Anda di halaman 1dari 10

A.

Tujuan Percobaan
Menentukan kesadahan total air sungai dengan metode kompleksometri.
B. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu analisis kesadahan air menggunakan metode kompleksometri
dimana larutan ion Ca2+ dititrasi dengan larutan EDTA dengan indikator Erichrome Black-T,
Pertama tama EDTA bereaksi dengan ion Ca 2+ Penitaran dilakukan sampai terjadi perubahan
warna pada larutan yaitu dari merah anggur menjadi biru (Asnawi, 2020).
C. Metode Kerja
C.1. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL (3 buah)
2. Erlenmeyer 500 mL (1 buah)
3. Pipet volume 25 ml (1 buah)
4. Pipet volume 10 mL (1 buah)
5. Pipet skala 1 mL (I buah)
6. Bulb penghisap (3 buah)
7. Pipet tetes (3 buah)
8. Corong (2 buah)
9. Gelas kimia 1000 mL (1 buah)
10.Gelas kimia 500 mL (1 buah)
11.Gelas kimia 100 mL (3 buah)
12.Gelas ukur 250 mL (1 buah)
13.Buret 50 mL (3 buah)
14.Statif dan klem (3 pasang)
15.Neraca analitik (1 set)
16.Spatula (2 buah)
17.Batang pengaduk (2 buah)
C.2. Bahan
1. Sampel air
2. Indikator Eriochrome Black T (EBT)
3. Larutan Na2EDTA 0,01 M
4. Larutan Kalsium Karbonat (CaCO3) 0,01 M
5. Asam Klorida (HCl) pekat
6. Asam Korida (HCl) 1:1
7. Amoniak (NH3) pekat
8. Aquades
9. Kertas pH Universal

1
C.3. Prosedur kerja
C.3.1 Pembuatan larutan baku CaCO3

1,0 gr CaCO3 anhidrat

- Ditimbang 1 gram CaCO3 0,01 M, dimasukan


- Dilarutkan dengan sedikit asam klorida (HCl) 1 : 1, tambah dengan 200 mL
air suling
- Dididihkan beberapa menit, untuk menghilangkan CO2, lalu dinginkan
- Setelah dingin, tambahkan beberapa tetes indikator metil merah
- Ditambahkan NH4OH pekat sampai terbentuk warna orange
- Pindahkan secara kuantitaif ke dalam labu ukur 1000 mL, kemudian tepatkan
sampai tanda batas

Larutan baku CaCO3

C.3.2 Pembuatan indicator EBT

Larutan CaCO3 0,01 M

- Ditimbang 200 mg EBT dan 100 mg kristal NaCl, kemudian dicampur


- Digerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai
dengan 50 mesh
- Disimpan dalam botol yang tertutup rapat

Indikator EBT

C.3.3 Standarisasi larutan EDTA dengan CaCO3

Larutan CaCO3 0,01 M

 Diambil sebanyak 10 mL menggunakan pipet volume dan dimasukkan ke


dalam erlenmeyer 250 mL.
 Ditambakan 40 mL aquades dan 1 mL larutan buffer pH 10 ± 1.
 Ditambahkan indikator EBT sebanyak 3 mg atau 0,003 gram.
 Dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M hingga terjadi perubahan
warna dari merah keunguan menjadi biru.
 Dicatat volume Na2EDTA yang digunakan
 Dilakukan secara duplo
 Dihitung konsentrasi larutan Na2EDTA menggunakan rumus
pengenceran
2
Larutan Na2EDTA 0,00985 M
C.3.4 Pengujian kesadahan total

Sampel air

Diambil sebanyak 30 mL dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.


Ditambahkan HCl pekat hingga pH-nya menjadi ± 3, kemudian dihomogenkan.
Diambil larutan tersebut sebanyak 25 mL dan diencerkankan hingga 50 mL dalam gelas
kimia 100 mL.
Ditambahkan larutan buffer pH 10 ± 1 sebanyak 1 mL.
Diambil sebanyak 3 mg atau 0,003 gram indikator EBT ditambahkan, kemudian
dihomogenkan.
Dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,00985 M hingga titik ekivalen (terjadi perubahan
warna dari merah terang menjadi biru).
Diulangi secra duplo.
Dihitung kadar kesadahan total menggunakan rumus.

Hasil

D. Hasil dan Pembahasan


D.1. Hasil
D.1.1. Data pengamatan

Prosedur Hasil Pengamatan


Sampel + HCl pekat hingga pH 3 Bening (pH = 3)
Larutan diencerkan Volume bertambah dan larutan bening
Ditambahkan buffer pH 10 Tidak terjadi perubahan
Terjadi perubahan warna
Ditambahkan indikator EBT
bening → merah keunguan
Terjadi perubahan warna
Dititrasi dengan Na2EDTA 0,01 M
merah keunguan → biru
V1 = 7,4 mL
V Na2EDTA V2 = 7,7 mL
Vrata-rata = 7,5 mL
M Na2EDTA 0,013 M
Kadar kesadahan total 325 mg/L

3
D.1.2 Analisis Data
A. Pembuatan 500 mL larutan EDTA 0,01 M
Massa (gr) =
Massa (gr) = Mr × Volume (L) × M
gr 1000
0,01 M =
Mr
× V

gr 1000
0,01 M = ×
372,24 500
3,7224 = 2 gr
1,8612 = gr
B. Molaritas standarisasi EDTA
VEDTA × NEDTA = VNa2CO3 × NNa2CO3
V Na 2CO 3× N Na 2CO 3
NEDTA =
V EDTA
10× 0,02
=
15
= 0,013 N
NNa2CO3 = N × Valensi
= 0,01 × 2
= 0,02
C. Perhitungan kesadahan total

Ke sada han total =( mL EDTA


mL Sampel
x M EDTA x 1000 ) x FP x 50

Kesadahan total = ( x 0,013 M x 1000 ) x 2 × 50


7 ,5 mL
30 mL

Kesadahan total = ( 3,25 M ) x 2 x 50

mg
Kesadahan total=325
L
D.2 Pembahasan
Kesadahan air disebabkan pada umumnya oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ adapun juga ion-ion lain
seperti Mn2+, Fe2+, dan semua kation bermuatan dua. Air dengan kesadahan tinggi terdapat pada air
tanah di daerah yang bersifat kapur. Kesadahan total adalah jumlah ion-ion Ca 2+ dan Mg2+ yang dapat

4
ditentukan melalui titrasi dengan EDTA yang lebih sering dikenal dengan Kompleksometri (Alaerts
& Santika, 1984).
Kesadahan merupakan salah satu parameter kimia tentang kualitas air bersih, dimana tingkat
kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh jumlah Kalsium (Ca 2+) dan Magnesium (Mg2+). Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal kesadahan yang
diizinkan untuk air minum dan air bersih adalah 500 mg/liter (Rosvita, 2019). Air sadah disebut juga
sebagai air keras yang mengandung kadar mineral yang tinggi. Mineral tersebut berupa kalsium dan
magnesium (Handayani, 2018) Tingginya tingkat kesadahan air tanah menyebabkan jumlah busa yang
dihasilkan oleh deterjen saat mencuci berkurang. Air sadah juga dapat menyebabkan korosi pada
perabot rumah tangga (Kumari, 2016).
Metode pengujian yang digunakan adalah metode kompleksometri yang prinsipnya berdasarkan
pembentukan senyawa kompleks yang larut anatara ion logam dengan zat pembentuk kompleks yaitu
terbentuknya Ca dengan EDTA (Rosvita, 2019). Penggunaan titrasi kompleksometri karena ion logam
Ca2+ dan Mg2+ dapat membentuk kompleks dengan ligan atau senyawa pengompleks seperti EDTA.
Titik akhir titrasi ditandai oleh larutan yang berubah warna menjadi biru saat EDTA mengikat seluruh
ion Ca2+ dan Mg2+.
Larutan Na2EDTA 0,01 M harus distandardisasi terlebih dahulu sebelum digunakan karena
merupakan larutan standar sekunder yang belum diketahui konsentrasinya secara tepat. Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil standardisasi larutan Na 2EDTA sebesar 0,013 M.
Adapun reaksi yang terjadi pada proses ini yaitu:
Na2EDTA (aq) + CaCO3 (aq) → Na2CO3 (aq) + CaEDTA
Titrasi dilakukan setelah penambahan larutan buffer pH 10 dan indikator Eriochrome Black T
(EBT) saat larutan dalam suasana basa. Penambahan indikator EBT ke dalam larutan yang
mengandung ion Ca dan Mg, maka akan terbentuk warna merah anggur, dimana EBT ini berfungsi
untuk mempermudah mengetahui titik akhir titrasi, sedangkan penambahan buffer pH 10 berfungsi
untuk menjaga pH agar tetap dalam suasana basa. Garam dinatrium etilen diamin (EDTA) berfungsi
sebagai pengompleks yang akan membentuk senyawa kompleks kelat yang larut saat bereaksi dengan
kation logam tertentu. Titik akhir titrasi tercapai bila seluruh ion Ca dan Mg sudah terikat oleh EDTA
dan larutan yang berwarna merah anggur berubah menjadi warna biru sebagai titik akhir titrasi. Hal ini
sesuai dengan reaksi (Khopkar, 2002) :
Ca2+ + EBT → Ca2+-EBT (merah)
Ca2+-EBT → Ca2+-EDTA + EBT (biru)
CaIn-(merah) + H2Y2- → CaY2-(tak berwarna) + HIn2-(biru) + H+
Mg2+ + H2Y2- ↔ MgY2- + 2H+

5
Ca2+ + H2Y2- ↔ CaY2- + HIn- + H+
MgIn- + H2Y2- ↔ MgY2- + HIn-(biru) + H+
Percobaan ini diawali dengan standarisasi EDTA dengan cara titrasi. Larutan Na 2EDTA 0,01 M
harus distandarisasi sebelum digunakan karena merupakan larutan standar sekunder yang belum
diketahui konsentrasinya secara tepat. Titrasi ini dilakukan secara duplo dan didapatkan konsentrasi
EDTA sebesar 0,013 M. Sampel yang telah diencerkan ditambahkan HCl pekat hingga pH nya 3, lalu
ditambahkan amoniak pekat dan larutan buffer pH 10 yang bertujuan untuk menjaga larutan dalam
suasana basa. Sampel kemudian ditambahkan indikator EBT yang berfungsi untuk mempermudah
mengetahui titik akhir titrasi. Ketika ditambahkan indikator EBT sampel berubah warna menjadi merah
keunguan dengan reaksi
Ca2+ + EBT → Ca2+-EBT (ungu)
Sampel kemudian dititrasi dengan EDTA, EDTA ini akan mengikat ion Ca 2+ dan Mg2+
sehingga berikatan dan membentuk senyawa kompleks. Titrasi ini mengubah warna sampel yang
warna awalnya merah keunguan menjadi biru tua yang menandakan titik akhir titrasi (Badan
Standarisasi Nasional, 2004). Adapun reaksi yang terjadi adalah:
Ca2+-EBT → Ca2+-EDTA + EBT (biru)
Perubahan semakin jelas pada pH yang tinggi namun pH tinggi dapat menyebabkan ion-ion
kesadahan hilang dari larutan, karena terjadi pengendapan Mg(OH) 2 dan CaCO3. Pada pH > 9, CaCO3
sudah mulai terbentuk sehingga titrasi harus selesai dalam waktu 5 menit. Pembentukan Mg(OH) 2
pada sampel air alam belum terjadi pada pH 10 (Asnawi, 2020).
Na2EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk
senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan
berubah warna dari merah keunguan menjadi biru (Badan Standardisasi Nasional, 2004).
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada pengujian kesadahan tidak didapatkan hasil akhir, hal
ini disebabkan oleh penambahan indikator EBT yang berlebihan sehingga titran Na2EDTA tidak
membentuk reaksi kompleks yang menyebabkan indikator EBT tidak terlepas.
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan
Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Standar Baku Mutu untuk
Kesadahan adalah sebagai berikut.
Pada saat titrasi diperoleh data volume EDTA yang digunakan hingga mencapai titik akhir titrasi
untuk yang titrasi pertama adalah 7,4 ml dan untuk titrasi kedua adalah 7,7 ml dengan volume ratarata
7,5 mL. Berdasarkan tabel hasil pengamatan diperoleh kadar kesadahan total air baku sebesar 325
mg/L. Kadar kesadahan yang diperoleh tersebut memenuhi standar parameter kesadahan untuk

6
persyaratan Higiene Sanitasi menurut PERMENKES Nomor 32/MENKES/PER/VI/2017 yaitu sebesar
< 500 mg/L.

E. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh nilai kesadahan total sampel air limbah
sebesar 325 mg/L.

7
DAFTAR PUSTAKA

Asnawi, Isran dan Ika Fitriani Juli Palupi. Modul Praktek Pengolahan Limbah. Politeknik Industri
Logam Morowali. Morowali. 2020

Badan Standardisasi Nasional. SNI 06-6989.12-2004. Air dan Air Limbah : Cara uji kesadahan total
kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dengan metode titrimetri. Jakarta. 2004

Handayani, Ivo Risti, Nurlina dan Titin Anita Zaharah. Penurunan Ion Ca(II) dan Mg(II) Penyebab
Kesadahan oleh Komposit Kitosan – Zeolit Pelet dan Beads. Jurnal Kimia Khatulistiwa Vol. 7
No. 3: 67. 2018

Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


32/MENKES/PER/VI/2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,
dan Pemandian Umum. Jakarta. 2017

Khopkar, S.M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 2002

Kumari, B. K. A Study on The Estimation of Hardness In Ground Water Samples Byedta Tritrimetric
Method. IOSR Journal of Applied Chemistry, 9(10): 26–28. 2016

Rosvita, Vivin, Zaenal Fanani dan Iqbal Amaluddin Pambudi. Analisa Kesadahan Total (CaCO3)
Secara Kompleksometri dalam Air Sumur di Desa Clering Kabupaten Jepara. Indonesia Jurnal
Farmasi Vol. 4 No.1; 19-20. 2019

8
Dokumentasi

9
10

Anda mungkin juga menyukai