DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................2
BAB 3. METODE PENELITIAN....................................................................4
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................8
4.1. Anggaran Biaya.....................................................................................8
4.2. Jadwal kegiatan ....................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9
LAMPIRAN.....................................................................................................11
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pendamping............11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan.................................................18
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas.....19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana..........................................20
i
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Masyarakat di negara Indonesia, terutama wanita menginginkan wajah,
kulit, dan tubuh yang sehat. Salah satunya yaitu penggunaan kosmetik yang
diaplikasikan pada tubuh manusia untuk membersihkan, mempercantik,
meningkatkan daya tarik atau penampilan seseorang (Setyowati, 2015). Pada
bidang kosmetik, kolagen digunakan untuk mengurangi keriput pada wajah dalam
bentuk sabun kolagen. Namun kolagen yang digunakan pada sabun kolagen
komersial mengandung bahan kimia seperti Propylene glycol, Stearic acid,
Ethanol denat, Triethanolamine, dan Sodium Hydroxide, dari bahan tersebut
memiliki efek samping seperti kemerahan, gatal, alergi hingga peradangan, dari
hal tersebut maka dapat dilakukan pembuatan sabun berkolagen yang didapatkan
dari hasil ekstrak limbah sisik ikan nila. Salah satu upaya untuk mengatasi
masalah kulit wajah tanpa resiko luka pada kulit yaitu dengan memberikan bahan
yang efektif seperti tanaman herbal dan kolagen, sehingga ditemukan solusi untuk
membuat sabun kolagen dari sisik ikan nila dengan tambahan bahan berupa
minyak kelapa yang memiliki fungsi mempercepat penyembuhan dan perbaikan
jaringan tubuh Balqis (2014).
Kolagen adalah protein dengan struktur berserat yang merupakan
komponen utama matriks ekstraseluler suatu organisme hidup yang berjumlah 25-
30% dari total protein dan berperan penting dalam menjaga integritas struktur
biologis beberapa jaringan (Schmidt, 2016). Pemanfaatan ekstrak kolagen
diantaranya untuk industri kosmetik, farmasi (penyembuh luka), dan makanan.
Kolagen juga dapat menginduksi koagulasi trombosit, mempengaruhi diferensiasi
sel, dan berkontribusi dalam penyembuhan luka. Perbedaan utama kolagen dari
ikan dengan kolagen dari hewan lainnya adalah nilai biologisnya yang tinggi,
kandungan asam amino esensial yang tinggi, dan kandungan hidroksiprolin yang
rendah (Muralidharan, 2013).
Ikan nila merupakan ikan air tawar dengan volume produksi terbanyak di
Indonesia. Sebagian besar, ikan nila diekspor dalam bentuk fillet. Sisa pengolahan
fillet ikan, termasuk tulang, kulit, dan sisik dapat mencapai 50-70% dari total
bobot ikan (Romadhon, 2019). Sisik ikan nila yang terdapat di pasar tradisional
dan rumah makan biasanya dibuang begitu saja dan selama ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Sisik ikan mengandung kolagen dan bahan
antimikroba yang menunjukkan bahwa sisik ikan memenuhi syarat sebagai bahan
pembuatan sabun. Namun pemanfaatan sisik ikan nila sebagai bahan baku
pembuatan sabun kolagen belum pernah dilakukan (Naiu, 2018).
Tujuan khusus penelitian ini yaitu menciptakan alternatif sabun
kecantikan kolagen ikan alami dalam mengatasi permasalahan kulit
wajah.Disamping itu tujuan umum PKM ini yakni untuk mendukung Program
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada Indikator Kinerja Utama
(IKU 2) yang mencakup mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus.
Proposal ini juga akan dikonversi pada beberapa mata kuliah.
2
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan diskusi untuk mengkaji konsep yang berkaitan dengan
pemanfaatan limbah pengolahan ikan khususnya sisik Ikan Nila sebagai kolagen.
Hasil kolagen kemudian dapat diolah dan dijadikan sebagai bahan dasar
pembuatan Sabun Kolagen Ikan. Sedangkan, manfaat praktis dari penelitian ini
adalah sebagai pedoman terkait kolagen yang berasal dari limbah sisik Ikan Nila,
dan bagi penelitian selanjutnya, dapat dijadikan bahan kajian untuk mendalami
variabel atau lingkup penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan kolagen dari
limbah sisik ikan nila sebagai Sabun Kolagen Ikan.
Keutamaan penelitian ini adalah mengatasi permasalahan kulit wajah
dengan sabun kecantikan kolagen ikan alami dan memanfaatkan limbah perikanan
dari ikan nila yang belum dimanfaatkan secara optimal dengan mengolah limbah
sisik ikan nila sebagai sabun kolagen ikan yang dibuat dengan bahan alami.
Temuan yang ditargetkan dari penelitian ini yaitu ekstrak kolagen dari
sisik ikan nila yang dapat dijadikan bahan baku alami pembuatan sabun
berkolagen.
Kontribusi penelitian ini terhadap ilmu pengetahuan adalah
menanggulangi limbah perikanan di Indonesia secara tepat, dengan
memaanfaatkan limbah perikanan menjadi sebuah produk yang secara tidak
langsung mendukung upaya preventif atau pencegahan sisa pengolahan yang tidak
termanfaatkan pada kelestarian dan keseimbangan lingkungan.
Target luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah Laporan
Kemajuan, Laporan Akhir, dan artikel ilmiah berupa artikel riset yang akan
dipublikasikan pada Jurnal Penelitian Sains (Jurnal Nasional Terakreditasi SINTA
2).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Kimia Pada Sabun Komersial dan Efek Negatifnya
Bahan-bahan sabun yang digunakan dalam industri sabun yaitu asam
lemak bebas, alkali NaOH dan KOH, kadar air, zat aditif dan gliserin. Asam
lemak bebas merupakan senyawa asam lemak yang tidak berikatan dengan
senyawa alkali selama proses pembuatan sabun. Asam lemak menghasilkan sifat
sabun yang berbeda sesuai asam lemaknya yaitu asam laurat dan asam miristat
menghasilkan sifat sabun mengeras, membersihkan, busa, lembut, asam palmitat
menghasilkan mengeraskan, membersihkan, dan lembut. Sedangkan asam stearat
menghasilkan mengeraskan, busa yang stabil, dan melembabkan, asam linoleate
dan asam oleat menghasilkan sifat melembabkan, dan asam ricinoleat
menghasilkan sifat melembabkan, busa stabil, dan lembut (Lestari, 2020).
Alkali yang sangat sering dipakai yaitu NaOH dan KOH, tetapi untuk
membuat sabun yang menghasilkan keras menggunakan NaOH. Dimana NaOH
memiliki sifat tidak larut dalam air, sangat basa, keras, rapuh, dan bila dibiarkan
diudara akan menyerap karbondioksida dan melembabkan (Harahap, 2018).
Menggunakan alkali terlalu banyak akan menyebabkan iritasi pada kulit
dikarenakan alkali bebas tidak dapat berikatan dengan trigliserida atau asam
3
lemak, sedangkan terlalu sedikit akan mengganggu proses emulsi sabun dan
kotoran disebabkan mengandung asam lemak bebas tinggi (Kurniawati, 2015).
Air ialah pelarut yang dapat melarutkan zat kimia, kadar air dapat
mempengaruhi tingkat kekerasan dari sabun padat transparan. Semakin tinggi
kadar air sabun maka tingkat kekerasan sabun akan semakin lunak, sebaliknya
semakin rendah kadar air sabun maka tingkat kekerasan sabun akan semakin keras
(Hardian, 2014). Zat aditif yaitu zat tambahan untuk sabun seperti pewangi
sebagai menutupi bau yang tidak enak, pewarna membuat produk lebih menarik,
dan air garam yaitu NaCl sebagai pemisahan sabun dengan gliserin, dimana
gliserin tidak mengendap dalam brine dan NaCl haruslah bebas dari besi,
mangnesium, dan kalsium agar mendapatkan sabun yang berkualitas (Yernisa,
2013).
2.2 Keutamaan Kolagen Untuk Kulit
Kolagen dapat dihasilkan dari sisik ikan. Sisik ikan mengandung kolagen
tipe I dan memiliki potensi untuk menjadi bahan alternatif untuk bone graft.
Ekstrak kolagen yang terkandung dalam sisik ikan nila (Oreochromis niloticus)
dapat membantu dalam proses penyembuhan periodontitis karena ekstrak kolagen
dapat mempercepat proliferasi sel osteoblas (Handini, 2021). Kolagen merupakan
protein serat yang memberikan kekuatan dan kelenturan pada jaringan tulang dan
memainkan peran penting dalam jaringan lain, termasuk kulit dan tendon. Protein
kolagen dapat ditemukan di bagian tubuh ikan yang tidak digunakan seperti sisik.
Pemanfaatan ekstrak kolagen diantaranya untuk industri kosmetik, farmasi
(penyembuh luka), dan makanan karena kolagen memiliki sifat daya tarik (tensile
strength) yang tinggi, antigenisitas rendah, dan biokompatibilitas yang baik.
Kolagen juga dapat menginduksi koagulasi trombosit, mempengaruhi diferensiasi
sel, dan berkontribusi dalam penyembuhan luka (Romadhon, 2019).
Kolagen mempunyai peran penting dalam tubuh yaitu sebagai pembangun
tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit sehingga diperlukan oleh tubuh. Namun,
kolagen dapat berkurang karena beberapa faktor seperti penuaan, banyak terpapar
sinar ultraviolet, merokok, dan diabetes. Kekurangan kolagen ini dapat
menyebabkan tubuh menjadi sulit untuk melaksanakan perannya sehingga
terjadilah gangguan dalam tubuh seperti penuaan kulit, inflamasi, penyembuhan
luka lebih lambat, massa otot menurun, dan tulang rawan melemah [nyeri sendi
atau osteoartritis). Oleh karena itu, dibutuhkan kolagen dari luar tubuh untuk
dapat mencegah hal tersebut terjadi (Park, 2021).
Telah banyak peneliti yang melakukan review tentang kolagen baik
sebagai kosmetik, biomedis, ataupun suplemen (Hashim, 2015). Biasanya peneliti
hanya membahas kolagen tipe I dan II. Oleh karena itu, dilakukan review potensi
semua jenis kolagen sebagai bahan aktif sediaan farmasi sebagai kosmetik,
biomedis, ataupun suplemen dengan keterbaruan penelitian yang telah dilakukan.
2.3 Ketersesdiaan Limbah Sisik Ikan Nila
Produksi pada sektor perikanan khususnya ikan nila tercatat mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016 produksi ikan nila sebesar
4
1.114.156 ton, tahun 2017 dan 2018 produksi ikan nila kembali meningkat dengan
jumlah masingmasing sebesar 1.265.201 ton dan 1.169.144 ton. Tingginya
volume ekspor tersebut merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan para
stakeholder terkait dengan pengembangan alternatifalternatif komoditas sejenis
agar lebih bervariasi dan dapat semakin mendongkrak perkembangan budidaya
ikan di Indonesia (Zubair, 2021).
Produksi ikan nila pada tahun 2010 hingga tahun 2013 mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dengan rata-rata kenaikan 34.85%. Total produksi
ikan nila sebesar 6.83% dari total produksi ikan budidaya pada tahun 2013.
Perbandingan total produksi ikan nila nasional terhadap total produksi ikan nila
dunia menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-3
terbesar sebagai penghasil produk ikan nila dengan presentase sekitar 20.3%
terhadap total produksi ikan nila yang ada di dunia (Marie, 2018).
Limbah yang dihasilkan pada saat pengolahan ikan dapat berupa jeroan,
kepala, ekor, kulit, tulang, dan darah dengan jumlah berkisar 20-60% dari bahan
baku. Kolagen dari sisik ikan merupakan kolagen derivat dari ikan, dan diekstrak
dari sisik ikan maka tidak perlu ada kekhawatiran terhadap penyakit-penyakit
mamalia (Nurhidayah, 2019). Limbah perikanan yang berasal dari sisik ikan nila
masih belum diolah dan dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan sisikan ikan
nila dapat di manfaatkan sebagai sumber bahan baku untuk ekstraksi kolagen
(Firlianty, 2020).
2.4 Studi Terdahulu Tentang Kolagen
Komponen besar yang terdapat dalam sisik ikan antara lain adalah 70 %
air, 27% protein, 1 % lemak, dan 2 % abu. Senyawa organik pada sisik ikan terdiri
atas 40%-90% dan selebihnya merupakan kolagen, tanpa memperhatikan spesies
ikan tersebut (Budirahardjo, 2015). Fungsi kolagen sebagaimana yang kita ketahui
adalah sebagai bahan aktif yang menyusun produk-produk kecantikan dan
perawatan kulit. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk memanfaatkan limbah
perikanan, salah satunya mengubah limbah sisik ikan nila menjadi kolagen.
Kolagen hasil ekstrak dari sisik ikan nila akan digunakan menjadi bahan
pembuatan sabun ikan berkolagen (Setyowati, 2015).
Dalam mempercepat proses penyembuhan luka dibutuhkan suasana
lembab karena dapat meningkatkan re-epitelisasi dan menstimulasi proliferasi,
meningkatkan aktivitas growth factor yang memelihara oksigen permukaan yang
cukup dan menjaga transport nutrisiagar proses penyembuhan luka bisa berjalan
optimal dan cepat. Salah satu bahan yang telah banyak digunakan untuk menjaga
suasana lembap pada luka adalah kolagen. Kolagen berperan secara vital pada
proses penyembuhan luka pada jaringan konektif. Makrofag pada luka
melepaskan FGF dan TGF-β sehingga merangsang proliferasi fibroblast dan
menghasilkan kolagen (Mufarikoh, 2017).
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
5
Belmawa 6.562.500
Rekap Dana
Perguruan Tinggi 2.187.500
Jumlah 8.750.000
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, Biodata Dosen Pendamping
Biodata Ketua
A. Identitas Diri
16
17
18
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan/Pengajaran
Penelitian
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-RE/PKM-RSH