dihitung berdasarkan faktor harga beli yang paling akhir.
Contoh : Stok awal tahun 2003 Ersilan syr = 100 fls,
Harga beli Ersilan syr pada Januari 2003 @ Rp 6.000
Stok akhir tahun 2003 Ersilan syr = 100 fls
Harga beli Ersilan syr pada Desember 2003 @ Rp 8.000
Bila omzet Ersilan syr selama tahun 2003 Rp 10.000.000
Pembelian Ersilan syr selama tahun 2003 Rp 7.000.000
Berapa HPP Ersilan syr tahun 2003 ?
Jawab : Stok awal 2003 : 100 fls x Rp 6.000 = Rp 600.000
Pembelian 2003 = Rp 7.000.000 +
= Rp 7.600.000
Stok akhir 2003 : 100 fls x Rp 8.000 = Rp 800.000 +
= Rp 6.800.000
 Sistem LIFO (last in last out) adalah cara menilai stok barang yang
dihitung berdasarkan faktor harga beli yang paling awal
Jawab : Stok awal 2003 : 100 fls x Rp 6.000 = Rp 600.000
Pembelian 2003 = Rp 7.000.000 +
= Rp 7.600.000
Stok akhir 2003 : 100 fls x Rp 6.000 = Rp 600.000 +
= Rp 7.000.000

 Sistem rata-rata (average)


Pada sistem average nilai stok barang dihitung berdasarkan harga
yang diperoleh dari harga beli rata-rata.
Jawab : Stok awal 2003 : 100 fls x Rp 6.000 = Rp 600.000
Pembelian 2003 = Rp 7.000.000 +
= Rp 7.600.000
Stok akhir 2003 : 100 fls x Rp 7.000 = Rp 700.000 +
= Rp 6.900.000

5) Cara menghitung persentase (%) unsur-unsur laporan laba-rugi


 Pembaginya adalah penjualan (netto)
 Untuk Penjualan yaitu penjualan : penjualan x 100%
 Untuk HPP yaitu HPP : penjualan x 100%
 Untuk Biaya Tetap yaitu Biaya Tetap : penjualan x 100%
 Untuk Laba (Rugi) yaitu Laba (Rugi): penjualan x 100%
6) Cara menghitung pertumbuahn (growth)
 Unsur-unsur yang terdapat pada laporan laba-rugi th 2003 pada
tabel 1.3 : sebagai pembaginya.
 Unsur-unsur laba-rugi yang terdapat pada laporan laba-rugi tahun
2003 dibagi dengan unsur-unsur laba-rugi yang terdapat pada
laporan laba-rugi th 2002 lalu x 100%
7) Cara menghitung pencapaian sasaran (target)
 Unsur-unsur yang terdapat pada laporan laba-rugi th 2003 pada
tabel 1.3 : sebagai pembaginya.
 Unsur-unsur laba-rugi yang terdapat pada laporan laba-rugi tahun
2003 dibagi dengan unsur-unsur laba-rugi yang terdapat pada
laporan laba-rugi th 2002 lalu x 100%
Tabel 1.3 Laporan Laba Rugi

Real 02 Real 03
No Uraian Target 03 (A) (B) (C) (%) C/A (%) C/B
Penjualan
1 bersih 32.000 28.000 35.000 109.37 125.00
2 Biaya variabel 24.000 21.000 26.000 108.33 123.81
3 Biaya tetap 6.500 5.800 7.900 121.54 136.21
4 EBIT 1.500 1.200 1.100 73.33 91.67
-Bunga
  (interest) 200 200 220 110.00 110.00
  -Pajak (tax) 450 400 326 72.44 81.50
  EAT 850 600 654 76.94 109.00

3. Laporan aliran kas (cash flow)


Secara tradisional perusahaan hanya menerbitkan laporan Laba-Rugi dan
Neraca. Sedangkan laporan aliran kas dibuat untuk menggambarkan
tentang estimasi rencaan jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran uang
kas apotek selama periode waktu tertentu. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai :
1) Unsur-unsur yang tedapat pada laporan aliran kas yaitu :
 Saldo awal
 Penerimaan kas dari hasil operasi dan investasi
 Pengeluaran kas dari kegiatan operasi dan investasi
 Saldo akhir
2) Cara membuatnya
 Menghitung saldo awal kas yang dimiliki apotek
 Mengestimasikan rencana jumlah penerimaan uang tunai yang
diperoleh dari hasil penjualan tunai dan pencairan piutang,
pendapatan deviden (bila memiliki saham) dan bunga bank (bila
memiliki tabungan dan deposito).
 Mengestimasikan rencana jumlah pengeluaran uang tunai untuk
keperluan membayar hutang dagang dan biaya operasional
 Menghitung kembali saldo akhir dengan cara sebagai berikut :
Saldo akhir =Σ Saldo awal + Σ Penerimaan - Σ Pengeluaran

Tabel 1.4 Contoh Bentuk Laporan Aliran Kas

Deviasi
No Uraian Rencana Realisasi %
1 Saldo awal 25.000 25.000 100
2 Penerimaan 1.000.000 1.100.000 110
  -Penjualan Tunai 800.000 900.000 112.5
  -Piutang 200.000 200.000 100
  -Bunga 0 0 0
  -Deviden 0 0 0
  -Lain-lain    
3 Pengeluaran 875.000 995.000 113.70
  -Hutang dagang 700.000 800.000 114.3
-Biaya
  Operasional 80.000 100.000 125
  -Bunga 20.000 20.000 100
  -Pajak 25.000 25.000 100
  -Lain-lain      
Saldo Akhir
4 (1+2+3) 175.000 180.000 104

3) Cara mengevaluasinya
 Melihat saldo akhir, apkah mengalam defisit atau surplus ?
 Bila mengalami defisit, maka APA dapat mencari penyebabnya
dengan cara sebagai berikut :
o Analisis data penjualan tunai
Apakah penurunan penjualan tunai lebih disebabkan oleh
faktor internal seperti banyak barang kosong, pelayanan lambat
atau harga mahal? Atau oleh faktor eksternal seperti jumlah
apotek bertambah, konsumennya berkurang ?
o Analisis data penerimaan piutang
Apakah penurunan jumlah piutang yang lunas lebih disebabkan
oleh faktor internal seperti pengiriman alat tagih terlambat,
tidak memberikan insentif? Atau oleh faktor eksternal seperti
pelanggan belum mampu untuk membayar, pelanggan kabur
atau bangkrut?
o Analisis data pembayaran hutang dagang
Apakah ada faktur-faktur yang belum jatuh tempo sudah
dibayarkan, atau karena adanya tuntutan dari suplier yang
memperpendek masa kredit, sehingga jumlah pembayaran
hutang dagang ke suplier menjadi lebih besar dari yang
direncanakan?
o Analisis data penggunaan biaya usaha
Apakah ada penggunaan pos-pos biaya tertentu yang melebihi
anggaran seperti pos biaya penjualan, entertain, insentif, karen
petuga yang telalu boros atau karen adanya tuntutan pelanggan
dan kebijakan pemerintah, sehingga melebihi dari anggaran?
4) Cara mengatasi penyebabnya
 Untuk penjualan tunai dan penerimaan piutang
o Bila penyebabnya dikarenakan oleh faktor internal. Maka
apotek harus dapt meningkatkan kualitas sumber dayanya
seperti : melengkapi barang, melayani dengan cepat,
mengirimkan alat tagih lebih cepat, memberikan insentif atau
diskon.
o Bila penyebabnya lebih dikarenakan oleh faktor eksternal,
maka apotek harus dapat merayu dan mempengaruhinya agar
pelanggan suka membeli obat ke apotek atau membayar
piutangnya kecuali pelanggan yang kabur dan bangkrut.
 Untuk pembayaran hutang dagang
o Bila penyebabnya lebih dikarenakan oleh faktor internal, ada
unsur kesengajaan membayar faktur yang belum jatuh tempo,
maka bagian keuangan apotek harus dapat menjelaskannya,
apakah ada tambahan diskon atau tidak?
o Bial penyebabnya dikarenakan lebih dikarenakan oleh faktor
eksternal, maka apotek harus dapat merayu dan
mempengaruhinya agar suplier dapat memberikan masa kredit
yang lebih lama atau apotek dapat menambah modal kerja
dengan meminjam ke bank, agar likuiditasnya lebih baik.
 Untuk penggunaan biaya usaha
o Bila penyebabnya lebih dikarenakan oleh faktor internal seperti
pemborosan, maka apotek harus segera melakukan cost
reduction (pengurangan secara bertahap) atau cost cutting
(penghentian secara tiba-tiba).
o Bila penyebabnya lebih dikarenakan oleh faktor eksternal
seperti permintaan intensif yang lebih besar atau karena adanya
kenaikan tarif listrik, telefon, BBM, maka apotek harus
merevaluasi cost-benefitnya, dan melakukan cost reduction
atau cost cutting.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG DIGUNAKAN DALAM ANALISIS

Dalam analisis keuangan diharapkan mendapat hasil analisis yang baik dan
memberikan gambaran yang tajam. Ada beberapa faktor yang dapat digunakan
dalam membuat analisis keuangan, yaitu:
1. data historis, data kondisi kinerja keuangan beberapa tahun yang lalu,
digunakan untuk memberikan gambaran seberapa besar kecenderungan
data-data historis tersebut dengan kinerja keuangan saat ini.
2. implementasi strategi, digunakan untuk memberikan gambaran seberapa
besar pengaruh dari implementasi strategi apotek yang sedang atau telah
dilaksanakan terhadap kinerja keuangan apotek.
3. perkembangan kondisi eksternal, digunakan untuk memberikan gambaran
seberapa besar pengaruh perkembangan kondisi eksternal yang sudah dan
sedang terjadi seperti pertumbuhan ekonomi, perubahan regulasi, apotek
pesaing, dan lain-lain terhadap perolehan kinerja keuangan apotek.
A. Metode Analisis
Dalam melakukan analisis laporan kinerja keuangan dikenal ada 2 metode
yang biasa digunakan yaitu metode:
1) analisis common size
2) analisis rasio

1. Analisis Common Size


Analisis common size adalah suatu metode analisis laporan
akuntansi keuangan dengan cara membandingkan laporan keuangan yang
diperoleh saat ini dengan hasil laporan keuangan yang diperoleh tahun-
tahun sebelumnya.

2. Analisis Rasio
Analisis rasio adalah suatu analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan
(laporan laba-rugi dan neraca) dalam suatu periode waktu tertentu.
Pada dasarnya analisis rasio ada 5, yaitu:
1) Rasio Likuiditas (liquidity) dalah indikator yang mengukur
kemampuan apotek dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya.
Dalam melakukan pengukuran likuiditas, angka-angka laporan
keuangan yang digunakan adalah angka-angka yang terdapat pada
laporan neraca yaitu membandingkan harta yang dimiliki (aktiva
lancar) dengan beban hutang jangka pendek (pasiva lancar) yang harus
dibayar apotek.
Rasio likuiditas dapat diukur dengan 2 indikator yaitu:
a. Current Ratio (CR) adalah indikator yang mengukur
perbandingan antara jumlah nilai aktiva lancar dengan jumlah
nilai pasiva lancar.
Rumus:
Current ratio = Kas + Bank + Piutang + Persediaan
Hutang Dagang
b. Quick Ratio (QR) adalah indikator yang mengukur
perbandingan antara jumlah aktiva lancar (tanpa persediaan)
dengan jumlah nilai pasiva lancar.
Rumus:
Quick ratio = Kas + Bank + Piutang
Hutang Dagang
2) Rasio Aktivitas (activity) adalah indikator yang mengukur kemampuan
apotek dalam mengelola seluruh asetnya (asset utilities) yang terdapat
pada aktiva lancar dan aktiva tetap dalam satu periode.
Rasio aktivitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:
a. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over – ITO)
ITO adalah indiakator yang mengukur tingkat kemampuan
apotek memutar barang dagangannya (beli-simpan-jual) dalam
1 tahun.
Rumus:
ITO = HPP
Rata-rata persediaan
b. Perputaran piutang (Receivable Turn Over – RTO)
RTO adalah indikator yang mengukur tingkat kemampuan
apotek untuk memutar piutang (jual-alat tagih-lunas) dalam 1
tahun.
Rumus:
RTO = Jumlah Penj. Kredit
Rata-rata piutang
c. Perputaran aktiva tetap (Fix Asset Turn Over – FATO)
FATO adalah indikator yang mengukur tingkat kemampuan
apotek dalam mengelola dan memanfaatkan fix asset (fix asset
utilities) untuk menghasilkan sejumlah penjualan dalam 1
tahun.
Rumus:
FATO = Penjualan
Fix asset
3) Rasio Solvabilitas (Solvability) adalah indikator yang mengukur
kemampuan perusahaan (apotek) dalam memenuhi seluruh kewajiban
(hutang) jangka pendek dan panjangnya dengan total nilai asset yang
dimilikinya. Apotek yang solvabel adalah apotek yang memiliki total
nilai asset lebih besar dari total hutangnya.
Solvabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:
a. Solvabilitas adalah indikator yang mengukur tingkat
kemampuan apotek untuk menutup seluruh hutangnya (jangka
pendek + jangka panjang) dengan seluruh assetnya (current +
fix asset).
Rumus:
Solvabilitas = Total hutang
Total asset
b. Time Interest Earning (TIE)
TIE adalah indikator yang mengukur tingkat kemampuan
apotek dalam menghasilkan laba (EBIT) untuk menutup beban
bunganya.
Rumus:
TIE = EBIT
Beban bunga
4) Profitabilitas (Profitability) adalah indikator yang mengukur
kemampuan apotek dalam menghasilkan laba bersih (EAT) pada
tingkat penjualan, jumlah asset dan jumlah modal sendiri tertentu.
Profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indicator yaitu:
a. Profit adalah indicator yang mengukur tingkat kemampuan
apotek untuk menghasilkan EAT pada tingkat penjualan
tertentu.
Rumus:
Profit = EAT X 100%
Penjualan
b. Return On Asset (ROA)
ROA adalah indicator yang mengukur tingkat kemampuan
apotek untuk menghasilkan EAT dari pemakaian seluruh asset
apotek. Rasio ini merupakan ukuran profit dari sudut pandang
para kreditor, sehingga ROA = ROI (Return on Investment).
Rumus:
ROA = EAT X 100%
Total asset
c. Return On Equity (ROE)
ROE adalah indicator yang mengukur tingkat kemampuan
apotek untuk menghasilkan EAT dari pemakaian modal
pemilik (equity). Rasio ini merupakan ukuran profit dari sudut
pandang pemilik modal (pemegang saham).
Rumus:
ROE = Laba bersih X 100%
Total equity
5) Market Ratio adalah indikator yang mengukur harga saham dalam
suatu perusahaan di pasar bursa (relative market price) terhadap nilai
buku sahamnya (book value). Rasio ini banyak digunakan sebagai
harga saham oleh para investor atau calaon investor dan disebut juga
sebagai analisis fundamental perusahaan. Rasio pasar yang sering
digunakan sebagai indikator (mahal-murahnya) harga saham suatu
perusahaan adalah:
a. Price Earning Ratio (PER)
PER menggambarkan angka harga saham yang ditunjukkan
oleh perbandingan antara harga saham perusahaan di pasar
bursa dengan earning per share (EPS) atau keuntungan per
lembar sahamnya.
Rumus:
PER = Harga saham di pasar
EPS
EPS = EAT
Jumlah harga saham beredar
b. Divident Yield
Menggambarkan angka harga saham yang ditunjukkan oleh
perbandingan antara ekspektasi keuntungan dividen terhadap
total keuntungan (yield-%) dari gain dan dividen.
Rumus:
Harga saham = Expected divident X 100%
Yield
Hasil diskusi :
1. Salah satu pengguna tak langsung dari laporan akuntasi adalah perusahaan
sekuritas. Sebutkan contoh dari perusahaan sekuritas!
Jawab:
Perusahaan sekuritas adalah perusahaan yang berhubungan dengan jual
beli saham.
2. Pinjaman yang diterima dari bank adalah bagian dari fixed cost,
bagaimana dengan bunga bank yang bisa naik turun?
Jawab :
Bunga yang diberikan bank untuk pinjaman tidak akan naik turun secara
signifikan, karena bank telah menetapkan bunga yang harus dibayar
selama pinjaman. Kenaikan atau penurunan bunga untuk pinjaman bank
cenderung kecil sehingga tidak akan merugikan peminjam. Bagi apotek
adanya pinjaman dari bank merupakan pemasukan atau asset.
3. Apakah HPP di apotek itu?
Jawab :
HPP (harga pokok penjualan) disamakan sebagai harga pembelian barang
oleh apotek. Contoh dari perhitungan HPP :
HPP = (stok awal + pembelian) - (stok akhir)

Contoh : Stok barang pada awal tahun 2003 = Rp. 100.000,-


selama tahun 2003 apotek membeli barang Rp. 80.000,- pada
akhir tahun 2003 stoknya Rp. 100.000,- jumlah omzet Rp
100.000,- dengan faktor harga jual 1,25. berapa HPP apotek
tahun 2003 ?
Jawab : HPP = (100.000 + 80.000) – (100.000) = 80.000

4. Analisis keuangan apakah yang paling penting bagi apotek?


Jawab:
Kedua analisis keuangan yaitu analisis common size dan analisis ratio,
dapat diaplikasikan diapotek, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan apotek
terlebih dahulu. Namun yang paling penting dalam analisis keuangan
apotek adalah pembuatan laporan laba-rugi, neraca dan aliran kas.
5. Bagaimana mengatasi masalah bila apotek memiliki hutang jangka pendek
yang membengkak pada akhir bulan?
Jawab :
Saat apotek memiliki hutang jangka pendek yang membengkak berarti
apotek tersebut memiliki tidak memiliki perencanaan pembelian barang
yang baik. Seharusnya apabila apotek memiliki perencanaan pembelian
barang yang baik maka pembengkakan akan hutang jangka pendek pada
akhir bulan akan terhindar. Pada saat terjadi pembengkakan hutang jangka
pendek berarti terjadi penumpukan barang. Hal tersebut mungkin
menyebabkan apotek tidak memiliki uang tunai. Pada keadaan tersebut
uang apotek berada dalam bentuk barang. Akan tetapi, sebetulnya apotek
tidak berada dalam posisi merugi.
6. Pada saat mengaplikasikan system manajemen keuangan di apotek, apakah
perlu bantuan pihak luar?
Jawab:
Ya, perlu karena ada banyak hal-hal dalam system manajemen keuangan
yang tidak dimengerti atau dikuasai oleh apoteker seperti system
pengenaan pajak, sistem pemberian bunga bank dan hal-hal lain, sehingga
diperlukan bantuan dari orang yang mengerti manajemen keuangan untuk
menginterpretasikan hal-hal tersebut.
7. Bagaimana mencantumkan harga per lembar saham pada neraca di
apotek?’
Jawab :
Pada apotek tidak dilakukan permainan saham mengingat modal yang
tersedia tidak sebesar perusahaan yang bergerak di bidang lain.
8. Apakah pembuatan laporan laba rugi perlu menunggu data tahun
sebelumnya?
Jawab:
Iya, data dari tahun sebelumnya diperlukan seperti jumlah stok (barang)
akhir tahun, dapat digunakan dalam perhitungan harga pokok penjualan
pada tahun berikutnya. Selain itu, kita juga dapat mengetahui asset yang
dimiliki apotek, seperti untuk menganalisa apakah uang kita berada dalam
bentuk barang dan untuk mengetahui berapa banyak barang yang berada
dalam daftar pareto C. Dengan demikian kita dapat menetukan langkah
selanjutnya agar barang pareto C dapat terjual sehingga kita tak memiliki
uang mati (uang yang bermanifestasi dalam bentuk barang). Selain itu,
melalui data dari tahun sebelumnya , kita dapat melihat perkembangan
apotek. Pada umumnya, laporan yang dibuat per tahun adalah laporan
rugi-laba dan neraca.

Anda mungkin juga menyukai