Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

“KOMPLEKSOMETRI”

KELOMPOK IX

NAMA ANGGOTA:
DAFFA APRILLIA PUAN MAHARANI (2011012320002)
DARIS AKMAL SYUHADA (2011012310010)
HANINDHIYA AILSHA (2011012220007)
RINIATY KHAIRUNISA (2011012220022)

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BANJARBARU

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini menggunakan metode titrasi kompleksometri dan


menggunakan sampel berupa cuplikan air. Metode titrasi ini menggunakan titran
EDTA dengan indikator EBT yang mana sangat cocok digunakan dalam
menentukan ion logam seperti kalsium dan magnesium. EDTA digunakan sebagai
titran karena EDTA merupakan ligan polidentat yang mampu membentuk ion
kompleks yang stabil. Akhir dari proses titrasi kompleksometri menghasilkan
warna biru yang menandakan titik akhir titrasi, serta volume EDTA yang
digunakan selama titrasi juga sebanding dengan kadar ion logam di dalam sampel
(Syurgana et al., 2017).

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesadahan total, tetap,
dan kesadahan sementara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kadar atau banyaknya kandungan mineral dalam suatu produk dapat


diketahui dengan berbagai macam cara. Salah satu metode yang dapat digunakan
ialah metode kompleksometri. Metode kompleksometri menggunakan prinsip
titrasi, dimana mineral-mineral atau ion-ion logam seperti kalsium atau
magnesium dapat membentuk ion kompleks dengan EDTA. Contoh penggunaan
metode ini adalah pada penentuan kalsium (Ca) dalam suatu cuplikan air (Kusuma
et al., 2017).
Sebagian air tanah berasal dari air hujan yang mencapai permukaan bumi
serta menyerap lapisan tanah dan mengalami proses filtrasi secara ilmiah, baru
kemudian menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan
akan menembus beberapa lapisan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada air dikarenakan air yang
mengandung zat-zat mineral, seperti kalsium, magnesium, dan logam berat seperti
Fe dan Mn. Sifat kesadahan ini dapat ditemukan dalam air yang menjadi sumber
baku air bersih yang berasal dari tanah atau daerah-daerah yang tanahnya
mengandung garam mineral kapur. Air sadah mampu menyebabkan pengendapan
mineral yang dapat menyumbat pipa dan keran. Tingkat kesadahan yang tinggi
dapat mengakibatkan pemborosan pada sabun karena penggunaan sabun akan
menjadi lebih banyak. Hal ini dikarenakan salah satu unsur molekul sabun akan
diikat oleh kalsium atau magnesium (Dewi et al., 2018).
Titrasi kompleksometri adalah jenis titrasi yang didasarkan pada reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk ion
kompleks. Zat pembentuk kompleks yang umum digunakan ialah asam etilena
diamine tetraasetat atau dikenal dengan sebutan EDTA, dimana zat ini akan
membentuk kompleks kuat dengan logam dan memiliki perbandingan 1:1
(Rollando et al., 2019). Titrasi kompleksometri memiliki prinsip pembentukan
senyawa kompleks dengan ion logam harus membentuk ion kompleks yang stabil.
Untuk membentuk kompleks yang stabil dibutuhkan ligan polidentat yang mampu
mencengkram atom logam dengan kuat. Ligan polidentat yang digunakan ialah
EDTA karena memiliki 6 pasang elektron bebas sehingga mampu mencengkram
atom pusat dengan sangat kuat. Namun, EDTA harus dibakukan terlebih dahulu
sebelum digunakan karena EDTA bukan merupakan standar primer. Saat titik
akhir titrasi, volume EDTA yang digunakan selama titrasi akan sebanding dengan
kadar ion logam dalam sampelnya (Syurgana et al., 2017). Selain EDTA yang
digunakan sebagai titran, adapun indikator yang digunakan ialah Eriochrom Black
T (EBT) dan larutan buffer dengan pH 10 yang berguna untuk mengatur pH
larutan agar tetap berada pada angka 10. Hal ini dikarenakan logam-logam alkali
tanah seperti kalsium dan magnesium akan membentuk kompleks yang tidak
stabil jika berada pada pH yang rendah, sehingga diperlukan penambahan larutan
buffer dengan pH 10 (Bustomi et al., 2018).
Salah satu penggunaan titrasi kompleksometri adalah untuk menentukan
kesadahan air dimana kesadahan dapat terjadi akibat adanya ion kalsium (Ca) dan
ion magnesium (Mg). Kesadahan disini merupakan efek yang terjadi apabila air
banyak mengandung mineral dari kation logam bervalensi dua dalam jumlah yang
berlebihan. Ion-ion yang sering menimbulkan kesadahan adalah ion Ca 2+ dan
Mg2+. Kesadahan total terjadi ketika ion Ca2+ dan Mg2+ terdapat di dalam air
secara bersamaan (Labanu et al., 2015).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

a. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Neraca Analitik.
2. Burret.
3. Labu erlenmeyer 250 mL
4. Labu takar 250 mL
5. Kertas saring.
6. Gelas kimia.
7. Pipet 25 mL dan 50 mL
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. ZnCl2
2. Akuades
3. Larutan buffer pH 10
4. Indikator EBT-NaCl
5. Larutan baku 0,01 M EDTA

3.2 Prosedur Kerja

a. Pembakuan Larutan EDTA


0,3- 0,4 g ZnCl2
 Ditimbang dengan teliti.
Akuades
 Dilarutkan dalam labu takar 250mL.
 Diencerkan sampai tanda batas.
 Diambil dengan pipet sebanyak 25 mL, kedalam labu
erlenmeyer 250mL.

2mL larutan buffer PH 10

A
A

 Ditambahkan hingga volume 100mL.

50 mg indikator EBT-NaCl

 Ditambahkan
Larutan baku EDTA 0,1M
 Dititrasi hingga larutan berubah menjadi warna merah ke
biru dengan jelas
 Dilakukan sebanyak duplo atau triplo.
 Dihitung hasil konsentrasi EDTA.

Hasil

b. Penentuan Kesadahan Total

50 mLcuplikan air

 Dipipet dalam erlenmeyer 250 mL

1 mL buffer Ph 10

 Diambil cuplikan sebanyak 10mL menggunakan pipet.

50 mg Campuran EBT-NaCl

 Ditambahkan
 Dikocok dengan baik

50 mg Campuran EBT-NaCl

 Dititrasi hingga warna berubah dari merah ke biru


 Dilakukan sebanyak duplo atau triplo.
 Dihitung kesadahan air dinyatakan dalam ppm kalsium
oksida.
Hasil
c. Penentuan Kesadahan Tetap

250 mLCuplikan Akuades

 Diambil ke dalam gelas kimia dan didihkan selama 30


menit.
 Didinginkan, lalu saring dengan kertas saring.

Kertas Saring

 Disaring dan filtrat ditampung dalam labu takar


250mL tanpa pembilasan kertas saring.

Akuades

 Diencerkan filtrat dengan akuades hingga tanda batas.

Larutan Filtrat

50mL larutan filtrar

 Dipipet

1 mL larutan buffer Ph 10

 Ditambahkan

50 mg campuran EBT-NaCl.

 Ditambahkan

EDTA

 Dititrasi hingga larutan berwarna biru jelas.


 Dilakukan sebanyak duplo atau triplo.
Hasil
d. Penentuan Kesadahan Sementara
Kesadahan sementara diperoleh dari kesadahan total dikurangi kesadahan
tetap.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

Prosedur Percobaan Hasil


I. Penentuan Kesadahan Total
a. Dipipet 50,0 mL cuplikan air, a. -
tambahkan 1 mL buffer pH 10, dan
50 mg campuran EBT-NaCl.
b. Dikocok dengan baik. b. Warna larutan merah muda.
c. Dititrasi dengan larutan baku c. Warna larutan berubah dari
EDTA 0,01 M, sampai warna yang awalnya berwarna merah
berubah. muda menjadi berwarna biru.
d. Dilakukan duplo atau triplo. V EDTA = 17,4 mL
M EDTA = 0,01 mL
II. Penentuan Kesadahan Tetap
a. Diambil sekitar 250 mL cuplikan a. Warna larutan bening.
air ke dalam gelas kimia, didihkan
selama 30 menit, dan dinginkan
larutan ini. Kemudian saring
dengan kertas saring.
b. Ditampung filtrat ke dalam labu b. -
bakar 250 mL tanpa pembilasan
kertas saring. Filtrat diencerkan
dengan akuades hingga tanda batas.
c. Dipipet larutan terakhir sebanyak c. Warna larutan merah muda.
50,0 mL, tambahkan 1 mL buffer
pH 10, dan 50 mg campuran EBT-
NaCl.
d. Dititrasi dengan EDTA 0,01 M d. Warna larutan berubah dari
hingga warna larutan berubah. yang awalnya berwarna merah
e. Dilakukan duplo atau triplo. muda menjadi berwarna biru.
V EDTA = 2 mL
M EDTA = 0,01 M

4.2. Hasil Perhitungan

a. Penentuan kesadahan total


Diketahui: V cuplikan air = 50,0 mL = 0,05 L
V EDTA = 17,4 mL
M EDTA = 0,01 M
Ditanya: Konsentrasi (ppm) kalsium oksida?
Jawab:
Massa CaO = M EDTA . V EDTA . Mr CaO
= 0,01 M . 17,4 mL . 56 gr/mol
= 9,744 mg

ppm CaO =

= 194,88 ppm

b. Penentuan kesadahan tetap


Diketahui: V cuplikan air = 50,0 mL = 0,05 L
V EDTA = 2 mL
M EDTA = 0,01 M
Ditanya: Konsentrasi (ppm) kalsium oksida?
Jawab:
Massa CaO = M EDTA . V EDTA . Mr CaO
= 0,01 M . 2 mL . 56 gr/mol
= 1,12 mg

ppm CaO =
=

= 22,4 ppm

c. Penentuan kesadahan sementara


Kesadahan sementara = Kesadahan total – Kesadahan tetap
= 194,88 ppm – 22,4 ppm
= 172,4 ppm

4.3 Pembahasan

Kompleksometri adalah jenis tirasi yang titran (larutan pentitrasi) dan


(larutan yang dititrasi) saling mengkompleks, membentuk hasil berupa senyawa
kompleks (Falabiba, 2019). Prinsip percobaan kompleksometri adalah penentuan
kesadahan total, tetap dan kesadahan sementara dengan titrasi menggunakan
EDTA. Titrasi kompleksometri adalah salah satu jenis titrasi yang didasarkan
pada reaksi pembentukan senyawa kompleks. Zat pembentuk kompleks yang
umum digunakan adalah asam etilena diamina tetraasetat (EDTA) yang akan
membentuk kompleks kuat dengan perbandingan 1:1 dengan logam (Rollando et
al., 2020).
Percobaan ini dilakukan beberapa perlakuan, mula-mula pembakuan larutan
EDTA untuk mengetahui konsentrasi bakunya larutan tersebut. Pembakuan ini
pada awalnya dengan mengambil ZnCl2 lalu timbang dengan teliti sebanyak 0,3–
0,4 g menggunakan neraca analitik sebagai alat timbangnya dan larutkan dalam
air kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, labu takar digunakan
untuk mengencerkan zat dan dimasukkan air sampai tanda batas. Larutan
kemudian diambil menggunakan pipet sebanyak 25,0 mL dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL, fungsi pipet agar pengambilan larutannya akurat dan
erlenmeyer untuk menyimpan larutan. Ditambahkan 2 mL larutan buffer pH 10
dan air hingga volume 100 mL, penambahan larutan buffer pH 10 untuk
mencegah perubahan pH air. Selanjutnya ditambahkan 50 mg indikator EBT-
NaCL, penambahan ini dilakukan sebagai indikator agar mengetahui titik akhir
titrasi. Kemudian, dititrasi dengan larutan baku 0,01 M EDTA sampai warna
larutan berubah dari merah ke biru dengan sangat jelas agar bisa mengetahui
konsentrasi EDTA. Penentuan kesadahan tetap diambil air sekitar 250 mL
cuplikan air ke dalam gelas kimia dan dididihkan selama 30 menit, hal ini
berfungsi untuk melihat kelarutan dan endapannya. Didinginkan larutan dan
disaring menggunakan kertas saring, filtrat ditampung ke dalam labu takar 250
mL tanpa pembilasan kertas saring. Selanjutnya, prosedur dilakukan sama seperti
prosedur yang lain dari diencerkan sampai di titrasi.
Data percobaan pembakuan larutan EDTA penentuan kesadahan total
didapatkan konsentrasi (ppm) kalsium oksida sebesar 194,88 ppm, pada
penentuan kesadahan tetap didapatkan konsentrasi (ppm) kalsium oksida sebesar
22,4 ppm, dan pada penentuan kesadahan sementara didapatkan konsentrasi (ppm)
kalsium oksida sebesar 172,4 ppm. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Ca2+ + EBT  Ca2+-EBT (merah)
Ca2+-EBT + EDTA-4  Ca(EDTA)2- + EBT (biru)
Mg2+ + EBT  Mg2+-EBT (merah)
Mg2+-EBT + EDTA-4  Mg(EDTA)2- + EBT (biru)
Standarisasi EDTA dan penentuan kesadahan total sampel air, dilakukan
penambahan larutan buffer pH 10 untuk menjaga keseimbangan pH sehingga
dapat menghindari terjadinya pengendapan pada pH rendah, sebab logam-logam
alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak
stabil dengan EDTA pada pH rendah dan mudah mengendap. Titrasi dilakukan
dalam suasana basa karena pH larutan mempengaruhi kurva titrasi, harga derajat
EDTA akan bergantung pada pH larutan, semakin besar harga pH semakin besar
konsentrasi dalam larutan (Falabiba, 2019). Reaksi antara indikator EBT dan
EDTA itu berlangsung sempurna dan stabil dalam keadaan basa di rentang pH 8-
10.
Berdasarkan Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar
kesadahan air, kualitas air minum yaitu maksimum 500 mg/l. Air yang melebihi
nilai ambang batas tersebut dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan.
Parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur
Ca2+ dan Mg2+ dalam air yang keberadaannya biasa disebut dengan kesadahan air.
Kesadahan yang tinggi menyebabkan kerak pada dinding peralatan rumah tangga.
Dalam pemakaian yang cukup lama, kesadahan dapat menimbulkan gangguan
ginjal akibat terakumulasinya endapan CaCO3 dan MgCO3 (Qonita et al., 2019).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:
1. Konsetrasi (ppm) kalsium oksida diperoleh sebesar 194,88 ppm dalam
penentuan keasadahan total
2. Konsentrasi (ppm) kalsium oksida diperoleh sebesar 22,4 ppm dalam
penentuan kesadahan tetap
3. Konsentrasi (ppm) kalsium oksida diperoleh sebesar 172,4 ppm dalam
penentuan kesadahan sementara.
DAFTAR PUSTAKA

Bustomi, A. Y. Sylvia, D., & Rusdiana, N. 2018. Analisis Sifat Fisika, pH, dan
Kesadahan Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU) di Kecamatan Sepatan Timur. Jurnal Farmagazine. 5(3): 36–
41.
Dewi, R. S., Kusuma, M. I., & Kurniawati, E. 2018. Pengaruh Lama Kontak
Arang Kayu Terhadap Penurunan Kadar Kesadahan Air Sumur Gali Di
Paal Merah II kota Jambi. Riset Informasi Kesehatan. 7(1): 46–54.
Kusuma, T. S., Kurniawati, A. D., Rahmi, Y., Rusdan, I. H., & Widyanto, R. M.
2017. Pengawasan Mutu Makanan. Universitas Brawijaya Press, Malang.
Labanu, R. S. Iqbal, H., & Farhamsa, D. 2015. Proyeksi Pemetaan Sebaran
Kesadahan Air Tanah di Kota Palu Berbasis Web Menggunakan Aplikasi
Google Maps API. Gravitasi. 14(1): 60–67.
Ninla Elmawati Falabiba. 2019. Analisis Titrimetri dan Gravimetri.
Qonita, H. N. Izah, M., Harahap, N. A. H., & Pakpahan, I. S. 2019. Pengurangan
Kesadahan Ca dan Mg Dengan Karbon Aktif dan Pengaruhnya Terhadap
Kelayakan Konsumsi pada Air Tanah di Dusun Sambirejo, Kelurahan
Talak Broto, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali. In Prosiding Seminar
Nasional Kebumian. 1(1): 808–814.
Rollando, R., Duhu, A. E., & Sitepu, R. 2020. Perbandingan Validasi Metode
Kompleksometri dan Spektofotometri UV-VIS Derivatif Tablet Kalsium
Laktat. In Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya
(SNKP). 1(1): 45-59
Syurgana, M. U., Febrina, L., & Ramadhan, A. M. 2017. Formulasi Pasta Gigi
Dari Limbah Cangkang Telur Bebek. In Proceeding of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences. 6(1): 127–140.

Anda mungkin juga menyukai