Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA TERAPAN

TITRASI KOMPLEKSOMETRI
PENENTUAN KADAR ION Ca2+ DAN Mg2+ PADA AIR

Di susun oleh :
Putri Dwi Mulyanti
2107036647

Kelompok 7 :

1. Nadilla Hartana Siregar ( 2107024447 )


2. Putri Dwi Mulyanti ( 2107036647 )
3. Stevent Tandhika ( 2107036644 )

PROGRAM DIPLOMA – 3 TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS


UNIVERSITAS RIAU
2021
BAB I

TEORI

Kesadahan air atau yang dikenal dengan kekerasan air (air keras) adalah
sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua. Ion-ion
semacam itu mampu bereaksi dengan sabun membentuk kerak air.Kation-kation
penyebab utama dari kesadahan Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+. Sedangkan
anion-anion yang biasa terdapat dalam air adalah HCO3-, SO4, Cl-, NO3- dan
SiO32- (Alaerts, G dan Santika, S.S., 1987). Ion-ion Al2+ dan Fe dapat juga
dianggap sebagai penyebab kesadahan pada air. Namun, kelarutannya begitu
dibatasi pada nilai pH dari air alam, sehingga konsentrasi ion dapat diabaikan.
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya dengan tanah
dan pembentukan batuan. Pada umumnya, air sadah ini berasal dari daerah dimana
lapis tanah atas (topsoil) tebal, dan ada pembentukan batu kapur (Chandra, B.,
2006). Dalam kesadahan air ini, dikenal juga dengan kesadahan total. Yang
dimaksud dengan kesadahan total adalah kesadahan yang disebakan oleh adanya
ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama. Kesadahan air dapat mengakibatkan air
menjadi keruh dan megurangi daya kerja sabun serta menimubulkan kerak pada
dasar periuk atau ketel (Joko T., 2010).
Menurut Gabriel (2001) kesadahan air dapat dibedakan berdasarkan kadar
kalsium didalam air dan berdasarkan kandungan mineralnya. Berdasarkan kadar
kalsium didalam air maka tingkat kesadahan air menurut Sawyer digolongkan
dalam 4 kelompok yaitu :
1. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water).
2. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard water.
3. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water.
4. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water.
Berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan air dibagi dalam 2 (dua)
golongan yaitu :
1. Kesadahan air sementara/temporer disebut pula kesadahan karbonat, kesadahan
ini disebabkan oleh bikarbonat dan dapat hilang dengan cara pemanasan.
2. Kesadahan air menetap/peramanen disebut pula kesadahan non karbonat,
kesadahan ini disebabkan oleh khlorida atau sulfat yang bersenyawa dengan Ca
atau magnesium. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan.
Titrasi kompleksometri merupakan metode yang sering digunakan untuk
menentukan kadar garam-garam logam. Titran yang sering digunakan adalah
etilen diamin tetra asetat (EDTA). Kecuali dengan natrium dan kalium, EDTA
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan semua logam. Pada pH rendah
EDTA dengan logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium akan
membentuk kompleks yang tidak stabil. Oleh karena itu, titrasi untuk logam-
logam alkali tanah dilakukan pada pH 10 dengan menggunakan larutan buffer
ammonia. Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indicator zat warna.
Penambahan indikator sebelum titrasi akan membetuk kompleks antara indikator
dengan sejumlah kecil logam. Pada titik akhir titrasi, sedikit kelebihan EDTA
akan memecah kompleks logam indikator dan menghasilkan warna yang berbeda
(Gabriel, J.F., 2001). Contoh indikator yang digunakan untuk titrasi
kompleksometri antara lain Eriokrom Black T (Effendi,H. 2003). Titrasi
kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.
Contoh dasar kompleks tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA. Sebelum
dijadikan sebagai standar primer EDTA perlu distandarisasi terlebih dahulu
dengan larutan standar primer, hal ini karena garam EDTA kurang stabiln dan
kurang memenuhi persyaratan untuk dijadikan standar primer. Pada percobaan ini
digunakan garam EDTA sebagai standar yang distandarisasi terlebih dahulu
dengan larutan ZnSO4, dengan sampel yang diuji kesadahannya adalah air keran,
dengan larutan buffer ammonia dan indikator yang digunakan adalah indikator
EBT.
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk,
buret, bulp, botol semprot aquadest, cawan petri alumunium, gelas Beaker, gelas
ukur, labu Erlenmeyer, labu ukur, neraca analitik, pipet volumetrik, pipet tetes,
pipet ukur, spatula, statif dan klem, dan tissue/lap.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest,
indikator EBT, larutan garam natrium EDTA, larutan buffer NH4OH.NH4Cl,
sampel air keran, dan sampel ZnSO4.

2.2 Prosedur kerja


2.2.1 Pembuatan larutan standar primer ZnSO4 0,1 M
Massa (gram) sampel ZnSO4 0,1 M sebesar 1,61 gram ditimbang pada
neraca analitik. Setelah itu, sampel dimasukkan kedalam gelas beaker dan
dilarutkan dengan sedikit aquadest. Selanjutnya larutan dituang kedalam labu
ukur, bilas gelas beaker yang telah digunakan dengan aquadest hingga dipastikan
tidak ada lagi larutan yang tersisa di bagian sisi dalam gelas beaker, larutkan
larutan di labu ukur dengan aquades sebanyak 100 ml hingga batas tera, lalu
larutan dihomogenkan.
2.2.2 Standarisasi larutan garam EDTA dengan larutan ZnSO4 0,1 M
Larutan ZnSO4 0,1 M yang telah dibuat, dipipet masing-masing sebanyak
10 ml untuk tiga kali pengulangan percobaan (triplo), lalu masing-masing larutan
dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer. Selanjutnya, ditambahkan 1 ml larutan
buffer ammonium klorida yang memiliki pH=10. Lalu, ditambahkan dengan 10
ml aquadest dan ditetesi larutan indikator EBT sebanyak 3 tetes kedalam larutan.
Kemudian, dilakukan titrasi larutan garam natrium EDTA dengan larutan ZnSO4
0,1 M. Setelah standarisasi selesai, selanjutnya dilakukan perhitungan konsentrasi
larutan garam natrium EDTA.
2.2.3 Penentuan kadar ion kesadahan Ca2+ dan Mg2+ pada sampel air keran
Larutan sampel air keran dipipet masing-masing sebanyak 10 ml untuk
tiga kali pengulangan percobaan (triplo), la lalu masing-masing larutan
dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer. Selanjutnya, ditambahkan 1 ml larutan
buffer ammonium klorida yang memiliki pH=10. Lalu, ditambahkan dengan 10
ml aquadest dan ditetesi larutan indikator EBT sebanyak 3 tetes kedalam larutan.
Kemudian, dilakukan titrasi sampel air keran dengan larutan garam natrium
EDTA. Setelah titrasi selesai, selanjutnya dilakukan perhitungan penentuan kadar
ion kesadahan Ca2+ dan Mg2+ pada sampel air keran.
BAB III
HASIL DAN DISKUSI

Penentuan kesadahan air pada percobaan ini menggunakan metode titrasi


kompleksometri dimana merupakan merupakan metode yang sering digunakan
untuk menentukan kadar garam-garam logam. Titran yang sering digunakan
adalah etilen diamin tetra asetat (EDTA). Sehingga, dalam praktikum ini
digunakan larutan garam EDTA yang dimana terlebih dahulu dilakukan
standarisasi untuk menentukan konsentrasi larutan garam EDTA, hal ini
disebabkan karena larutan garam EDTA kurang stabil, mudah/ dapat terurai oleh
bakteri dimana EDTA adalah suatu senyawa organik yang dapat diurai oleh
bakteri, serta dapat terurai oleh cahaya, ketridakmurniannya mencapai 0,02 %,
bersifat higroskopis, dan selama penyimapanan mengalami perubahan struktur
sehingga konsentrasinya dapat berubah-ubah. Hal ini membuat garam EDTA
tidak memenuhi syarat untuk dijadikan standar primer. Oleh karena itu perlu
dilakukan standarisasi terlebih dahulu pada garam EDTA agar nantinya dapat
dijadikan standar primer dalam titrasi. Dalam percobaan ini, larutan garam EDTA
distandarisasi dengan larutan primer ZnSO4 0,1 M yang bersifat lebih stabil. Pada
standarisasi ini, ditambahkan larutan buffer ammonia yang bertujuan agar dapat
mempertahankan pH larutan dalam pH 10 (basa). Hal ini dikarenakan, reaksi
antara ion logam dengan EDTA akan selalu menghasilkan H+ yang dimana akan
menyebabkan larutan berubah dalam keadaan pH asam. Sehingga penambahan
buffer bertujuan agar menjaga pH supaya tetap dalam suasana basa, karena dalam
suasana asam maka senyawa kompleks terbentuk tidak stabil. Selanjutnya
ditambahkan indikator EBT yang bertujuan sebagai penanda titik akhir titrasi.
Indikator ditambahkan diawal sebelum titrasi. Dalam percobaan ini digunakan
prinsip titrasi balik, yang dimana larutan yang mengandung ion logam ditambah
dengan larutan EDTA berlebih. Kelebihan EDTA ini dititrasi kembali dengan
larutan baku primer. Adapun persamaan reaksi titrasi balik sebagai berikut :
Sebelum titik ekuivalen
Msampel + Indikator + EDTA (berlebih) ↔ Msampel + EDTA + Indikator (warna I)
Sesudah titik ekuivalen
EDTA (kelebihan) + Mtitran + Indikator ↔ Mtitran + EDTA + indikator (warna II)
Titrasi balik ini digunakan dengan standar primer seperti ZnSO4, MgSO4,
CaCl2, dan lainnya. Titrasi balik ini dilakukan pada logam-logam yang
membentuk kompleks dengan EDTA sangat lambat, serta logam-logam yang
membentuk hidroksidanya yang sukar larut pada pH tinggi (basa) prinsip ini tepat
digunakan dalam standarisasi dengan larutan ZnSO4 karena larutan tersebut
berada dalam pH asam sehingga ditambahkan larutan buffer untuk menaikkan pH,
membuktikan bahwa titrasi balik tepat digunakan pada titrasi percobaan ini.
Adapun hasil dari standarisasi larutan garam EDTA dengan larutan standar primer
ZnSO4 0,1 M ditunjukkan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Standarisasi larutan garam EDTA dengan larutan ZnSO4 0,1 M
Percobaan Volume sampel Volume titran M larutan garam
EDTA
Percobaan I 10 ml 8,9 ml 0,1124 M
Percobaan II 10 ml 8,9 ml 0,1124 M
Percobaan III 10 ml 8,9 ml 0,1124 M
Rata-rata 8,9 ml 0,1124 M
STDEV 0 0
Berdasarkan data pada Tabel 3.1 diperoleh hasil M larutan garam EDTA
setelah standarisasi yaitu sebesar 0,1124 M. Dilakukan tiga kali pengulangan
percobaan agar data lenih teliti. Dan pada percobaan ini pengulangan percobaan
ketiganya bernilai konstan. Dengan volume titran yang habis digunakan ialah
sebanyak 8,9 ml dalam 10 ml sampel. Dengan telah ditentukannya konsentrasi
larutan garam EDTA maka larutan garam EDTA dapat dijadikan standar primer
dalam titrasi penentuan kadar ion kesadahan Ca2+ dan Mg2+ yang terdapat pada
sampel air keran.
Tabel 3.2 Penentuan kesadahan Ca2+ dan Mg2+ dan kesadahan total CaCO3 yang
terdapat pada sampel air keran
Percobaan Volume Volume titran Kadar ion kesadahan Kadar
sampel air sampel kesadahan
keran total
CaCO3
Ca2+ Mg2+
Percobaan I 10 ml 0,3 ml 134,88 mg/L 202,32 mg/L 337,2 mg/L

Percobaan II 10 ml 0,2 ml 89,92 mg/L 134,88 mg/L 224,8 mg/L

Percobaan III 10 ml 0,2 ml 89,92 mg/L 134,88 mg/L 224,8 mg/L

Rata-rata 104,91 mg/L 157,36 mg/L 262,27


mg/L
STDEV 25,9577 38,9365 64,8914
Menurut Alaerts, dkk (1987), sebagai kation kesadahan, Ca2+ selalu
berhubungan dengan anion yang terlaru khususnya anion alkaliniti: CO32-, HCO3-
dan OH-. Ca2+ dapat bereaksi dengan HCO3- membentuk garam yang terlarut
tanpa terjadi kejenuhan. Sebaliknya reaksi dengan CO32- akan membentuk garam
karbonat yang larut sampai batas kejenuhan dimana titik jenuh berubah dengan
nilai pH. Ion Mg2+ akan bereaksi dengan OH- membentuk garam yang terlarut
sampai batas kejenuhan dan mengendap sebagai Mg(OH)2 bila titik kejenuhan
dilampaui, ion Ca2+ dan Mg2+ diendapkan sebagai CaCO3 dan Mg(OH)2 menurut
reaksi keseimbangan kimiawi sebagai berikut :
-------------------(1)
-------------------(2)

CO32- berasal dari karbondioksida CO2 dan bikarbonat HCO3- yang sudah terlarut
dalam air sesuai dengan reaksi berikut :

Dalam titrasi penentuan kadar kesadahan ini, EDTA akan bergabung


dahulu dengan ion Ca2+ kemudian bergabung dengan ion Mg2+ dan dengan
beberapa jenis ion lain tetapi tidak sepenuhnya. Konsentrasi ion Ca2+ dapat
ditentukan secara terpisah bila ion Mg2+ dihapuskan dari larutan pada keadaan pH
yang tinggi dimana hampir semua ion Mg2+ mengendap sebagai Mg(OH)2..
Reaksi kesadahan kalsium dan magnesium dengan EDTA dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

Gambar 3.1 Reaksi Ca dan Mg dengan EDTA melalui titrasi kompleksometri


Dalam percobaan penentuan kesadahan air pada sampel air keran ini,
kadar ion yang diamati adalah kadar Ca2+ dan Mg2+ serta dihitung kesadahan total
keseluruhan CaCO3. Diperoleh data hasil penentuan kadar dengan percobaan
pengulangan sebanyak tiga kali. Pada percobaan I diperoleh kadar Ca2+ sebesar
134,88 mg/L, kadar Mg2+ sebesar 202,32 mg/L, dan kadar kesadahan CaCO3 yang
diperoleh sebesar 337,2 mg/L. . Pada percobaan II diperoleh kadar Ca2+ sebesar
89,92 mg/L, kadar Mg2+ sebesar 134,88 mg/L, dan kadar kesadahan CaCO3 yang
diperoleh sebesar 224,8 mg/L. . Pada percobaan III diperoleh kadar Ca2+ sebesar
89,92 mg/L, kadar Mg2+ sebesar 134,88 mg/L, dan kadar kesadahan CaCO3 yang
diperoleh sebesar 224,8 mg/L (percobaan III konstan dengan percobaan II).
Sehingga diperoleh rata-rata kadar ion kesadahan air keran dari ketiga percobaan
yaitu, kadar Ca2+ sebesar 104,91 mg/L, kadar Mg2+ sebesar, dan kadar total
kesadahan CaCO3 sebesar 262,27 mg/L.
Kalsium merupakan sebagian dari komponen-komponen yang merupakan
penyebab dari kesadahan. Selain itu, adanya Ca dalam air adalah sangat
diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut, yang khususnya
diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Oleh karenanya, untuk
menghindari efek yang tidak diinginkan akibat dari terlalu rendah atau terlalu
tingginya kadar Ca dalam air minum, ditetapkanlah standar persyaratan
konsentrasi Ca sebagaimana yang ditetapkan oleh Dep.Kes R.I sebesar 75-200
mg/L. Standar yang ditetapkan oleh WHO inter-regional water study-group adalah
sebesar 75-150 mg/L. Konsentrasi Ca dalam air minum yang lebih rendah dari 75
mg/L dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang
lebih tinggi dari 200 mg/L dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air.
Dapat disimpulkan dengan membandingkan kadar kesadahan yang diperoleh dari
sampel uji dengan standar yang telah ditetapkan, kadar ion Ca dalam sampel rata-
rata sebesar 104,91 mg/L sehingga dapat dikatakan sampel air keran yang diujikan
memiliki kadar ion Ca yang masih dalam batas standar yaitu dalam rentang 75-
200 mg/L.
Seperti halnya kalsium, magnesium juga merupakan bagian dari
komponen penyebab kesadahan pada air. Dengan sendirinya efek umum yang
dapat ditimbulkan oleh adanya unsur ini dalam air adalah serupa dengan efek
umum yang dapat ditimbulkan oleh pengaruh kesadahan. Dalam jumlah kecil Mg
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang
lebih besar 150 mg/L dapat menyebabkan rasa mual. Magnesium adalah salah
satu unsur yang menimbulkan kesadahan dan menyebabkan adanya rasa pada air.
Kelebihan unsur ini dapat menimbulkan depresi susunan syaraf dan otot-otot.
Toxositas banyak tergantung pada anion yang terikat pada Mg (Sutrisno,dkk.
2004). Dapat disimpulkan dengan membandingkan kadar kesadahan yang
diperoleh dari sampel uji dengan standar yang telah ditetapkan, kadar ion Mg
dalam sampel rata-rata sebesar 157,36 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa kadar Mg
dalam sampel uji air keran diatas batas standar, yaitu diatas 150 mg/L yang akan
memberikan efek rasa mual bagi yang mengonsumsinya. Dan untuk kadar
kesadahan total CaCO3 diperoleh pada percobaan ini rata-rata sebesar 262,27
mg/L yang terdapat dalam sampel uji air keran. Jika dibandingkan dengan data
(Gabriel., 2001) tingkat kesadahan air menurut Sawyer, kadar kesadahan sampel
air keran yang diuji pada percobaan ini berada pada tingkat 3 kesadahan yaitu
Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water. Yang dimana
berarti bahwa kadar kesadahan sampel berada dalam ambang batas standar dan
dapat disimpulkan sampel air keran yang diuji tergolong air sadah (hard water).
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan dengan membandingkan kadar kesadahan yang


diperoleh dari sampel uji dengan standar yang telah ditetapkan (Data kadar Ca
Dep.Kes R.I), kadar ion Ca dalam sampel rata-rata sebesar 104,91 mg/L sehingga
dapat dikatakan sampel air keran yang diujikan memiliki kadar ion Ca yang masih
dalam batas standar yaitu dalam rentang 75-200 mg/L. dan untuk kadar ion
magnesium dapat disimpulkan dengan membandingkan kadar kesadahan yang
diperoleh dari sampel uji dengan standar kadar Mg yang baik dalam air <150
mg/L, dan pada percobaan kadar ion Mg dalam sampel rata-rata sebesar 157,36
mg/L. Dapat disimpulkan bahwa kadar Mg dalam sampel uji air keran diatas batas
standar, yaitu diatas 150 mg/L yang akan memberikan efek rasa mual bagi yang
mengonsumsinya. Dan untuk kadar kesadahan total CaCO3 diperoleh pada
percobaan ini rata-rata sebesar 262,27 mg/L yang terdapat dalam sampel uji air
keran. Jika dibandingkan dengan data (Gabriel., 2001) tingkat kesadahan air
menurut Sawyer, kadar kesadahan sampel air keran yang diuji pada percobaan ini
berada pada tingkat 3 kesadahan yaitu Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300
mg/l disebut hard water. Yang dimana berarti bahwa kadar kesadahan sampel
berada dalam ambang batas standar dan dapat disimpulkan sampel air keran yang
diuji tergolong air sadah (hard water).

4.2 Saran
Sebaiknya penelitian selanjutnya dilakukan penelitian menganalisa kesadahan
pada air minum dan dilakukan juga analisa logam-logam berat yang terdapat
dalam sampel air keran dan dalam air minum, seperti logam Fe, Mn dan
sebagainya untuk menentukan kualitas air keran dan air minum.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika, S.S.1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha


Nasional.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius

Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta : Hipokrates.

Joko,T. 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Sutrisno , T dan Suciastuti E. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :


Rineka Cipta
LAMPIRAN TUGAS DAN JAWABAN

1. Apakah yang dimaksud dengan reaksi pengomplekan?


Jawaban :
Reaksi pengomplekan merupakan reaksi pembentukan senyawa kompleks,
untuk menentukan suatu kadar ion logam. Reaksi pengomplekan antara
ion logam dengan ligan dapat dianggap sebagai suatu reaksi asam basa
Lewis, dimana ligan bertindak sebagai basa dengan menyumbangkan
sepasang elektronnya kepada kation yang meupakan asam. Suatu ion atau
molekul terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat
erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat ini ditandai dengan bilangan
koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah ligan
(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu
atom pusat.

2. Apakah yang dimaksud dengan indikator logam?, berikan beberapa


contohnya!
Jawaban :
Indikator logam adalah suatu indikator yang terdiri dari suatu zat yang
umumnya senyawa organik yang dimana satu dengan beberapa ion logam
dapat membentuk senyawa kompleks yang warnanya berlainan dengan
warna indikatornya dalam keadaan bebas. Warna indikator logam sampai
batas tertentu bergantung pada pM. Sedangkan pada larutan asam basa
tergantung pada pH larutan.

3. Dapatkah garam EDTA dijadikan larutan standar primer?, jelaskan!


Jawaban :
Larutan garam EDTA merupakan larutan standar sekunder dan tidak dapat
dijadikan larutan standar primer tanpa dilakukan standarisasi terlebih
dahulu. Hal ini disebabkan karena larutan garam EDTA kurang stabil,
mudah/ dapat terurai oleh bakteri dimana EDTA adalah suatu senyawa
organik yang dapat diurai oleh bakteri, serta dapat terurai oleh cahaya,
sehingga konsentrasinya dapat berubah-ubah. Hal ini membuat garam
EDTA tidak memenuhi syarat untuk dijadikan standar primer. Oleh karena
itu perlu dilakukan standarisasi terlebih dahulu pada garam EDTA agar
nantinya dapat dijadikan standar primer dalam titrasi.
LAMPIRAN PENGAMATAN

Perlakuan Pengamatan
10 ml sampel ZnSO4 ditambahkan dengan Terjadi perubahan warna pada larutan
2 ml larutan buffer NH4Cl menjadi jingga pekat kecoklatan

Sampe ZnSO4 kemudian ditambahkan Larutan berubah warna menjadi cokelat


dengan 3 tetes indikator EBT. Lalu dititrasi tua, dan setelah dititrasi berubah warna
dengan garam EDTA menjadi hijau

10 ml sampel air keran ditambahkan Tidak terjadi perubahan warna pada larutan
dengan 2 ml larutan buffer NH4Cl

sampel air keran kemudian ditambahkan Terjadi perubahan warna pada laruta
dengan 3 tetes indikator EBT. Lalu dititrasi menjadi merah keunguan, dan setelah
dengan garam EDTA dititrasi larutan berubah mejadi warna biru
tua
LAMPIRAN PERHITUNGAN

I. Pembuatan larutan ZnSO4 0,1 M


Diketahui :
M = 0,1 M
V = 100 ml
Ditanya :
Massa (gram) sampel ZnSO4 0,1 M ?
Jawaban :
M=

0,1 M =

Gram =

Gram = 1,61 gram

Jadi, 1,61 gram sampel ZnSO4 0,1 M ditimbang untuk pembuatan


larutan.

II. Standarisasi larutan ZnSO4 0,1 M dengan garam EDTA (menentukan


molaritas garam EDTA)
Diketahui :
M ZnSO4 = 0,1 M
V ZnSO4 = 10 ml
V sampel percobaan 1 = 10 ml
V sampel percobaan 2 = 10 ml
V sampel percobaan 3 = 1o ml
V titran percobaan 1 EDTA = 8,9 ml
V titran percobaan 2 EDTA = 8,9 ml
V titran percobaan 3 EDTA = 8,9 ml
V titran rata-rata = 8,9 ml
Ditanya :
M EDTA ?
Jawaban :
(V M) ZnSO4 = (V M) garam EDTA
10 ml 0,1 M = 8,9 ml M garam EDTA
M garam EDTA = 0,1124 M

III. Penentuan kesadahan Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air keran
Diketahui :
Volume sampel = 10 ml
Volume titran yang habis digunakan pada percobaan I = 0,3 ml
Volume titran yang habis digunakan pada percobaan II = 0,2 ml
Volume titran yang habis digunakan pada percobaan III = 0,2 ml
Ditanya :
Kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air keran?
Kadar kesadahan total larutan CaCO3?
Jawaban :
Sampel percobaan I

Kesadahan total CaCO3 =

= 337,2 mg/L

Kesadahan Ca2+ = kesadahan total

= 337,2 mg/L

= 134,88 mg/L
Kesadahan Mg2+ = kesadahan total – kesadahan Ca2+
= 337,2 mg/L – 134,88 mg/L
= 202,32 mg/L
Sampel percobaan II

Kesadahan total CaCO3 =


=

= 224,8 mg/L

Kesadahan Ca2+ = kesadahan total

= 224,8 mg/L

= 89,92 mg/L
Kesadahan Mg = kesadahan total – kesadahan Ca2+
2+

= 224,8 mg/L – 89,92 mg/L


= 134,88 mg/L
Sampel percobaan III

Kesadahan total CaCO3 =

= 224,8 mg/L

Kesadahan Ca2+ = kesadahan total

= 224,8 mg/L

= 89,92 mg/L
Kesadahan Mg2+ = kesadahan total – kesadahan Ca2+
= 224,8 mg/L – 89,92 mg/L
= 134,88 mg/L
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Persiapan larutan Persiapan larutan Persiapan


Persiapan sampel
buffer indikator EBT aquadest
ZnSO4
NH4OH.NH4Cl

Penimbangan Pembuatan Pemberian Standarisasi larutan


sampel ZnSO4 larutan ZnSO4 indikator EBT garam natrium
pada larutan EDTA dengan
larutan ZnSO4
sampel

Perubahan warna Pemberian Standarisasi Perubahan warna


saat titik akhir indikator EBT penentuan kadar saat titik akhir
titrasi standarisasi pada sampel titrasi menjadi biru
ion kesadahan
menjadi hijau tua tua cerah

Anda mungkin juga menyukai