PENDAHULUAN
Untuk menarik minat pasar, produsen sabun membuat sabun bukan hanya sebagai
media pembersih kulit melainkan untuk mencerahkan, menghaluskan, anti bakteri dan
perlindungan pada kulit. Berdasarkan bentuknya, sabun yang dijual dipasar beragam
diantarnya adalah sabun cair, sabun padat opaque dan sabun padat transparan.
Selain minyak yang menjadi bahan utama pada pembuatan sabun, terdapat alkali
yang sama pentingnya. Umumnya digunakan NaOH untuk membentuk tekstur sabun
padat dan KOH untuk sabun cair. Perlu diketahui, penambahan alkali dalam pembuatan
sabun harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, karena takaran alkali yang tidak
sesuai dapat menyembabkan iritasi pada kulit. Namun sebagaian besar dari produsen
masih membuat sabun dengan kadar alkali yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, menyebabkan beberapa konsumen yang tidak paham masih mengkonsumsinya
dan mengakibatkan kulit mereka menjadi kering bahkan iritasi.
Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai pembuatan sabun dengan
kadar Alkali yang minim namun tidak menurunkan kualitas dari terkstur sabun. Adapun
cara untuk mengurangi penggunaa NaOH pada pembuatan sabun adalah dengan
mencari alternatif lain yang dapat membentuk tekstur padat pada sabun.
Pektin adalah substansi alami yang terdapat pada sebagian besar tanaman
pangan. Selain sebagai elemen struktural pada pertumbuhan jaringan dan komponen
utama dari lamella tengah pada tanaman, pektin juga berperan sebagai perekat dan
menjaga stabilitas jaringan dan sel. Pektin merupakan senyawa polisakarida dengan
bobot molekul tinggi,
1
pektin digunakan sebagai pembentuk gel dan pengental dalam pembuatan jelly,
marmalade, makanan rendah kalori dan dalam bidang farmasi digunakan untuk obat
diare (Hariyati, 2006). Pektin merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan
edible film. Pektin terletak pada bagian tengah lamella pada dinding sel.
Selama ini, kulit jeruk di Indonesia masih belum dimanfaatkan secara optimal.
Padahal limbah kulit jeruk dapat diambil zat-zat didalamnya yang memiliki bayak
manfaat, salah satunya adalah pektin. Kulit jeruk merupakan salah satu sumber terkaya
pektin, ekstraksi pektin dari kulit jeruk bali dipilih karena ketersediaan bahan dan kadar
pektin yang tinggi dari kulit tanaman lainnya. Selain suhu dan waktu, persen yield
pektin tergantung pada metode ekstraksinya. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian
mengenai pemanfaatan pektin dari limbah kulit jeruk bali sebagai pada pembuatan
sabun padat untuk mengetahui massa pektin terbaik pada tekstur sabun padat.
2
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapaun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
3
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Jeruk bali
Jeruk bali (Citrus maxima) merupakan tanaman buah yang mengandung banyak
komponen nutrisi yang terkandung di dalamnya. Sebagian besar komponen jeruk bali
terletak pada kulitnya, di antaranya terdapat senyawa alkaloid, flavonoid, likopen,
vitamin C, serta yang paling dominan adalah pektin dan tanin. Produksi jeruk bali di
berbagai daerah di Indonesia mencapai 110.000 ton pertahunnya dan hampir 50% kulit
jeruk yang dihasilkan belum termanfaatkan (Suhendra, 2013).
Jeruk bali termasuk dalam buah-buahan citrus dan memiliki ukuran buah yang
besar yang merupakan buah asli Asia Tenggara. Seperti kebanyakan buah citrus, jeruk
bali memiliki edible portion yang lebih sedikit dibandingkan waste material. Waste
material yang dimaksud disini adalah kulit maupun bijinya (Oboh dan Ademosun,
2012). Umumnya diameter buah 15-25 cm dan banyak mengandung kelenjar minyak.
Jeruk ini temasuk jenis yang mampu beradaptasi dengan baik di daerah kering
dan relative tahan penyakit. Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat dan akan
meghasilkan hasil yang optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai. Ketinggian tempat
yang sesuai untuk tanaman ini yaitu dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan
laut. Sedangkan yang ditanam di atas ketinggian tersebut rasa buahnya lebih asam.
2.1.1 kalsifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : C. grandis, C. maxima
4
Gambar 2.1 Buah jeruk bali
Kulit jeruk bali adalah bagian dari jeruk bali yang memiliki rasa yang pahit dan
getir. Sebagian besar komponen jeruk bali terletak pada kulitnya, di antaranya terdapat
senyawa alkaloid, flavonoid, likopen, vitamin C, serta yang paling dominan adalah
pektin dan tanin.
Hasil Analisa bahan baku daging buah jeruk bali dan albedo
Tabel 2.1 Analisa Bahan baku daging Jeruk Bali dan Albeno
Kandungan (dalam 100 gram bahan)
Komposisi
Daging Buah Albeno
Vitamin C 37,7926 mg 15,197 mg
Kadar Pektin 0,7675 % 15,8265 %
Total Gula 8,0397 % 5,7635 %
pH 4,84 5,86
Kadar Air 68,12 % 48 %
(Sumber : Jariyah dkk., 2
5
2.2 Pektin
2.2.1 Pengertian dan manfaat pektin
Kata pektin berasal dari bahasa Latin “pectos” yang berarti pengental atau yang
membuat sesuatu menjadi keras/padat. Pektin ditemukan oleh Vauquelin dalam jus buah
sekitar 200 tahun yang lalu. Pada tahun 1790, pektin belum diberi nama. Nama pektin
pertama kali digunakan pada tahun 1824, yaitu ketika Braconnot melanjutkan penelitian
yang dirintis oleh Vauquelin. Braconnot menyebut substansi pembentuk gel tersebut
sebagai asam pektat (Herbstreith dan Fox, 2005 dalam Hariyati, 2006).
Pektin adalah substansi alami yang terdapat pada sebagian besar tanaman pangan.
Selain sebagai elemen struktural pada pertumbuhan jaringan dan komponen utama dari
lamella tengah pada tanaman, pektin juga berperan sebagai perekat dan menjaga stabilitas
jaringan dan sel (Herbstreith dan Fox, 2005). Pektin banyak dimanfaatkan pada industri
pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan) (Attiri dan
Maini, 1996). Pektin dalam jumlah banyak dapat diperoleh dari buah-buahan yang telah
matang dan belum ada tanda-tanda kebusukan. Bagian buah yang kaya akan pektin hanya
buah manga, jeruk, markisa, nenas, buah kecapi, (Baker, 1997). Dalam industri makanan
dan minuman, pektin dapat digunakan sebagai bahancpemberi tekstur yang baik pada roti
dan keju, bahan pengental dan stabilizer pada minuman sari buah. Selain itu pektin juga
berperan sebagai bahan pokok pembuatan jeli, jam, dan marmalade (Herbstreith dan Fox,
2005).
6
2.2.2 Sifat-sifat pektin
Pektin mempunyai sifat dapat menaikkan kekentalan cairan atau membentuk gel
dengan gula dan asam. Menurut Fach.
Tabel 2.2 Sifat Pektin menurut Fach
Parameter Sifat
Berat molekul 30000-300000
Bentuk Padatan putih terang
Densitas 1.526 gram/cc
Spesicic gravity 0.65
Perputaran spesifik ± 230°
Kapasitas panas 0.431 KJ/Kg℃
Sumber: Fitriani, 2003.
8
2.4 Sabun
Sabun mandi padat adalah sabun mandi yang dibuat dengan menggunakan alkali
NaOH dan merupakan salah satu kosmetik dan sediaan farmasi yang paling sering
digunakan oleh masyarakat untuk membersihkan kulit tubuh dari kotoran (Widyasanti,
dkk., 2017). Proses pembentukan sabun dikenal sebagai reaksi penyabunan atau
saponifikasi, yaitu reaksi antara lemak/trigliserida dengan alkali. Alkali yang biasa
digunakan adalah NaOH dan KOH.
Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan
sabun lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan
dengan sabun opaque sabun yang tidak transparan (Qisty, 2009). Faktor yang dapat
mempengaruhi transparansi sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam
sabun. Ketika sabun akan dibuat jernih dan bening, maka hal yang paling penting
adalah kualitas gula, alkohol, dan gliserin. Kandungan gliserin baik untuk kulit karena
berfungsi sebagai pelembab pada kulit dan membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana
dkk., 2014).
9
Gambar 2.2 reaksi saponifikasi
10
sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak (Hambali dkk,2005) 7. Gula
pasir, pada proses pembuatan sabun transparan berfungsi untuk membantu
terbentuknya transparansi pada sabun.gula pasir dapat membantu perkembangan
Kristal pada sabun (Hambali dkk, 2005).
2.4.2 Bahan tambahan dalam pembuatan sabun:
1. Daun bidara
11
Gambar 2.4 Tanaman Lidah Buaya
12
Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman asli Afrika, yang termasuk
golongan Liliaceae. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang
ini, memperluas pemanfaatan khasiat lidah buaya. Pemanfaatan lidah buaya kini
tidak hanya terbatas pada tanaman hias saja tetapi juga sebagai obat dan bahan
baku pada industri kosmetika. Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gelnya
yang dapat membuat kulit tidak cepat kering dan selalu kelihatan lembab.
Keadaan tersebut disebabkan sifat gel lidah buaya yang mampu meresap ke
dalam kulit, sehingga dapat menahan kehilangan cairan yang terlampau banyak
dari dalam kulit (Suryowidodo, 1988).
13
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Satuan Proses dan Kimia Terapaan
Politeknik Negeri Lhoseumawe.Direncanakan penelitian selama 4 bulan.
3.2.2 Bahan
15
3.3.2 Variabel terikat
Kadar Air, Alkali bebas, Uji pH, Organoleptik, dan Aktivitas antioksidan.Prosedur
percobaan dan pengujian.
16
5. kemudian temperature diturunkan hingga 35℃ lalu ditambahkan ekstrak daun
bidara dan daun lidah buaya 10:10, selanjutnya ditambah parfum sabun 8 tetes
aduk 5 menit hingga mengental.
6. Kemudian dimatikan hot platenya dan adonan ditimbang lalu dimasukkan
kedalam cetakan dan diamkan selama 24 jam.
7. Ditimbang kembali sabun yang sudah memadat, kemudian dilakukan
pengujian organoleptis, homogenitas, kadar air, kadar alkali bebas, nilai
pH, uji aktivasi antioksidan dan uji bakteri.
17
3.4.3. Analisa Kadar Air (SNI 06-3532-2016)
1. Ditimbang cawan petri kosong sehingga didapatkan beratnya, dimasukkan 5
gram sabun yang telah dibuat kedalam cawan petri tersebut
2. Kemudian di oven pada temperature 105℃ selama 1 jam
3. Langkah selanjutnya ditimbang cawan petri dan sabun yang telah kering tersebut,
sehingga didapatkan beratnya kemudian dihitung kadar air pada sabun dengan
rumus :
Kadar air (%) = B−C x 100%
B−A
Keterangan :
A = berat cawan kosong (gram)
B = berat cawan + sampel awal (gram)
C = berat cawan + sampel kering (gram)
18
3. Apabila larutan tersebut di atas ternyata berwarna merah maka diperiksa kadar
alkali bebas dengan dititrasi menggunakan HCl 0,1 N dalam alkohol dari buret,
sampai warna merah cepat hilang.
4. Kadar alkali bebas dihitung menggunakan rumus :
V HCl xN HCl x Bst Alkali
% Kadar alkali bebas = x 100%
mg
20
Larutan induk vitamin C sebagai pembanting dibuat seri konsentrasi 2,4,6,8, dan
10 ppm
Dari larutan induk 100 ppm dipipet 500 uL,1000 uL, 1500 uL, 2000 uL dan
2500 uL, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, lalu dicukupkan volumenya
hingga tanda batas dengan methanol p.a .
6. Pengukuran Serapan dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Sebanyak 2 ml larutan uji pembanding ( vitamin c )
Dimasukkan ke dalam tabung dan ditambahkan dengan larutan DPPH 0,1 mM
sebanyak 2 ml dan divortex 30 menit dalam ruangan gelap.
Kemudian diukur serapan pada panjang gelombang yang optimal.
21
3.4.8 Uji Organoleptis dan Homogenitas (SNI 01-2346-2011)
1. Pengujian organoleptis pada sabun mandi meliputi Transparansi, kekerasan
sabun, aroma, homogenitas dan rasa licin yang dilakukan oleh para panelis.
2. Pengujian homogenitas, dilakukan dengan melihat homogenitas sediaan sabun
mandi yang dibuat. Sabun memenuhi syarat homogenitas bila tidak terdapat
bagian yang menggumpal atau tidak tercampur, penyebaran warna yang merata
serta tidak terdapat bintik-bintik kasar pada permukaan dan bagian dalam sabun.
22
3.5 Rancanagan Data Pengamatan
Tabel 3.2 Data pengamatan dan Analisa
Jumlah Kadar air Alkali Ph Organoleptik Aktivitas
pektin bebas antioksida
3 gram
6 gram
9 gram
12 gram
15 gram
Daftar Pustaka
23
Herdigenarosa, Muren. 2013. Pembuatan Edible Coating dari Pectin Kulit Buah Jeruk Bali (Citrus
Maxima) dengan Variasi Sorbitol sebagai Plasticizer.Yogyakarta: Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Rahmawati, W,T dan Rivi Y. 2010. Jeruk Bali Berumur Panjang dan Berbuah Sepanjang Tahun.
http://peluangusaha.kontan.co.id/new/jeruk-bali-berumur-panjang-dan-berbuah-
sepanjang-tahun -2-1 diakses pada selasa 24 februari 2015 pukul 09.41 WIB.
Sulihono, Andreas dkk. 2012 Pengaruh Waktu, Tempratur, dan Jenis Pelarut Terhadap Ekstksi
Pektin Dari Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima) palembang:Jurnal Teknik Kimia No, 4,
Vol. 18, Desember 2012.
Widiastuti, D.R, 2015, Ekstraksi Pektin Jeruk Bali dengan Microwave Assisted Extraction dan
Aplikasinya sebagai Edible Film Tugas akhi, Program Studi Teknik
Kimia,FakultasTeknik, Universitas Semarang , Semarang.
Badan Standarisasi Nasional , 1994. Standar Mutu Sabun Mandi . SNI 06-3532-1994 Dewan
Standarisasi Nasional Jakarta.
Izhar, h., Sumiati, dan Moeljadi P.2009. Analisis Sikap Konsumen terhadap Atribut Sabun Mandi.
Universitas Brawijaya. Malang.
Rahmawati, Ani, Putri,W D R (2013). Karakteristik Ekstrak Kulit Jeruk Bali Menggunakan
Metode Ekstraksi Ultrasonik (kajian Perbandingan Lama Blasing dan Ekstraksi ).Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 1(1),26-35.
24