Anda di halaman 1dari 5

1.

TEORI
A. Diare

Diare adalah suatu keadaan dimana frekuensi defekasi melebihi frekuensi


normal dengan konsistensi feses yang encer. Diare dapat bersifat akut atau kronis,
dan penyebabnya bermacam-macam.

2. Penyebab Diare

Diare adalah kondisi meningkatnya peristaltik usus, sehingga perlintasan


chimus dipercepat dan masih banyak mengandung banyak air pada saat
meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan
di usus akibat terganggunya resorbsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada
keadaan normal proses resorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit berlangsung
berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh
beberapa hormone, yaitu resorpsi oleh enkefalin , sedangkan sekresi diatur oleh
prostaglandin dan neurohormon vasoactive Intestinal Peptide (VIP). Biasanya
resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu sebab sekresi menjadi lebih besar dari
resorpsi dan terjadilah diare. Keadaan ini sering kali terjadi pada gastroenteritis
(radang lambung-usus) yang disebabkan oleh virus, kuman dan toksinnya.

Penggolongan penyebab diare:

a. Diare akibat virus, misalnya “influenza perut’ dan ‘travelers diarrhoea’ yang

disebabkan antara lain oleh rotavirus (infeksi HIV) dan adenovirus. Virus
melekat pada sel-sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas
resorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare
yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan
sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari.

b. Diare bacterial invasive (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai
berkurang berhubung semakin meningkatnya derajat hygiene masyarakat.
Kuman pada keadaan tertentu menjadi invasive dan menyerbu ke dalam
mukosa, di mana terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorbsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala
hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejangkejang. Selain itu,
mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan
berlendir. Penyebab terkenal dari pembentuk enterotoksin ialah bakteri E.coli,
Shigella, Salmonella dan Campylobacter. Diare ini bersifat “self limiting”,
artinya akan sembuh dengan sendirinya dalam lebih kurang 5 hari tanpa
pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa baru.
Menurut taksiran 90% dari semua diare wisatawan disebabkan oleh virus dan
kuman E.coli spec (tak ganas).
c. Diare parasite akibat protozoa, seperti Entamoeba histolytica dan Giardia
lamblia, yang terutama terjadi di daerah (sub)tropis. Yang pertama
membentuk toksin pula. Cirinya: mencret cairan yang intermitten dan
bertahan lebih lama dari 1 Minggu.
d. Diare akibat penyakit, misalnya Colitis ulcerosa, p. Crohn, Irritable Bowel
Syndrome (IBS), kanker kolon. Juga akibat gangguan-gangguan, seperti alergi
terhadap makanan /minuman, protein susu sapi dan gluten (coeliakie) serta
intoleransi untuk laktosa karena defisiensi enzim lactase.
e. Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, garam Mg, dan litium, sorbitol,
betablockers perintang ACE, reserpine, sitostatika, dan antibiotic berspektrum
luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin). Semua
obat ini dapat menimbulkan diare tanpa kejang perut dan perdarahan.
Adakalanya juga akibat penyalahgunaan laksansia dan penyinaran dengan
sinar X (radioterapi).
f. Akibat keracunan makanan sering terjadi, disebabkan oleh mengkonsumsi
makanan atau minuman yang tercemar. Bakteri gram negatif yang lazimnya
menyebabkan keracunan makanan dengan toksinnya.

3. Metode
a. Metode Transit Intestinal
Metode transit intestinal dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat
antidiare, laksansia, antispasmodic, metode yang digunakan untuk mengukur
jarak tempat suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus
keseluruhan setelah diberi larutan uji. (Wahid,AR, Wardani A K, Astuti R, 2018)
b. Metode Proteksi
Metode ini biasanya diproteksi dengan oleum ricini, yang bekerja mengurangi
absorbs cairan dan elektrolit serta menstimulus peristaltic usus, sehingga
berkhasiat sebagai lansaksia.berdasarkan kerjanya obat yang memiliki khasiat
antidiare yang mampu mengurangi terjadinya diare, mengrangi bobot fases diare
dan memperbaiki konsistensi feses pada mencit yang dibuat diare.

4. Penggolongan Obat
a. Kemoterapeutika
untuk diare karena kolera, disentri basiler, infeksi campylobacter, infeksi
protozoa, misalnya: antibiotika (amoksisilin, ampisilin, kloramfenikol,
tetrasiklin, metronidazol), sulfonamide (sulfisoksazolum dan trimethoprim),
dan senyawa kinolon (siprofloksasin).
b. Obstipansia
untuk terapi simptomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa
cara, yaitu:
1) Zat-zat penekan peristaltic (spasmolitica) sehingga memberikan waktu
lebih banyak untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contoh:
candu dan alkaloidanya, derivate petidin (loperamida), papaverin, dan
antikolinergik (atropine, ekstrak beladon)
2) Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.
3) Adsorbensia, misalnya karbo adsorbens yang pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun yang dikeluarkan oleh bakteri atau
adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini juga adalah
mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka
lukanya dengan suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pectin (suatu
karbohidrat yang terdapat dalam antara lain buah apel), atapulgit.

 Karbo-adsorbens (arang aktif, Norit). Karbo-adsorbens adalah arang


halus (nabati atau hewani) yang telah diaktifkan melalui suatu proses
tertentu. Banyak obat dapat diadsorbsi pada karbo in vivo antara
lain: asetosal, parasetamol, fenobarbital, glutetimid, fenotiazin, anti-
depresant trisiklis, digoksin, amfetamin, ferosulfat, propantelin, dan
alcohol. Oleh karena itu, obat-obat ini jangan diberikan bersamaan
waktu, tetapi 2-3 jam setelah pemberian karbo. Dosis lazim: 3-4 dd
0,5-1g.
 Kaolin (bolus alba, argilla). Mengandung alumunium silikat. Dosis 3
dd 50-100g sebagai suspensi dalam air, biasa dikombinasi dengan
pectin
 Attapulgit. Serbuk tanah lembung yang terdiri dari magnesium-
alumunium silikat. Digunakan dalam bentuk tablet atau suspensi.
Aman untuk wanita hamil karena tidak diabsorpsi. Efek samping:
sembelit. Dosis: 1,2-1,5 setelah tiap kali buang air dengan maksimal
9 g sehari
DAFTAR PUSTAKA
Indijah, Sujati Woro. 2016. Farmakologi. Buku Ajar Cetak Farmasi,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Wahid,AR, Wardani A K, Astuti R (2018). UJI EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL


DAUN SAWO (MANILKARA ZAPOTA L.) TERHADAP MENCIT JANTAN
DENGAN METODE TRANSIT INTESTINAL. Jurnal Ulul Albab LPPM
UMMAT | ISSN 2621-7716 Vol. 22 No. 2 Agustus 2018, hal. 61-63

Manek S N, Klau M E, Beama C A (2020). UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK


ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI. CHMK
PHARMACEUTICAL SCIENTIFIC JOURNAL VOLUME 3 NOMOR 2,
APRIL 2020

Anda mungkin juga menyukai