Anda di halaman 1dari 17

Titasi

Kompleksometri
Atryana Ainun Cordia – 10718003
Amalia Akhsani – 10718012
Tantri Yohana Tamba – 10718017
Tasya Bakta Munna – 10718035
Atik Pereztia – 10718063
Fajria Salma – 10718091
Kelompok R-8
Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar dan galat kalsium glukonat
dalam sampel menggunakan peniter dinatrum
edetat
2. Menentukan kadar dan galat magnesium dalam
sampel menggunakan peniter dinatrium edetat
3. Menentukan normalitas Na2EDTA setelah
dibakukan

2

Titrasi kompleksometri adalah
titrasi berdasarkan pembentukan
senyawa kompleks hasil reaksi
antara analit dan titran.
Prinsip titrasi kompleksometri
berdasarkan reaksi asam basa
Lewis yang reaksinya membentuk
kompleks dengan ligan sebagai
basa yang memberikan sepasang
elektron kepada kation yang
merupakan asam.

3
Pembakuan Dinatrium Edetat

Dimasukkan ke Gelas kimia


dalam gelas kimia Gelas kimia digoyang-goyang
20 mg kalsium 50 ml, kemudian ditutup dengan supaya kalsium
karbonat larut.
karbonat P ditambahkan 1ml kaca arloji,
Kemudian dinding
ditimbang air, digoyang ditambahkan 0,2 gelas kimia, pipet
hingga terbentuk ml HCl encer P tetes, dan kaca arloji
bubur dicuci

Dititrasi dengan Larutan diaduk,


dinatrium Ditambahkan lalu ditambahkan
1,5 ml NaOh LP 3 ml larutan Diencerkan
etilendiamintetra
asetat hingga dan 30 mg dinatrium dengan air
indikator biru etilendiamintetra hingga 10 ml
berubah warna
hidroksinaftol P. asetat melalui
menjadi biru. buret.

Sumber : Farmakope Indonesia V hal. 1754

4
Penentuan Kadar Kalsium Glukonat

Sampel Diambil aliquot Ditambahkan 1 Dititrasi dengan


dilarutkan dalam 10 ml, penambahan
ml NaOH 1 N
50 ml, kemudian ditambahkan 1 dinatrium edetat
dan 20 mg
ditambahkan ml dinatrium 0,05 M hingga
edetat 0,05 M indikator berubah warna
beberapa tetes
HCl 3 N melalui buret hidroksinaftol menjadi biru

Sumber : Farmakope Indonesia V hal. 601

5
Penentuan Kadar Magnesium

Ditambahkan 5 Dititrasi dengan


Sampel ml air, 1 ml dinatrium edetat
dilarutkan Diambil larutan dapar 0,05 M hingga
dalam 25 ml aliquot 5 ml amonia pH 10, terjadi perubahan
dan indikator EBT warna menjadi
air 1% dalam NaCl biru

Sumber : Farmakope Indonesia V hal. 803

6
Pembakuan Dinatrium Edetat (Na2EDTA)
Volume Titrasi 1 3,6 ml
Volume Titrasi 2 3,8 ml
Volume rata-rata 3,7 ml
Volume blanko 0 ml

𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3
N=
100,09 𝑥 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐸𝐷𝑇𝐴 (𝑚𝑙)
20 𝑚𝑔
N=
100,09 𝑥 3,7 𝑚𝑙

N = 0,054 N

7
Penentuan Kadar Kalsium Glukonat

Volume Na2EDTA untuk titrasi


Volume Titrasi 1 1,3 ml 0,05 mmol Na2EDTA ~ 21,52 mg Ca-glukonat
0,0648 mmol Na2EDTA ~ 27,89 mg Ca-glukonat
Volume Titrasi 2 1,1 ml
Faktor Pengenceran = 5
Volume rata-rata 1,2 ml
Sehingga massa Ca-glukonat dalam sampel
Volume blanko 0 ml
= 27,89 mg x 5 = 139,45 mg

mol Na2EDTA = mol Ca-glukonat


= [Na2EDTA] x volume Na2EDTA % Galat =
188;139,45
𝑥100%= 25,82%
188
= 0,054 N x 1,2 ml
= 0,0648 mmol

8
Penentuan Kadar Magnesium

Volume Na2EDTA untuk titrasi


Volume Titrasi 1 4,7 ml 0,05 mmol Na2EDTA ~ 12,32 mg Magnesium
0,243 mmol Na2EDTA ~ 59,8752 mg Magnesium
Volume Titrasi 2 4,3 ml
Faktor Pengenceran = 5
Volume rata-rata 4,5 ml
Sehingga massa Ca-glukonat dalam sampel
Volume blanko 0 ml
= 59,8752 mg x 5 = 299,376 mg

mol Na2EDTA = mol Magnesium


= [Na2EDTA] x volume Na2EDTA % Galat =
311,6;299,376
𝑥100%= 3,92%
311,6
= 0,054 N x 4,5 ml
= 0,243 mmol

9
Pembahasan

Pembahasan Prosedur

⦁ Pembakuan peniter perlu dilakukan untuk mengetahui


konsentrasi sesungguhnya menggunakan larutan baku yang
sudah diketahui konsentrasinya.
⦁ Titrasi blanko dilakukan untuk memastikan apakah peniter
bereaksi dengan pelarut atau tidak, serta untuk menentukan
jumlah pasti peniter yang bereaksi hanya dengan sampel.
⦁ Aliquot merupakan porsi ukur sampel yang diambil untuk
dianalisa.

10
Pembahasan

Pembakuan Na2EDTA
⦁ Dinatrium edetat merupakan larutan baku yang belum diketahui
konsentrasinya secara pasti sehingga perlu dibakukan terlebih dahulu
menggunakan larutan baku yang konsentrasinya telah diketahui.
Pada pembakuan ini digunakan larutan baku kalsium karbonat untuk
pembakuan Na2EDTA.
⦁ Kalsium karbonat dilarutkan dalam air dan HCl. Gelas kimia ditutup
menggunakan kaca arloji supaya tidak menguap.
⦁ Selanjutnya ditambahkan NaOH untuk menciptakan suasana basa
dan hidroksinaftol P sebagai indikator. Indikator hidroksinaftol
memiliki trayek pH 12-13 dengan perubahan warna merah hingga
lembayung apabila berikatan dengan Ca2+ dan akan berwarna biru
apabila berikatan dengan dinatrium edetat.

11
Pembahasan

Kalsium Glukonat

⦁ Penetapan kadar kalsium glukonat diawal dengan melarutkan


sampel dalam air, kemudian ditambahkan HCl untuk membantu
melarutkan senyawa logam.
⦁ Selanjutnya dilakukan penambahan NaOH untuk untuk
menciptakan kondisi basa dan hidroksinaftol sebagai indikator.
Indikator hidroksinaftol memiliki trayek pH 12-13 dengan
perubahan warna merah hingga lembayung apabila berikatan
dengan Ca2+ dan akan berwarna biru apabila berikatan dengan
dinatrium edetat.
Ca 2  HIn   CaIn 2  H 
CaIn   H 2Y 2  CaY 2  HIn 2  H 

12
Pembahasan

Magnesium

⦁ Penetapan kadar magnesium diawali dengan melarutkan sampel


dalam air. Kemudian ditambahkan larutan dapar amonia dengan
pH 10 untuk mempertahankan pH karena warna dari kompleks
logam-indikator dipengaruhi oleh pH larutan.
⦁ Selanjutnya ditambahkan indikator EBT (Eriochrome Black T)
dengan trayek pH 8-10,3 dengan perubahan warna dari merah
menjadi biru. Ketika membentuk ikatan kompleks dengan logam,
EBT-logam akan berwarna merah, dan dalam bentuk bebas EBT
akan berwarna biru.
𝑀𝑔2: + 𝐻𝐼𝑛2; −→ 𝑀𝑔𝐼𝑛; + 𝐻 :
𝑀𝑔𝐼𝑛; + 𝐻2 𝑌 2; −→ 𝑀𝑔𝑌 2; + 𝐻𝐼𝑛2; + 𝐻 :

13
Kendala

⦁ Adanya kesulitan dalam menentukan Titik Akhir Titrasi dengan


tepat, sehingga ada kemungkinan terlewat dan menyebabkan
adanya galat.
⦁ Kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengukuran atau
pengamatan

14
Kesimpulan

1. Kadar kalsium glukonat dalam sampel adalah 139,45 mg


dengan galat sebesar 25,82%.
2. Kadar magnesium dalam sampel menggunakan peniter
dinatrium edetat adalah 299,376 mg dengan galat sebesar
3,92%
3. Normalitas Na2EDTA setelah dibakukan adalah 0,054 N

15
Daftar Pustaka

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar KimiaAnalitik. Jakarta: Erlangga


(hal. 142-147).
Spada-Indonesia. 2020. Analisis Volumetri Kompleksometri. Jakarta:
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia.
Underwood, R. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

16
Terimakasih

17

Anda mungkin juga menyukai