Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI I
DIURETIK

DISUSUN OLEH :
NAMA : ARSYI MUSTIKA ISRA
NIM : 1900054
PRODI : DIII B
JAM : 14.00-17.00
TANGGAL : JUMAT, 08 JANUARI 2021
ASISTEN DOSEN : 1. HANIFAH ROHADATUL AISYI
2. JIHAN FAHIRA SASMITA

DOSEN PEMBIMBING:
Apt.NOVIA SINATA, M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLA TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV . RIAU PEKANBARU
T.A 2021
“DIURETIK”

I. TINJAUAN PUSTAKA
Diuretik merupakan golongan obat yang berfungsi untuk mendorong
produksi air seni. Diuretik merupakan obat-obatan yang dapat meningkatkan laju
aliran urin. Golongan obat ini menghambat penyerapan ion natrium pada bagian-
bagian tertentu dari ginjal. Oleh karena itu, terdapat perbedaan tekanan osmotik
yang menyebabkan air ikut tertarik, sehingga produksi urin semakin bertambah
(Satyadharma, 2014).
Diuretik juga bisa diartikan sebagai obat-obat yang menyebabkan suatu
keadaan meningkatnya aliran urin. Obat-obat ini menghambat transport ion yang
menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya
Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urin dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan bila keadaan normal bersama-sama air yang mengangkut secara
pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotik (Pamela dkk., 1995).
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema yang
berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstrasel kembali menjadi normal (Farmakologi dan terapi, 2012).
Faktor yang Mempengaruhi Respon Diuretik.Terdapat tiga faktor utama
yang mempengaruhi respon diuretik. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal.
Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi
efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah
yang reabsorbsi natrium banyak. Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya
dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan
memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat
dengan reseptor (Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar , 2008).

Mekanisme Kerja Diuretik


Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan
menghambat reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan
reabsorpsi natrium dan air terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal
(proksimal, ansa Henle dan distal) (Kee dan Hayes, 1996). .
1. Tubuli proksimal
Garam direabsorpsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air,
begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung
proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis
terhadap plasma. Diuretika osmosis (manitol, sorbitol) bekerja disini
dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium (Tjay dan Rahardja, 2002).
2. Lengkungan Henle
Di bagian menaik lengkungan Henle ini, 25 % dari semua Cl- yang
telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif
dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis.
Diuretika lengkungan (furosemida, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan
merintangi transport Cl-, dan demikian reabsorpsi Na+, pengeluaran K+,
dan air diperbanyak (Tjay dan Rahardja, 2002).
3. Tubuli distal
Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa
air hingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa thiazida dan
klortalidon bekerja di tempat ini (Tjay dan Rahardja, 2002). Di bagian
kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau, proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron
(spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida, triamteren)
bekerja disini (Tjay dan Rahardja, 2002).
4. Saluran pengumpul
Hormon antidiuretik vasopresin dari hipofise bekerja di saluran
pengumpul dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dan sel-sel
saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2002).

Penggolongan Diuretik
 Benzotiazid
Bezotiazid merupakan diuretik turunan tiazida adalah saluretik,
yang dapat menekan absorpsi kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan
ini juga meningkatkan ekskresi ion-ion K+, Mg++ dan HCO3- dan
menurunkan eksresi asam urat (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Diuretik turunan tiazida terutama digunakan untuk pengobatan


udem pada keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada
pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume darah dan secara
langsung menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam
sediaan sering dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti
reserpin dan hidralazin, untuk pengobatan hipertensi karena menimbulkan
efek potensiasi (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Diuretik turunan
tiazida menimbulkan efek samping hipokalemi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan menimbulkan penyakit pirai yang akut (Siswandono dan
Soekardjo, 2000).

Diuretik turunan tiazida mengandung gugus sulfanil sehingga


menghambat enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek
saluretik terjadi karena adanya pemblokkan proses pengangkutan aktif ion
klorida dan absorpsi kembali ion yang menyertainya pada lengkungan
Henle, dengan mekanisme yang belum jelas kemungkinan karena peran
dari prostaglandin.

Turunan tiazida juga menghambat enzim karbonik anhidrase di


tubulus distalis tetapi efeknya relatif lemah. Contohnya adalah
Hidroklorotiazid (HCT), bendroflumetiazid (naturetin), xipamid
(diurexan), indapamid (natrilix), klopamid, klortalidon (Siswandono dan
Soekardjo, 2000).

 Diuretik Kuat
Diuretik kuat mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat
kuat dibandingkan dengan diuretic lain. Tempat kerja utamanya dibagian
epitel tebal lengkung henlebagian asenden, oleh karena itu golongan obat
ini disebut juga sebagai loop diuretic. Obat yang termasuk dalam golongan
ini adalah furosemid, toremid, asam etakrinat, dan bumetanid
(Farmakologi dan terapi, 2012)

Diuretik lengkung Henle merupakan senyawa saluretik yang sangat


kuat, aktivitasnya jauh lebih besar dibanding turunan tiazida dan senyawa
saluretik lain. Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada
lengkung Henle sehingga menurunkan absorpsi kembali NaCl dan
meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25% (Siswandono dan Soekardjo,
2000).

Diuretik lengkung Henle menimbulkan efek samping yang cukup


serius, seperti hiperurisemi, hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi,
hipokloremik alkalosis, kelainan hematologis dan dehidrasi. Biasanya
digunakan untuk pengobatan udem paru yang akut, udem karena kelainan
jantung, ginjal atau hati, udem karena keracunan kehamilan, udem otak
dan untuk pengobatan hipertensi ringan. Untuk pengobatan hipertensi
yang sedang dan berat biasanya dikombinasikan dengan obat
antihipertensi (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

 Diuretik Hemat Kalium


Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas
natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa
tersebut bekerja pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion
Na+ dengan ion H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+ dan
meningkatkan sekresi ion Na+ dan air (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan bersama-


sama dengan diuretik tiazida. Kombinasi ini menguntungkan karena dapat
mengurangi sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi
dan menimbulkan efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek
samping hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabetes dan pirai, serta
menyebabkan gangguan pada saluran cerna (Siswandono dan Soekardjo,
2000).

Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan


mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok
absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan
ekskresi ion Na+ dan Cl dalam urin. Diuretik hemat kalium dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu diuretika dengan efek langsung, contohnya adalah
amilorid dan triamteren, dan diuretika antagonis aldosteron, contohnya
adalah spironolakton (Siswandono dan Soekardjo, 2000)

 Penghambat Karbonik Anhidrase


Senyawa penghambat karbonik anhidrase adalah saluretik,
digunakan secara luas untuk pengobatan sembab yang ringan dan moderat,
sebelum diketemukan diuretik turunan tiazida. Efek samping yang
ditimbulkan golongan ini antara lain adalah gangguan saluran cerna,
menurunnya nafsu makan, parestisia, asidosis sistemik, alkalinisasi urin
dan hipokalemi. Adanya efek asidosis sistemik dan alkalinisasi urin dapat
mengubah secara bermakna perbandingan bentuk terionisasi dan yang tak
terionisasi dari obat-obat lain dalam cairan tubuh, sehingga mempengaruhi
pengangkutan, penyimpanan, metabolisme, ekskresi dan aktivitas obat-
obat tersebut (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Penggunaan diuretik penghambat karbonik anhidrase terbatas


karena cepat menimbulkan toleransi. Sekarang diuretik penghambat
karbonik anhidrase lebih banyak digunakan sebagai obat penunjang pada
pengobatan glaukoma, dikombinasikan dengan miotik, seperti pilokarpin,
karena dapat menekan pembentukan aqueus humour dan menurunkan
tekanan dalam mata. Contoh diuretik penghambat karbonik anhidrase
adalah asetazolamid, metazolamid, etokzolamid, diklorfenamid
(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

II. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
 Kandang metabolism Air hangat 5ml/200g BB
 Ph meter Furosemid 0,72mg/200 BB
 Alat oral Furosemid 0,36mg/200 BB
 Alat suntik Kopi 15% 15ml/200 g
 Gelas ukur Nacl fis 1% BB
 Stopwatch dan alat gelas lainnya Kopi 30%

III. CARA KERJA


 Semua tikus dipuasakan semalam (± 16 jam)
 Timbang tikus dan tandai
 Hitung dosis untuk hewan
 Berikan air hangat secara oral,berikan furosemide secara sc
 Masukkkan tikus e kandang metabolit dan tamping urinnya
 Catat volume urin setiap 15 menit selama 1 jam
 Data yang di peroleh dimasukkan ke dalam tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

KE DOSIS UNTUK TIKUS BB VAO VOLUME URIN (ML)


15 30 45 60
L
1 Air hangat 5 ml/200g BB 107 g 2,7 ml 1 ml 0,5 ml 0,5 ml 0 ml

Furosemid 0,72mg/200g BB 0,2 ml


2 Air hangat 5ml/200g BB 182 g 4,55 ml 0 ml 0 ml 0 ml 0 ml

Furosemid 0,36mg/200g BB 0,182 ml


3 Kopi 30% 5ml/200g BB 159 g 4 ml 0 ml 0 ml 0,1 ml 2 ml

Air hangat 5ml/200g BB 4 ml


4 Kopi 15% 5ml/200g BB 237 g 5,9 ml 0 ml 0 ml 0 ml 2 ml

Air hangat 5ml/200g BB 5,9 ml


5 Kontrol air hangat 5ml/200g 145 g 3,6 ml 0 ml 0 ml 0 ml 0 ml
BB
1,45 ml
NaCl Fis 1% BB à SC
Grafik hubungan antara waktu dengan volume urine tikus
2.5

2 2

1.5

11

0.5 0.5 0.5

0.1
00 0 0 0
menit ke 15 menit ke 30 menit ke 45 menit ke 60
Furosemid 0,72 mg Furosemid 0,36 mg2 Kopi 30%
Kopi 15% Kontrol

Diketahui :

Berat tikus : 182 gram

Air hangat : 5 ml/200 gBB

Furosemid : 0,36 mg/200 gBB

Konsentrasi furosemid : 1,8 mg/ml

Air hangatuntukberattikus 182 gram

= 2ml / 200 gram x 182 gram

= 4,55 ml

Furosemiduntuktikusberat 182 gram

VAO = Dosis x BB / C

= 0,36 mg/200 g x 182g / 1,8 mg/ml = 0,17 ml

Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kita melakukan percobaan tentang Diuretik di
mana obat Diuretik adalah obat untuk meng ekskresikan urin yang di rangsang
oleh ginjal. Obat ini akan menekan atau membuat seseorang yang meminumnya
akan buang air kecil terus.

Terdapat golongan-golongan dari diuretic yang memiliki efektivitas yang


bervariasi mulai dari golongan diuretic hemak K yang hanya mengekskresikan
2%ion Na sampai golongan diuretic loop yang dapat mengekskresikan sampai 2
%ion Na.

Fungsi dari diuretic secara umum sesuai dengan definisi yaitu


meningkatkan laju aliran urin yang selanjutnya meningkatkan urin.

Adapaun dari diuretic itusendiri terdapat beberapa golongan diantaranya:


Diuretik Tiazid, Diuretik Loop,Diuretik Hemat , Diuretik Karbonik Antihidrase,
Diuretik Osmotik.

Berdasarkan pembagian golongan diuretic dapat dijelaskan sebagai berikut:


Diuretic Tiazid : merupakan golongan yang umum digunakan seluruh obat – obat
golongan ini bekerja pada tubulus disatl ginjal dan memiliki efek diuretic yan
gsama. Salah satu obatnya yaitu Hydroclorothiazid.

Diuretic Loop : bekerja pada hengung henle ginjal. Memiliki efektivitastertinggi


dalam mengeluarkan ion Na dan Cl dari tubuh yang selanjutnya tentudiikuti
dengan meningkatnya jumlah produksi urin. Salah satu contoh obatnyayaitu
Furosemide.

Diuretic hemat Kalium : bekerja pada tubulus pengumpul ginjal untukmencegah


penyerapan kembali ion Na dan pengeluaran ion K. obat golongan inisering
digunakan untuk mengobati hipertensi dan sering dikombinasikan dengandiuretic
tiazid. Salah satu contoh obatnya yaiu amiloride.

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan efek daari obat
diuretic, yaitu furosemide, kopi dan control pada hewan coba tikus berdasarkan
parameter pengukuran volume urin.

Ada pun hasil yang di dapat dari kelompok 3 yaitu bahwa tikus tidak
mengeluarkan urin sedikit pun di di bandingkan kelompok 1, kesalahan nya
mungkin terjadi ketika penyu tika pada tikus tidak semua masuk ke dalam tubuh
tikus.

V. KESIMPULAN
 Diuretik adalah obat untuk meng ekskresikan urin yang di rangsang oleh
ginjal. Obat ini akan menekan atau membuat seseorang yang meminumnya
akan buang air kecil terus
 Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan efek daari obat
diuretic, yaitu furosemide, kopi dan control pada hewan coba tikus
berdasarkan parameter pengukuran volume urin.
 Ada pun hasil yang di dapat dari kelompok 3 yaitu bahwa tikus tidak
mengeluarkan urin sedikit pun di di bandingkan kelompok 1, kesalahan
nya mungkin terjadi ketika penyu tika pada tikus tidak semua masuk ke
dalam tubuh tikus.

.VI. DAFTAR PUSTAKA


Kee, J.L. dan Hayes, E.R.,1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan,
hal 140- 145, 435-443, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Lukmanto, H. 2003. Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia. Edisi II.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234,
239, Airlangga University Press, Surabaya.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-obat Penting Edisi 6 , PT. Elex
Media Komputindo : Jakarta.
Siregar, P., W.P., R. Oesman, R.P. Sidabutar. (2008). Masalah Penggunaan
Diuretika.

LAMPIRAN
VII. JAWABAN DARI PERTANYAAN
1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat
diuretika. Berikan contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme
kerja yang berbeda.
Jawab:

Klasifikasi diuretic umum dan mekanisme kerja aksi:


Contoh Mekanisme Lokasi (nomor
dalam jarak
sepanjang
nefron)
- Etanol, air Menghambat 1
sekresi
vasopressin
Acidifying CaCl2, NH4Cl 1
garam
Arginine Amfoterisin B, litium Menghambat 5
vasopressin 2 sitrat tindakkan
reseptor vasopresin’s
antagonis
Aquaretics Goldenrod, juniper Meningkatkan 1
aliran darah di
ginjal
Na-H Dopamine Mempromosikan 2 tubulus
exchanger Na+ ekskresi proksimal
antagonis
Karbonat Acetazolamide, Menghambat 2 tubulus
anhydrase dorzolamide sekresi proksimal
inhibitor H+,promosi
resultan Na+ dan
K+ ekskresi
Loop diuretik Bumetanide. Menghambat 3 meduler tebal
Ethacrynic asam, symporter Na-K- mendaki dahan
furosemide, 2Cl
torsemide
Osmotic Glukosa (terutama Mempromosikan 2 tubulus
diuretik pada diabetes tidak diuresis osmotic proksimal,
terkontrol), manitol turun tungkai
Potassium- Amiloride, Penghambatan 5 kortikal
sparing spironolactone, Na+/K+ penukar: mengumpulkan
diurectik triamterence, spironolactone saluran
canrenoate kalium. menghambat
tindakan
aldosterone,
amiloride
menghambat
saluran natrium
epitel
Thiazides Bendroflumethazide, Menghambat 4 tubulus distal
hidroklorotiazid reabsorpsi oleh berbelit-belit
Na+/Cl- symporter
Xanthines Kafein, teofilin, Menghambat 1 tubulus
theobromine reabsorpsi Na+,
meningkatkan laju
filtrasi glomerulus

Mekanisme Kerja Diuretik Kabanyakan diuretik bekerja dengan


mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan
demikian juga dari air diperbanyak. Obat- obat ini bekerja khusus terhadap
tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni di:
1. Tubuli proksimal. Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam
yang di sini direabsorpsi secara aktif untuk lebih kurang 70%, antara
lain ion-Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum.Karena
reabsorpsi berlangsung secara propersional, maka susunan filtrat
tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretik osmotis
(manitol,sorbitol) bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air
dan juga natrium.
2. Lengkungan Henle Dibagian menaik henle’s loopini ca 25% dari
semua ion Clyang telah di filtrasi direabsorpsi secara aktif, disusul
dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ , tetapi tanpa air, sehingga
menjadi hipotonis. Deuretik lengkungan, seperti furosemida,
bumetanida, dan etakrinat, bekerja terutama di sini merintangi
transport Cldan demikian reabsorpsi Na+ . Pengeluaran K+ dan air
juga diperbanyak.
3. Tubuli distal Dibagian pertama segmen ini, Na+ di reabsorpsi secara
aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih
hipotonis.Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini
dengan memperbanyak ekskresi Na+ dal Cl sebesar 5-10%. Di
bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ino K+ atau
NH4 + proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron.
Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium
(amilorida, triamteren) bertitik kerja di sini dengan mengakibat
ekskresi Na+ (kurang dari 5%) dan retensi k+.
4. Saluran pengumpul Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari
hipofise bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi
permeabilitasbagi airdari sel-sel saluran ini.

2. Sebutkan penggolongan diuretik berdasarkan mekanisme kerjanya.


Jawab:
a.Diuretik Kuat
b.Diuretik Thiazid
c.Diuretik Penghemat Kalium
d.Diuretik Osmotic
e.Diuretik Perintang Karbonanhidrase

3. Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretika, kemukakan efek


samping yang dapat muncul akibat penggunaannya.
Jawab:
Pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa
penggunaan suatu diuretika sudah membehayakan yaitu dengan
melihat efek samping yang ditimbulkan dari pemberian suatu obat
diuretika. Apabila efek samping banyak dan pasien penggunaan obat
diuretika menunujukkan gejala yang lain maka segera diperiksa dan
bila perlu penggunaan obat dihentikan,
4. Apa yang dimaksud dengan Renal Clearence ?bagaimnana cara
menentukannya ? dan kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil
renal clearance ?
Jawab:
Renal Clearence adalah kemampuan ginjal membersihkan sejumlah
volume darah dari suatu bahan tertentu yang dikeluarkan urin dalam
waktu 1 menit. Dipengaruhi oleh berat badan, umur, kelamin, zat yang
digunakan dalam test, luas permukaan tubuh (setiap 1,73 m2)
Normal : 120 mL/ 1,73 m2 utk inulin (eksogen)
100 mL/ 1,73 m2 utk kreatinin (endogen)

5. Bagaimana pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa


penggunaan suatu obat sudah membahayakan ?
Jawab:
Pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa
penggunaan suatu diuretika sudah membahayakan yaitu dengan
melihat efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian suatu obat
diuretika. Apabila efek sampingnya banyak dan pasien penggunaan
obat diuretika menimbulkan gejala lain maka segera diperiksa dan
perlu penggunaan di hentikan.

6. Untuk penyakit apa diuretic digunakan secara klinis ? jelaskan.


Jawab:
1.Hipertensi digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya
hingga tekanan darah menurun. Khususnya derivate-thiazida
digunakan untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan pada jangka
panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya
digunakan bila ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada
insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya diperkirakan berdasarkan
penurunan daya tahan pembuluh perifer. Dosis yang diperlukan untuk
efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada dosis diuretic.
Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi betablockers dan
ACE-inhibitor sehingga sering dikombinasi dengan thiazida.
Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia tidak boleh mendadak
karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan
jantung dan peningkatan tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan
pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita. Diuretik hemat
kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya
hipokalemia.
2.Payah jantung kronik kongestif Diuretik golongan tiazid, digunakann
bila fungsi ginjal normal. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama
bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginja. Diuretik
hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada
bahaya hipokalemia.
3.Udem paru akut Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
4Sindrom nefrotik Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat
bersama dengan spironolakton.
5.Payah ginjal akut Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil,
volume cairan tubuh yang hilang harus diganti dengan hati-hati.
6.Penyakit hati kronik spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau
diuretik kuat).
7.Udem otak Diuretik osmotic
8.Hiperklasemia Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl
hipertonis.
9.Batu ginjal Diuretik tiazid
10.Diabetes insipidus Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet
rendah garam
11.Open angle glaucoma Diuretik asetazolamid digunakan untuk
jangka panjang.
12. Acute angle closure glaucoma Diuretik osmotik atau asetazolamid
digunakan prabedah. Untuk pemilihan obat Diuretik a yang tepat ada
baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Anda mungkin juga menyukai