Anda di halaman 1dari 11

Nama Lengkap Nilai Total:

Mahasiswa Sabitha Angelina Putri

NRP Mahasiswa 5014221010

Kelas / Kelompok A/2

Nama Asisten
Laboratorium Adita Ayu Anggraini

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 4
ANALISIS KESADAHAN TOTAL (KALSIUM DAN
MAGNESIUM)
BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Tujuan

Praktikum ini berjudul “Analisis Kesadahan Total (Kalsium dan Magnesium)”, bertujuan untuk
menentukan besarnya kesadahan total yang terdapat dalam air.

1.2 Prinsip

Prinsip praktikum “Analisis Kesadahan Total (Kalsium dan Magnesium)” ini adalah kesadahan dalam air
terutama disebabkan oleh ion-ion Ca+2 dan Mg+2 dan semua kation yang bermuatan dua. Kalsium dan
magnesium dalam air dapat membentuk senyawa komplek dengan Etilen Diamine Tetra Asetat (EDTA)
pada suatu pH tertentu. Untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam yaitu indikator EBT
(Eriochrom Black T) atau Calcon.

1.3 Dasar Teori

Air sadah adalah istilah lain untuk menyebut air keras. Istilah ini merujuk kepada air yang mengandung
tingkat konsentrasi tinggi ion kalsium (𝐶𝑎 2+) dan magnesium (𝑀𝑔2+ ), yang dapat menyebabkan berbagai
masalah terkait ketika digunakan, terutama pada sistem perpipaan dan peralatan rumah tangga. Kekerasan
air juga dapat disebabkan oleh kandungan logam-logam lain seperti aluminium, barium, stronsium, besi,
seng, dan mangan. Kehadiran ion-ion ini dapat memberikan karakteristik air yang bersifat "keras" dan dapat
mempengaruhi kinerja berbagai perangkat dan sistem yang menggunakan air (Sengupta,2014) .
Kesadahan air adalah faktor yang mempengaruhi kualitas dan kegunaan air secara signifikan. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kandungan garam mineral seperti 𝐶𝑎(𝐻𝐶𝑂3 )2 dan 𝑀𝑔(𝐻𝐶𝑂3 )2 . Air yang
bersifat keras ini berperan penting dalam menyuplai kalsium dan magnesium yang dibutuhkan oleh
berbagai makhluk hidup, terutama manusia, untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh mereka. Meskipun
begitu, perlu diingat bahwa air keras juga memiliki dampak negatif pada kebersihan lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, penting untuk memahami pengaruh dari kesadahan air dan mengambil langkah-langkah
untuk mengatasi potensi masalah yang mungkin timbul akibat sifat air yang keras ini (Kilo, 2018).
Air sadah dipahami sebagai ukuran kapasitas air untuk mengendapkan sabun. Air sadah
menyebabkan pengendapan mineral untuk membentuk endapan yang disebut kerak kapur. Kerak dapat
menyumbat pipa dan dapat mengurangi umur unit pembilas toilet, serta mengurangi efisiensi deterjen dan
efisiensi termal dari pendingin udara. Di industri, air sadah berkontribusi pada pengendapan dalam boiler,
menara pendingin, dan peralatan industri lainnya, dan kesadahan air terus dipantau untuk menghindari
kerusakan yang mahal. Selain itu, ion-ion ini bersama dengan ion-ion alkali, adalah faktor terpenting dalam
penyakit kardiovaskular dan berpotensi mempengaruhi kesehatan manusia maupun hewan
(Majunatha, et al. 2014)

Kesadahan air terbagi menjadi dua jenis, yaitu kesadahan sementara dan kesadahan tetap.
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat,
seperti Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini dapat dihilangkan dengan pemanasan
(pendidihan), sehingga terbentuk endapan CaCO3 atau MgCO3. Reaksi yang terjadi adalah:

Ca(HCO3)2 + 2HCl → CaCl2 + H2O + 2CO2


Mg(HCO3)2 + 2HCl → MgCl2 + H2O + 2CO2

Kesadahan total adalah jumlah konsentrasi ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) dalam air
yang dinyatakan dalam satuan mg/L setara CaCO3 (Cindy, 2015) Kesadahan air disebabkan oleh
adanya garam-garam bikarbonat, sulfat, klorida, dan nitrat dari logam bervalensi dua, terutama
kalsium dan magnesium (Claude, 2019) Kesadahan tetap disebabkan oleh adanya garam-garam
klorida, sulfat, dan nitrat, seperti CaCl2, MgSO4, dan Mg(NO3)2. Kesadahan tetap ini tidak dapat
dihilangkan dengan pemanasan, tetapi dapat dihilangkan dengan metode kimia, seperti penambahan
kapur atau soda api. (Rahma, 2017). Salah satu metode analisis kesadahan air yang umum digunakan
adalah metode titrasi kompleksometri dengan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) sebagai titran dan
EBT (Eriochrome Black T) sebagai indikator. Prinsip metode ini adalah pembentukan senyawa
kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks (EDTA) pada kondisi pH tertentu. Titik
akhir titrasi ditunjukkan oleh perubahan warna indikator logam (EBT) yang peka terhadap ion kalsium
dan magnesium (Kurniawan, 2014).

Dalam eksperimen ini, kita akan menerapkan konsep titrasi kompleksometrik yang melibatkan
penggunaan EDTA sebagai titran dan Eriochrom Black T sebagai indikator. Selain itu, kita akan
memanfaatkan interaksi antara ion 𝐶𝑎 2+ dalam air keras dengan senyawa pengikat yang umumnya terdapat
dalam deterjen sehari-hari. Pendekatan ini bertujuan untuk memperkenalkan prinsip dasar tentang reaksi
kompleksasi, yang memiliki signifikansi penting dalam memahami inti dari percobaan titrasi
kompleksometrik. Dengan demikian, eksperimen ini akan memberikan wawasan yang mendalam mengenai
cara mengukur tingkat kesadahan air dengan metode analisis yang tepat (Kakisako dkk.,2016)
EBT sangat sensitif dan selektif terhadap ion kalsium dan magnesium, menambah keunggulan metode
tersebut. Metode tersebut juga dianggap mudah, cepat, dan ekonomis. Namun, perlu diingat bahwa metode
tersebut tidak bebas dari kelemahan. EDTA dapat berinteraksi dengan ion logam selain kalsium dan
magnesium, yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam hasil analisis. Penyesuaian pH larutan sampel
menjadi penting karena EDTA bersifat asam lemah. Selain itu, interferensi dari ion besi(III), mangan(II),
kobalt(II), nikel(II), tembaga(II), seng(II), dan timbal(II) terhadap EBT memerlukan tindakan tambahan
seperti pemisahan atau penambahan zat penjebak sebelum titrasi. Pengamatan yang cermat diperlukan saat
mencapai titik akhir titrasi karena warna merah anggur EBT sulit dibedakan dari warna biru pada titik akhir,
sehingga memerlukan ketelitian ekstra (Kurniawan, 2019).
BAB II

METODOLOGI

2.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum “Kesadahan Total” yaitu
- 1 buah erlenmeyer 100 ml, 1 buah beaker glass 100 ml
- 1 buah gelas ukur 25 ml, 1 buah gelas ukur 50 ml
- 1 buah pipet ukur 5 ml dan 10 ml
- 1 buah bola hisap
- satu set alat titrasi (1 buah buret dan penyangga)
- satu buah pipet tetes.
2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan praktikum “Kesadahan Total” yaitu
- ± 0,5 gram bubuk indikator Eriochrom Black R (Calcon)
- 2 ml larutan buffer pH 10
- 25 ml sampel air yang bersumber dari Danau ITS
- 9,53 ml larutan Complexon III (EDTA) 0,03571 N.

2.3 Diagram Alir


Berikut merupakan skema dari prosedur percobaan Analisis Kesadahan Total (Kalsium dan
Magnesium) yang digambarkan dalam bentuk diagram alir :

25 mL sampel air

• Diukur menggunakan gelas ukur ukuran 50 mL

Satu spatula (0,5gr) indicator Eriochrom Black T

• Diambil menggunakan spatula dan ditambahkan pada Erlenmeyer


• Dituangkan 25 mL larutan sampel yang sebelumnya telah ditakar

2 mL larutan buffer pH 10
• Diambil menggunakan pipet ukur dan dituangkan kepada Erlenmeyer berisi
larutan air sampel, kemudian dihomogenkan

Larutan EDTA 0,03571 N


• Dititrasi menggunakan larutan EDTA 0,03571 N hingga warna ungu berubah
menjadi warna biru yang pertama
• Hasil titrasi dicatat
Hasil percobaan

BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan percobaan analisis Chemical Oxygen Demand (COD) yang dilakukan, diperoleh
hasil pengamatan sebagai berikut.

No Perlakuan Pengamatan Dokumentasi

1. Disiapkan alat dan bahan Alat dan bahan yang akan


yang akan digunakan pada digunakan dalam praktikum
praktikum. disiapkan untuk mendukung
kelancaran kegiatan

2. Penuangan sampel air Air sampel menjadi sedikit keruh


sebanyak 25 ml ke dalam kehijauan dengan sedikit bau amis.
erlenmeyer 100 ml dengan Namun, bulir-bulir sejenis ganggang
menggunakan pipet ukur 10 pada botol tidak ikut terambil karena
ml mengendap.

3. Penambahan satu spatula (± Pengambilan indikator EB tidak


0,5 gram_ indikator diperlukan penimbangan yang
Eriochrom Black T. ke dalam akurat, sehingga hanya perlu, tetapi
erlenmeyer 100 ml yang telah cuku mengambil stengah dari
berisikan air sampel sendok spatula. Setelah
sebanyak 25 ml ditambahkan nampak warna pada
sampel air berubah menjadi sedikit
gelap serta bubuk indikator EB
butuh beberapa waktu untuk larut
hingga tercampur.
4. Penambahan 2 ml larutan larutan buffer pH 10 tampak
buffer pH 10 dengan berwarna bening dan tidak berbau.
menggunakan pipet 10 ml Sedangkan, pada larutan sampel
serta dikocok hingga merata setelah diteteskan, terjadi perubahan
warna pada larutan, yaitu menjadi
warna ungu agak gelap.

5. Larutan sampel dititrasi Terjadi perubahan warna, yaitu


dengan larutan EDTA menjadi warna biru. proses titrasi
0,03571 N dengan dilakukan dengan perhatian yang
menggunakan buret dan tinggi sehingga warna biru yang
penyangga nampak tidak begitu gelap yang
menunjukan warna biru yang
pertama. Volume hasil proses titrasi
diperoleh sebesar 7,8 ml

3.2 Analisis Data Perhitungan


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapati data sebagai berikut :

No. Bahan Kadar


1. mL titrasi EDTA (a) 7,8 ml
2. Normalitas larutan EDTA (N) 0,03571 N
3. Volume sampel 25 ml

Berdasarkan data-data yang telah didapatkan, maka dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan
besar kesadahan total dengan menggunakan rumus seagai berikut :
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙/𝑙𝐶𝑎𝐶𝑂3 ) = × 𝑎 × 𝑁 × 50
𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐷𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 ∶
𝑎 = 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐸𝐷𝑇𝐴
𝑛 = 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠
Dengan menggunakan rumus tersebut dilakukan perhitungan sebagai berikut:
1000
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙/𝑙𝐶𝑎𝐶𝑂3 ) = × 7,8 𝑚𝑙 × 0,03571 × 50
25 𝑚𝑙
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑙/𝑙𝐶𝑎𝐶𝑂3 ) = 557,076/𝑙𝐶𝑎𝐶𝑂3

Dengan perhitungan yang dilakukan, diperoleh nilai Permanganat pada percobaan Analisis nilai kesadahan
total (Kalsium dan Magnesium) yaitu sebesar 557,076 ml/CaCo3.

3.3 Pembahasan
Praktikum ini berjudul “Analisis Kesadahan Total (Kalsium dan Magnesium)” bertujuan untuk
menentukan besarnya kesadahan total yang terdapat dalam air. Dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Oktober
2023 di Laboratorium Teknologi Pengolahan Air Departemen Teknik Lingkungan. Adapun prinsip
praktikum “Analisis Kesadahan Total (Kalsium dan Magnesium)” ini adalah kesadahan dalam air terutama
disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Kalsium dan magnesium
dalam air dapat membentuk senyawa komplek dengan Etilen Diamine Tetra Asetat (EDTA) pada suatu pH
tertentu. Untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam yaitu indikator EBT (Eriochrom
Black T) atau Calcon. Zat-zat tersebut bisa menyebabkan air menghabiskan sabun dengan jumlah yang
tinggi. Air sadah biasanya terdapat di dalam tanah yang berada di daerah yang bersifat kapur.

Peralatan yang disebutkan dalam praktikum ini memiliki fungsi masing-masing. Erlenmeyer 100 ml
digunakan untuk mengaduk larutan dan menghindari tumpahan berkat bentuknya yang cekung. Beaker
glass 100 ml digunakan untuk mengukur volume cairan dengan akurasi yang memadai. Gelas ukur 25 ml
dan 50 ml berperan dalam mengukur volume larutan dengan ketelitian yang lebih tinggi. Pipet ukur 5 ml
dan 10 ml digunakan untuk mengambil volume larutan dengan presisi yang tinggi. Bola hisap digunakan
untuk mengalirkan larutan dari satu wadah ke wadah lainnya tanpa tumpahan. Alat titrasi, terdiri dari buret
dan penyangga, digunakan untuk menentukan jumlah titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen
dalam suatu reaksi titrasi. Pipet tetes, pada gilirannya, memungkinkan penambahan larutan dengan volume
yang sangat kecil dan tepat.
Sementara itu, bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum juga memiliki peran penting. Bubuk
indikator Eriochrom Black R (Calcon) dengan massa sekitar 0,5 gram digunakan untuk menunjukkan
perubahan warna pada saat terjadi perubahan pH dalam reaksi titrasi. Larutan buffer pH 10 sebesar 2 ml
berfungsi untuk menjaga kestabilan pH selama proses titrasi. Sampel air dari Danau ITS sebanyak 25 ml
merupakan bahan yang akan diuji dalam praktikum ini. Larutan Complexon III (EDTA) 0,03571 N
sebanyak 10 ml digunakan sebagai larutan titran dalam proses titrasi.
Prosedur dalam praktikum ini dimulai dengan diambilnya sampel air, dimana kelompok kami
menetapkan danau ITS sebagai lokasi sampel. Sampel air diambil sebanyak 600 ml pada botol yang telah
kelompok kami sediakan. Setelah itu, sampel air dalam botol dituangkan ke dalam erlenmeyer 100 ml
sebanyak 25 ml dengan menggunakan pipet. Hal tersebut dilakukan agar jumlah sampel dapat diambil
dengan akurat. Kemudian, ditambahkan dengan indikator Eriochrom Black R. sebanyak ± 0,5 gram dengan
menggunakan setengah bagian spatula serta tidak perlu ditimbang secara akurat. Bubuk EB berfungsi
sebagai indikator yang menentukan titik akhir pada proses titrasi nantinya (Mahmood, 2022). Larutan
sampel terlihat mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap, namun membutuhkan waktu beberapa
saat agar bubuk EB dapat larut sepenuhnya. Saat mengambil bubuk EB, tidak perlu melakukan
penimbangan yang akurat, sehingga hanya perlu diukur dengan setengah spatula. Setelah ditambahkan 2
ml larutan buffer pH 10 dengan menggunakan pipet. Digunakan pipet agar penambahan larutan buffer pH
10 dapat dilakukan dengan akurat. Penambahan 2 ml larutan buffer pH 10 berfungsi untuk menstabilkan
kompleks yang akan terjadi antara ligan EDTA dengan kation 𝐶𝑎 2+ serta 𝑀𝑔2+ , yang ada dalam sampel
nantinya (Sobirin, 2016). Setelah itu dititrasi dengan larutan EDTA 0,03571 N sehingga warna berubah
menjadi warna biru pertama dengan menggunakan buret. Perubahan warna disebabkan oleh reaksi berikut :
Gambar 3.1 Reaksi Analisis Kesadahan (Kalsium dan Magnesium)
Sumber : (Astuti dkk., 2016)
Perlu diperhatikan bahwa pada saat proses titrasi, harus dilakukan dengan paerhatian yang tinggi sehingga
proses titrasi dapat dihentikan pada saat muncul warna biru pertama. Titik akhir ditandai dengan terjadi
perubahan warna larutan menjadi biru ,jika terlewat maka akan menyebabkan faktor eror pada perhitungan
nantinya (Rusdi & Zulharmitta , 2013).
Setelah dilakukan titrasi, maka dapat dilakukan analisis perhitungan sehingga didapatkan nilai
kesadahan total air adalah sebesar 557,076 mg/CaCO3. Dengan nilai ini, dapat disimpulkan bahwa sampel
air yang digunakan dalam praktikum ini tidak memenuhi standar baku mutu air minum dan air untuk
keperluan hygiene yang telah ditetapkan oleh pemerintah, di mana kadar kesadahan total melebihi 500
mg/L. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam PERMENKES RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 yang mengatur persyaratan kualitas air bersih, termasuk kadar maksimum
kesadahan, dan Peraturan Menteri Kesehatan Replubik Indonesia Nomor 32 Tahun 2007 mengenai Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene.
Adapun beberapa faktor eror yang terdapat dalam praktikum ini, yaitu pengambilan sampel yang belum
memenuhi kaidah teknik sampling yang baik, dimana praktikan mengambil dari samping danau yang
mengandung banyak sedimen. Setelah itu, faktor eror juga terdapat pada pengambilan bubuk indikator EBT
yang tidak menggunakan penimbangan akurat, dimana hanya menggunakan perkiraan takaran dengan
setengah spatula, sehingga dapat berpengaruh terhadap perhitungan volume titrasi nantinya. Selain itu,
beberapa praktikan tidak dapat membaca alat ukur dengan baik terutama pada pipet 10 ml yang memiliki
batas berbeda-beda, sehingga terjadi beberapa kali pengulangan karena melewati batas pada peminadahan
sampel air.
Standar baku mutu air seperti yang dijelaskan penting untuk memastikan bahwa air yang digunakan
aman untuk konsumsi manusia. Kadar kesadahan air yang rendah memainkan peran kunci dalam
memastikan kualitas air minum dan air untuk sanitasi yang baik dan mencegah kerusakan pada peralatan
rumah tangga dan infrastruktur air. Dengan demikian, perhitungan kesadahan total seperti yang telah
dilakukan dalam praktikum ini sangat penting untuk memastikan kualitas air yang memenuhi standar
kesehatan dan lingkungan yang ditetapkan oleh otoritas yang berwenang.

3.4 Aplikasi di Bidang Teknik Lingkungan

Adapun penerapan “Analisis Kesadahan Total (Kalsium dan Magnesium)” pada bidang Teknik lingkungan
yaitu digunakan sebagai parameter kimia untuk menentukan kualitas air tanah yang baik untuk digunakan
contohnya kandungan garam mineral. Dimana tingginya kandungan mineral Ca dan Mg dalam air yang
menyebabkan kesadahan dalam air. Air sadah sendiri memberikan dampak negative kepada kebersihan
lingkungan (Kilo J.L. 2018). Dalam proyek pengembangan sumber daya air, data kesadahan air digunakan
untuk evaluasi dampak lingkungan dan perencanaan penggunaan air yang berkelanjutan. Selain itu, analisis
kesadahan air juga mendukung konservasi air dengan mengurangi penggunaan deterjen dan energi
(Sameera, 2021).
BAB VI

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum “Analisis Kesadahan Total (Kalsium dan Magnesium)”, bertujuan untuk
menentukan besarnya kesadahan total yang terdapat dalam air. Adapun prinsip praktikum “Analisis
Kesadahan Total (Kalsium dan Magnesium)” ini adalah kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh
ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Kalsium dan magnesium dalam air dapat
membentuk senyawa komplek dengan Etilen Diamine Tetra Asetat (EDTA) pada suatu pH tertentu. Untuk
mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam yaitu indikator EBT (Eriochrom Black T) atau
Calcon. Zat-zat tersebut bisa menyebabkan air menghabiskan sabun dengan jumlah yang tinggi. Air sadah
biasanya terdapat di dalam tanah yang berada di daerah yang bersifat kapur. Adapun dari analisis
perhitungan diperoleh nilai kesadahan total air yang diukur adalah sebesar 557,076 mg/CaCO 3. Nilai ini
berada di atas batas standar baku mutu air minum yang telah ditetapkan oleh pemerintah, melebihi 500
mg/L. Dalam hal ini, menandakan bahwa sampel air yang dianalisis tidak memenuhi syarat untuk konsumsi
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. W., Fatimah, S., & Anie, S.(2016). Analisis Kadar Kesadahan Total pada Air Sumur di
Padukuhan Bandung Playen Gunung Kidul Yogyakarta. Analytical and Environmental Chemistry,
1(1), 69-73.
Claude, E. Boyd. 2019. “Water Quality Springer Nature.” American Public Health Association

Kakisako, M., Nishikawa, K., Nakano M., Harada H., S., Tatsuoka T., & Koga, N. (2016). Stepwise Inquiry
into Hard Water in a High School Chemistry Laboratory. Journal Of Chemical Education, 1(1), 1-
6.
Kurniawan.H.G.(2019) Pengujian Kesadahan Pada Air Tanah.Gramedia Publisher 23(3);21-24.

Kilo, J.L. 2018. “Analisis Tingkat Kesadahan Air Tanah di Lingkungan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.”

Kurniawan, H.G. 2014. “Karakteristik Limbah Air“. Mizan Press, 111(4): 11

Majunatha,G., et al. 2014. “Total Hardness Content in The Pavagada Taluk

Mahmood, R. S.(2022).The uptake of Eriochrome Black T dye from Wastewater utilizing synthesized
Cadmium Sulfide Nanoparticles.Egyptian Journal of Chemistry, 65(6), 699-706.
Rahma, Sari. 2017. “Kesadahan Air Pada Air Sumur”. Bina Ilmu, 41(2): 23

Sameera, et al. 2021. “Human Errors and Their Prevention in Healthcare”. Journal of Anaesthesiology
Clinical Pharmacology, 37 (3): 328.

Sengupta, P. 2014. “Potential Health Impacts of Hard Water”. International Journal of Preventive
Medicine, 4 (8).

Sobirin,M., Yulianto, A., & Aji, M. P. (2016). Efek Penambahan Karbon Aktif pada Magnetit dari Pasir
Besi Sebagai Adsorpsi Ion Kalsium dalam Air. Unnes Physics Journal, 5(2), 42-50.

Anda mungkin juga menyukai