TEORI
A. Diare
2. Penyebab Diare
a. Diare akibat virus, misalnya “influenza perut’ dan ‘travelers diarrhoea’ yang
disebabkan antara lain oleh rotavirus (infeksi HIV) dan adenovirus. Virus
melekat pada sel-sel mukosa usus yang menjadi rusak sehingga kapasitas
resorpsi menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare
yang terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan
sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari.
b. Diare bacterial invasive (bersifat menyerbu) agak sering terjadi, tetapi mulai
berkurang berhubung semakin meningkatnya derajat hygiene masyarakat.
Kuman pada keadaan tertentu menjadi invasive dan menyerbu ke dalam
mukosa, di mana terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorbsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala
hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejangkejang. Selain itu,
mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah dan
berlendir. Penyebab terkenal dari pembentuk enterotoksin ialah bakteri E.coli,
Shigella, Salmonella dan Campylobacter. Diare ini bersifat “self limiting”,
artinya akan sembuh dengan sendirinya dalam lebih kurang 5 hari tanpa
pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa baru.
Menurut taksiran 90% dari semua diare wisatawan disebabkan oleh virus dan
kuman E.coli spec (tak ganas).
c. Diare parasite akibat protozoa, seperti Entamoeba histolytica dan Giardia
lamblia, yang terutama terjadi di daerah (sub)tropis. Yang pertama
membentuk toksin pula. Cirinya: mencret cairan yang intermitten dan
bertahan lebih lama dari 1 Minggu.
d. Diare akibat penyakit, misalnya Colitis ulcerosa, p. Crohn, Irritable Bowel
Syndrome (IBS), kanker kolon. Juga akibat gangguan-gangguan, seperti alergi
terhadap makanan /minuman, protein susu sapi dan gluten (coeliakie) serta
intoleransi untuk laktosa karena defisiensi enzim lactase.
e. Akibat obat, yaitu digoksin, kinidin, garam Mg, dan litium, sorbitol,
betablockers perintang ACE, reserpine, sitostatika, dan antibiotic berspektrum
luas (ampisilin, amoksisilin, sefalosporin, klindamisin, tetrasiklin). Semua
obat ini dapat menimbulkan diare tanpa kejang perut dan perdarahan.
Adakalanya juga akibat penyalahgunaan laksansia dan penyinaran dengan
sinar X (radioterapi).
f. Akibat keracunan makanan sering terjadi, disebabkan oleh mengkonsumsi
makanan atau minuman yang tercemar. Bakteri gram negatif yang lazimnya
menyebabkan keracunan makanan dengan toksinnya.
3. Metode
a. Metode Transit Intestinal
Metode transit intestinal dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat
antidiare, laksansia, antispasmodic, metode yang digunakan untuk mengukur
jarak tempat suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus
keseluruhan setelah diberi larutan uji. (Wahid,AR, Wardani A K, Astuti R, 2018)
b. Metode Proteksi
Metode ini biasanya diproteksi dengan oleum ricini, yang bekerja mengurangi
absorbs cairan dan elektrolit serta menstimulus peristaltic usus, sehingga
berkhasiat sebagai lansaksia.berdasarkan kerjanya obat yang memiliki khasiat
antidiare yang mampu mengurangi terjadinya diare, mengrangi bobot fases diare
dan memperbaiki konsistensi feses pada mencit yang dibuat diare.
4. Penggolongan Obat
a. Kemoterapeutika
untuk diare karena kolera, disentri basiler, infeksi campylobacter, infeksi
protozoa, misalnya: antibiotika (amoksisilin, ampisilin, kloramfenikol,
tetrasiklin, metronidazol), sulfonamide (sulfisoksazolum dan trimethoprim),
dan senyawa kinolon (siprofloksasin).
b. Obstipansia
untuk terapi simptomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa
cara, yaitu:
1) Zat-zat penekan peristaltic (spasmolitica) sehingga memberikan waktu
lebih banyak untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contoh:
candu dan alkaloidanya, derivate petidin (loperamida), papaverin, dan
antikolinergik (atropine, ekstrak beladon)
2) Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.
3) Adsorbensia, misalnya karbo adsorbens yang pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun yang dikeluarkan oleh bakteri atau
adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini juga adalah
mucilagines, zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka
lukanya dengan suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pectin (suatu
karbohidrat yang terdapat dalam antara lain buah apel), atapulgit.