Anda di halaman 1dari 6

TEORI

1. Diuretik

Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air
dan natrium klorida. Diuretik merupakan zat-zat yang dapat memperbanyak
pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Prinsip kerja
diuretik secara umum adalah menurunkan reabsorbsi elektrolit oleh tubulus ginjal,
dimana peningkatan ekskresi elektrolit akan disertai dengan peningkatan ekskresi air
yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan osmotik. Senyawa yang dapat
merangsang pengeluaran air sangat potensial untuk digunakan dalam keadaan seperti
udema, gagal jantung, gagal ginjal, dan hipertensi. Fungsi utama diuretik adalah
memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian
rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. (Maryam, 2018)

2. Pembentukan urin

Cara pengeluaran air seni yang paling utama adalah melalui ginjal. Pengeluaran
ini sebagian tidak dapat dihindari dan sebagian lagi dikendalikan oleh hormon
antidiuretik (ADH). Peningkatan pembuangan air melalui ginjal ini bisa dipengaruhi
oleh obat atau tanaman obat yang bersifat diuretic. Sedangkan fungsi utama dari
ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan semua zat
asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Untuk itu, darah mengalami filtrasi
dimana semua komponennya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-
sel darah (Tjay dan Rahardja, 2015).

Proses diuresis dimulai dengan mengalirkan darah ke dalam glomeruli (gumpalan


kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang
bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam, dan
glukosa. Ultrafiltrat, yang diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta elektrolit,
akan ditampung di wadah yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul
Bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa kecil. Tubuli ini terdiri dari bagian
proksimal dan distal, yang letaknya masingmasing dekat dan jauh dari glomerulus.
Kedua bagian ini dihubungkan oleh sebuah lengkungan (Henle’s loop). Air dan
komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam, antara
lain ion Na+ dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.
Sisanya yang tak berguna seperti ampas perombakan metabolisme protein (ureum)
untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Lalu, filtrat dari semua tubuli ditampung
di suatu saluran pengumpul (ductus colligens), dimana terutama berlangsung
penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun disini
sebagai urin.

3. Mekanisme kerja diuretic

Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat


reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air
terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal (proksimal, ansa Henle dan distal).

a. Tubuli proksimal

Garam direabsorpsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air, begitu pula
glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung proporsional, maka susunan filtrat
tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis (manitol,
sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium.

b. Lengkungan Henle

Di bagian menaik lengkungan Henle ini, 25 % dari semua Cl- yang telah difiltrasi
direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ , tetapi
tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan (furosemida,
bumetamida, etakrinat) bekerja dengan merintangi transport Cl- , dan demikian
reabsorpsi Na+ , pengeluaran K+ , dan air diperbanyak.

c. Tubuli distal

Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga
filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di
tempat ini (Tjay dan Rahardja, 2015). Di bagian kedua segmen ini, ion Na+
ditukarkan dengan ion K+ atau, proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium
(amilorida, triamteren) bekerja disini (Tjay dan Rahardja, 2015).

d. Saluran pengumpul

Hormon antidiuretik vasopresin dari hipofise bekerja di saluran pengumpul


dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dan sel-sel saluran ini (Tjay dan
Rahardja, 2015).

4. Penggolongan Obat

Penggolongan Obat diuretik digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Penghambat karbonat anhydrase

Diuresis dan reabsorbsi bikarbonat terjadi karena CA (karbonat anhidrase)


dihambat oleh obat diuretik, seperti asetazolamid di tubulus kontortus proksimal
(PCT). Obat tersebut dapat digunakan untuk terapi glaukoma, alkalinisasi urin,
alkalosis metabolik, mountain sickness akut, dan kadar fosfat pada penderita
hiperfosfatemia dapat diturunkan (Ives, 2014).

2) Diuretik osmosis

Garam dan elektrolit (kalsium, kalium, magnesium, klorida, dan lain- lain) ikut
terekskresi bersama urin secara osmosis dengan daya kerja yang cepat dan singkat,
karena reabsorbsi air dan garam di tubulus kontortus proksimal dan lengkung Henle
dihambat oleh gliserin, isosorbid, manitol, dan urea (Tjay and Rahardja, 2015)
Diuretik osmotik memiliki fungsi menurunkan tekanan intrakranium atau intraokulus
sehingga volume urin yang dihasilkan menjadi meningkat (Ives, 2014).

3) Diuretik lengkungan

Pengobatan edema paru akut, gagal ginjal akut (GGA), penyakit edematosa lain,
hiperkalemi dan hiperkalsemia akut dapat diterapi menggunakan 7 obat diuretik loop
(Ives, 2014). Contoh: furosemid, bumetanid, asam etakrinat, dan torsemid. Diuretik
ini bekerja dengan menghambat molekul transpor (Na+ -K + - 2Cl) pada lengkung
Henle TAL sehingga ekskresi NaCl dan Mg2+, Ca2+ akan meningkat.

4. Diuretik hemat kalium

Reabsorpsi natrium dihambat oleh obat diuretik (amiloride, triamteren) dan


reseptor mineralokortikoid di tubulus kolektivus dihambat oleh efek-efek obat
aldosteron (spironolakton dan eplerenon), sehingga sekresi kalium dapat dihambat.
Beberapa faktor antara hipersekresi primer maupun sekunder akan menyebabkan
hiperaldosteronisme (kadar mineralokortikoid tinggi) sehingga keadaan tersebut
membutuhkan terapi obat diuretik hemat kalium (Ives, 2014).

5. Diuretik tiazid

Beberapa kasus seperti hipertensi, gagal jantung, nefrolitiasis, dan diabetes


insipidus nefrongenik merupakan penyakit yang dapat diobati dengan golongan 8
tiazid yaitu hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, dan lain- lain. Obat
tersebut akan menghambat reabsorbsi garam klorida di tubulus kontortus distal
(DCT) (Ives, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Ives H.E., 2014, Obat Diuretik, Dalam Katzung, B. G. et al., eds. Farmakologi Dasar
& Klinik, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 281–297.

Mulyaningsih W., 2016, Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Sukun Artocarpus
altilis (Parkinson) Fosberg Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar, Abstrak,
Terdapat di: http://repository.unisba.ac.id/handle/123456789/4629.

Maryam, S., Thito D. E., dan Dinur H. 2020. Uji Efektifitas Diuretik Ekstrak Etanol
daun Gedi(Abelmoschus manihot L.) Pada mencit Putih Jantan Galur Webstar.
Jurnal Sabdariffarma Tahun 2020 Vol 6 No. 1:43-50

Tjay T.H. and Rahardja K., 2015, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek -
Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 523–531.

Anda mungkin juga menyukai