PENDAHULUAN
1
keluar suatu apootek membutuhkan suatu perencanaan perhitungan yang
akurat. Akurasi perencanaan kebutuhan akan uang sangat menentukan efektif
tidaknya suatu tujuan. Perencanaan kebutuhan uang yang mengalami over-
under estimate pada perode tertentu akan mengurangi tingkat perolehan laba
perusahaan. Oleh karena itu, manajemen keuangan di apotek perlu dilakukan.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen keuangan?
2. Apa tujuan dari dilakukannya manajemen keuangan?
3. Bagaimana manajemen keuangan di apotek?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami manjemen keuangan.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari dilakukannya manajemen
keuangan.
3. Untuk mengetahui dan memahami manajemen keuangan di apotek.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(accounting) yang dapat dipercaya kebenaran laporannya dikenal sebagai
fungsi tata usaha.
4
1. Proses pembuatan laporan akuntansi keuangan
Proses pembuatan laporan akuntansi keuangan terdiri dari beberapa
tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Tahap 1 : mengumpulkan seluruh dokumen transaksi;
b. Tahap 2 : mencatat seluruh data transaksi ke buku jurnal;
c. Tahap 3 : memindahkan dari buku jurnal ke buku besar (posting);
d. Tahap 4 : mencocokan (judmen) terhadap informasi terakhir;
e. Tahap 5 : menyusun (reporting) laporan dari data buku besar;
f. Tahap 6 : menutup buku besar dan membuat laporan;
g. Tahap 7 : mengirimkan laporan ke pihak yang membutuhkan;
h. Tahap 8 : mengarsipkan.
2. Mekanisme pengawasan sistem prosedur operasional
Mekanisme pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Sistem
Prosedur (SPO) dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap
keabsahan dokumen berikut :
a. Dokumen kegiatan pengadaan (pembelian), yaitu :
1. Hanya faktur yang memiliki surat pesanan (SP) dan tanda terima
(TT) dari petugas penanggungjawab gudang yang dapat dinyatakan
sebagai dokumen pembelian barang apotek yang sah.
2. Hanya faktur dengan harga yang telah diperiksa oleh petugas
pembelian dapat dibukukan sebagai hutang dagang apotek.
b. Dokumen kegiatan penyimpangan barang (gudang), yaitu :
1. Hanya faktur yang memiliki surat pesanan (SP) yang dinyatakan
sebagai barang masuk apotek yang sah.
2. Hanya order list (OL) yang memiliki paraf peminta dari penanggung
jawab penjualan dan paraf petugas gudang yang dapat dibukukan
sebagai barang keluar.
c. Dokumen kegiatan penjualan, yaitu :
Hanya sale report (SR) dari resep, nota, OTC, kwitansi atau faktur
yang dinyatakan sebagai dokumen penjualan tunai yang sah. Sale report
5
(SR) berguna sebagai alat kontrol untuk mengetahui jumlah hasil
penjualan setiap hari.
d. Dokumen kegiatan keuangan (kasir besar), yaitu :
1. Hanya fisik uang, cek, giro dan CR (Cash Repor) yang memiliki
tanda tangan (TT) dari petugas kasir dan penanggung jawab loket
penjualan yang dapat dibukukan sebagai uang masuk.
2. Hanya fisik uang, cek, giro, dan kwitansi atau faktur tanda lunas
yang memiliki tanda tangan (TT) dari petugas juru tagih dan petugas
keuangan yang dapat dibukukan sebagai uang masuk.
3. Hanya fisik uang, cek, giro, dan faktur hutang dagang yang telah
disetujui oleh petugas tata usaha dan pimpinan yang dapat dibukukan
sebagai uang keluar.
4. Hanya fisik uang, cek, giro, dan dokumen biaya variable serta biaya
tetap yang telah disetujui oleh petugas tata usaha dan pimpinan yang
dapat dibukukan sebagai uang keluar.
2.5. Bentuk Laporan Keuangan Apotek
Laporan akuntansi keuangan pada dasarnya berfungsi sebagai pemberi
informasi kepada pengelola atau pemilik apotek mengenai perubahan-
perubahan yang terjadi pada unsur-unsur kekayaan (neraca) yang dimiliki di
apotek. Perubahan neraca tersebut di mulai dari kondisi neraca pada awal
kegiatan hingga neraca pada akhir kegiatan apotek. Perubahan neraca tersebut
merupakan akibat adanya kegiatan transaksi jual-beli barang atau jasa selama
pada kurun waktu tertentu.
1. Bentuk laporan akuntansi
a. Neraca
Neraca adalah laporan akuntasi keuangan yang menggambarkan
tentang kondisi harta (aktiva), hutang (pasiva) dan modal sendiri
(ekuity) yang dimiliki apotek pada tanggal tertentu. Neraca disebut juga
sebagai gambaran kekayaan suatu apotek.
1. Unsur-unsur yang terdapat pada neraca, meliputi :
a. Aktiva (harta atau asset), terdiri dari :
6
1. Aktiva lancar (harta yang lancar likuid), seperti uang (kas),
surat berharga (cek, giro, saham), piutang dan persediaan.
2. Aktiva tetap (harta yang tidak likuid), seperti bangunan, tanah,
dan kendaraan.
b. Passiva (hutang atau liability) terdiri dari :
1. Passiva lancar (hutang lancar) yaitu hutang jangka pendek
yang usianya kurang dari 1 tahun, seperti hutang dagang ke
supplier.
2. Hutang jangka panjang yaitu hutang yang usianya lebih dari 1
tahun, seperti pinjaman (loan) dari Bank.
c. Ekuitas (Modal sendiri), yaitu :
Ekuitas merupakan modal yang berasal dari pemilik atau
modal yang dikeluarkan dari sakunya pemilik atau pendiri apotek
sehingga modal tersebut dianggap sebagai hutang apotek.
2. Rumus Neraca
Neraca merupakan suatu konstanta, yaitu apabila jumlah aktiva
sebanding dengan jumlah passiva {jumlah hutang (hak kreditor)
ditambahkan dengan modal pemilik (hak pemilik)}
= ( + )
8
Contoh laporan laba rugi
9
d. Menghitung kembali saldo akhir dengan cara sebagai berikut :
= +
11
2.6. Faktor yang Mempengaruhi Laporan Keuangan Apotek
Beberapa faktor yang mempengaruhi laporan keuangan dari waktu ke
waktu, yaitu sebagai berikut :
1. Data historis, yaitu data kondisi keuangan beberapa tahun yang lalu dapat
digunakan untuk memberikan gambaran seberapa besar kecenderungan.
Data-data historis tersebut dibandingkan dengan kondisi kinerja keuangan
saat ini seperti perolehan laba-rugi (penjualan, HPP, biaya usaha dan laba)
neraca dan indikator-indikator keuangannya.
2. Data kerja pesaing (kompetitor), yaitu data yang digunakan dalam
membandingkan kinerja keuangan apotek dengan keuangan apotek pesaing
untuk mengetahui seberapa besar tingkat keunggulan dan efisiensi apotek.
3. Implementasi strategi, yaitu cara digunakan untuk memberikan gambaran
seberapa besar pengaruh (efek) dari implementasi strategi apotek yang
sedang atau telah dilaksanakan seperti menambah karyawan, jumlah
apotek, membeli kendaraan dinas.
4. Perkembangan data eksternal : untuk memberikan gambaran seberapa
besar pengaruhnya perkembangan kondisi eksternal yang sudah dan
sedang terjadi seperti pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pasar, apotek
pesaing, pemasok, regulasi
2.7. Metode Analisis Laporan Kinerja Keuangan Apotek
Metode yang dapat digunakan dalam menganalisis laporan kinerja
keuangan, diantaranya yaitu :
1. Analisis BEP
Analisis BEP (Break End Point) yaitu suatu titik yang
menggambarkan bahwa apotek dalam posisi yang tidak memperoleh
keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian (titik impas).
Rumus : Keterangan :
= FC = Fixed cost (biaya tetap)
1
VC = Variable cost (biaya variable)
12
Fungsi analisis BEP adalah untuk merencanakan Jumlah Penjualan,
pada tingkat penjualan berapa labanya dapat menutup biaya variable dan
biaya tetap yang dieluarkan apotek? Laba (rugi), berapa jumlah
keuntungan (kerugian) yang akan diperoleh apotek, ketika jumlah
penjualan dan biaya mencapai tingkat tertentu?
Kurva BEP
2. Analisis rasio
Analisis rasio yaitu suatu analisis yang dilakukan dengan cara
membandingkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan
(laporan laba-rugi dan neraca) dalam suatu periode tertntu. Analisis rasio
terdiri dari 5 macam, yaitu :
a. Rasio likuiditas (liquidity) yaitu indikator yang mengukur kemampuan
apotek dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Terdapat 2
indikator dalam rasio likuidasi, yaitu :
1. Current Ratio (CR) yaitu indikator yang mengukur perbandingan
antara jumlah nilai aktiva lancar dengan jumlah pasiva lancar.
Rumus :
+ + +
() =
13
2. Quick Ratio (QR) yaitu indikator yang mengukur antara
perbandingan jumlah aktiva lancar (tanpa persediaan) dengan jumlah
nilai pasiva lancar.
Rumus :
+ +
() =
14
c. Rasio Solvatibilitas (Solvatibility) yaitu indikator yang mengukur
kemampuan apotek dalam memenuhi seluruh kewajiban jangka pendek
dan panjangnya dengan total nilai asset yang dimiliki. Rasio
Solvatibilitas dapat diukur dengan 2 indikator, yaitu :
1. Solvatibilitas dengan rumus :
=
2. TIE (Time Interest Earning) yaitu indikator yang mengukur
kemampuan apotek dalam menghasilkan laba (EBIT) untuk menutup
beban bunga tetapnya.
Rumus :
= 100%
= 100%
15
3. ROE (Return On Equity) yaitu indikator yang mengukur kemampuan
apotek dalam menghasilkan laba bersih (EAT) dari pemakaian
modal pemilik (Equity).
Rumus :
= 100%
= 1
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
17
LAMPIRAN
Contoh Neraca dan Laporan Rugi-Laba :
Total Aktiva (Total Harta Lancar + Total Harta Tetap) Rp. 205.000.000,-
Passiva (Hutang/ Liability)
1. Passiva Lancar Rp. 45.000.000,-
2. Pinjaman Bank ` Rp. 60.000.000,- +
Rp. 105.000.000,-
18
Ekuitasi
Modal Pemilik Rp. 100.000.000,- +
Total Passiva (Passiva + Ekuitasi) Rp. 205.000.000,-
Penjualan Bersih
1. Penjualan Kontan Rp. 350.000.000,-
2. Penjualan Kredit Rp. 150.000.000,- +
Total Penjualan Bersih Rp. 500.000.000,-
Harga Pokok Penjualan
1. Persediaan awal Rp. 40.000.000,-
2. Pembelian Rp. 300.000.000,-
3. Persediaan akhir Rp. 50.000.000,-
= ( + )
= (Rp. 65.000.000,- + Rp. 300.000.000,-) Rp. 45.000.000,-
= Rp. 320.000.000,-
Pendapatan Kotor (Total Penjualan Bersih HPP) Rp. 180.000.000,-
Biaya Operasional
Gaji karyawan Rp. 105.000.000,-
Sewa bangunan Rp. 25.000.000,-
Biaya asuransi Rp. 6.200.000,-
Biaya pemasaran Rp. 2.400.000,-
Biaya pemeliharaan Rp. 3.200.000,-
Biaya administrasi Rp. 4.700.000,-
Biaya air, listrik dan telepon Rp. 3.500.000,- +
Total Biaya Operasional Rp. 150.000.000,-
Keterangan :
20