Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN PEKTIN DARI KULIT BUAH JERUK BABY JAVA MELALUI PROSES

EKSTRAKSI DAN SALTING OUT DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN NAHSO3


Alexander Karindra Ario Hadrianto dan Egy Rakhmasari
Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto, Tembalang, Semarang, 50239, Telepon/Fax: (024) 7460058
*)Penulis Korespondensi: alexander.rio98@gmail.com

ABSTRACT
Baby java orange peel is a by-product of human consumption which has low economic value and low
suboptimal utilization. One of the processing that can be done is to make baby java orange peel into pectin
for food thickening. This study aims to examine extraction time, the effect of extraction volume ratio of
extraction results on solvent type volume (v / v), and NaHSO3 concentrations, on baby java orange peel
pectin by IPPA (International Pectin Producers Association). The pectin production process is carried out
with the raw material preparation stage, the pectin extraction process with extraction time obtained for 90
minutes, then the salting-out, washing and finally the pectin drying stage. Pectin results obtained were
analyzed qualitatively and quantitatively. In the qualitative test, the addition of NaHSO3 was carried out
in the extraction process with a concentration of 5% w / w and 10% w / w. Based on the results of the best
pectin research obtained at 90 minutes of extraction time conditions and the ratio of solvent volume to
pectin volume 2.5 v / v.
Keywords : Pectin, baby java orange peel, extraction, salting out.
ABSTRAK
Kulit jeruk baby java merupakan produk samping dari hasil konsumsi manusia yang mempunyai
nilai ekonomis rendah dan pemanfaatan yang belum optimal. Salah satu pengolahan yang dapat dilakukan
adalah membuat kulit jeruk baby java menjadi pektin untuk bahan pengental makanan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji pengaruh waktu ekstraksi, rasio volume jenis solvent terhadap filtrat hasil (v/v),
serta konsentrasi NaHSO3, terhadap pektin kulit jeruk baby java sesuai dengan standar IPPA (International
Pektin Producers Assosiation). Proses produksi pektin dilakukan dengan tahap persiapan bahan baku,
proses ektraksi pektin dengan didapat waktu ektraksi selama 90 menit, selanjutnya dilakukan tahapan
pengendapan (salting out), pencucian dan terakhir tahap pengeringan pektin. Hasil pektin yang telah didapat
dianalisa kualitatif dan kuantitatif. Pada uji kualitatif dilakukan penambahan NaHSO3 pada proses ekstraksi
dengan konsentrasi 5%w/w dan 10% w/w. Berdasarkan hasil penelitian pektin terbaik didapatkan pada
kondisi waktu ekstraksi 90 menit dan rasio volume solvent terhadap volume pektin 2,5 v/v.
Kata Kunci : pektin , kulit jeruk baby java, ekstraksi, salting out.

PENDAHULUAN
Jeruk (Citrus sp.) adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan. Sejauh ini belum banyak
buah yang mudah diperoleh dan disukai oleh orang yang mengolah limbah kulit jeruk agar
masyarakat. Produksi jeruk di Indonesia tahun dapat menambah nilai jualnya biasanya hanya
2015 diperkirakan sebesar 2,40 juta ton dan terus dibuang begitu saja (Hanif dan Zamzami, 2012).
meningkat hingga tahun 2019 dengan perkiraan Didalam kulit jeruk masih banyak terkandung
produksi sebesar 2,77 juta ton dan rata – rata senyawa yang baik untuk kesehatan pencernaan
peningkatan produksi jeruk 3,64% per tahun. diantaranya adalah serat yang larut dalam air
Semakin meningkatnya produksi jeruk di yaitu pektin, sehingga perlu adanya pengolahan
Indonesia maka akan meningkat pula jumlah yang baik benar.

1
Pada penelitian ini akan digunakan kulit Tabel 1. Standar Mutu Pektin Berdasarkan
jeruk baby java (Cytrus sinensis L. Osbeck) International Pectin Producers Association
sebagai sumber pektin. Kulit Jeruk baby java (IPPA)
(Cytrus sinensis L. Osbeck) memiliki kulit buah Faktor Mutu Kandungan
yang berbau khas aromatik dan rasa pahit yang
mengandung minyak atsiri 90% (Putri, 2018). Kekuatan gel Min150 grade
Kulit jeruk baby java memiliki kandungan pektin Kandungan metoksil :
dengan kadar mencapai 30%, relatif lebih besar Pektin metoksil tinggi >7,12 %
dari sumber pektin lain seperti kulit apel (4-7%), Pektin metoksil
kulit pisang (22,4%) (Perina, 2009). Karakteristik 2,5-7,12%
jeruk baby java yaitu mempunyai warna kulit rendah
hijau, berbentuk oval, kandungan gula tinggi dan Kadar asam
Min 35%
kandungan asam yang sangat rendah (Pracaya, galakturonat
2010). Kadar air Maks 12%
Pektin adalah suatu komponen serat yang Derajat esterifikasi :
terdapat pada lapisan lamella tengah dan dinding Pektin ester tinggi Min 50%
sel primer pada tanaman (Daryono, 2012). Pektin Pektin ester rendah Maks 50%
merupakan pangan fungsional bernilai tinggi
Bilangan Asetil 0,15-0,45%
yang berguna secara luas dalam pembentukan
Berat Ekivalen 600-800 mg
gel, bahan pembuatan jelly,dan jam (Daryono,
2012). Pektin secara luas berguna sebagai
Pektin dari buah jeruk baby java
pengental untuk minuman dan makanan (Sufy,
didapatkan dengan metode ekstraksi. Proses
2015) dan juga untuk bahan tambahan produk
ekstraksi ini bertujuan untuk memisahkan pektin
susu terfermentasi sebagai pengental (Innatesari,
dari jaringan tanaman. Hasil ekstraksi dapat
2014).
dipengaruhi oleh suhu, pH, kecepatan
Secara struktur molekul dan komposisi
pengadukan, perbandingan solute terhadap
kimia pektin, Pektin merupakan asam
solvent dan lama ekstraksi. Dalam SNI
poligalakturonat dengan rantai linearnya tersusun
disebutkan bahwa pektin merupakan zat
atas molekul asam D-galakturonat yang berikatan
berbentuk serbuk kasar hingga halus yang
dengan ikatan α- (1-4)- glikosida. Pada gambar 1
berwarna putih kekuningan, tidak berbau, dan
ditunjukkan struktur kimia dari asam
memiliki rasa seperti lendir. Namun pada
poligalakturonat.
penelitian sebelumnya sering didapatkan pektin
bewarna coklat sehingga perlu ditambahkan
senyawa sodium hidrogen sulfit (NaHSO3) untuk
mencegah terjadinya reaksi pencoklatan pada
getah yang dihasilkan secara enzim maupun non
enzim (Buckle, 2011).
Gambar 1. Struktur Kimia Asam Poligalakturonat
(Sumber : Prilla, 2015)
Pada proses salting out dan pencucian
Pektin dinyatakan memiliki mutu yang digunakan etanol dan isopropil alkohol sebagai
baik jika memenuhi standar yang ditetapkan larutan pengendap. Etanol digunakan karena
dalam IPPA (International Pectin Producers mempunyai titik didih yang rendah dan
Association) yang meliputi kadar air, berat cenderung aman. Etanol juga tidak beracun,
ekivalen, derajat esterifikasi, kadar asam selain itu etanol juga mempunyai kepolaran
galakturonat, dan kadar metoksil supaya layak tinggi sehingga mudah untuk melarutkan
untuk dijual kepada konsumen (Widiastuti, senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak,
2015). Spesifikasi mutu pektin yang sesuai karbohidrat dan senyawa organik lainya
standar IPPA dapat dilihat pada Tabel 1. (Munawaroh dan Handayani, 2012).

Isopropil alkohol dapat digunakan sebagai


solvent karena senyawa ini sangat larut dalam air,

2
memiliki titik didih yang lebih tinggi Urutan prosedur penelitian tergambar dalam
dibandingkan etanol, dan juga bersifat polar- gambar 3.
protic (Thoha, 2012). Penelitian ekstraksi pektin
kulit buah jeruk baby java dengan perbandingan
larutan pengendap etanol dan isopropil alkohol
juga belum pernah dilakukan.

METODE PENELITIAN
Bahan baku yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kulit jeruk baby java. Kulit
jeruka baby java dicuci menggunakan air yang
mengalir untuk membersihkan kulit jeruk baby
java dari kotoran- kotoran yang menempel.
selanjutnya bahan baku dijemur dibawah sinar
matahari selama 16 jam untuk kemudian
dikeringkan lebih lanjut menggunakan oven
sampai kadar air ≤12% dengan suhu 70oC guna
menghilangkan kandungan air yang masih
tersisa. Setelah kulit jeruk baby java kering,
selanjutnya dilakukan penghalusan dengan cara
diblender dan diayak dengan ukuran -100+120
mesh dan didapat bubuk kulit jeruk baby java.
Bahan etanol 96%, isopropil alkohol 96% dan
aquadest yang digunakan pada proses pencucian
dan pengendapan (salting out) pektin dianalisa
densitasnya menggunakan picnometer.
Rangkaian alat pada proses ekstraksi Gambar 3. Rancangan Penelitian
dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Bubuk kulit jeruk 30 gr, aquadest 60 gr
dan larutan NaHSO3 (5 %w/w dan 10 %w/w)
dimasukkan kedalam labu leher tiga 1000 ml
(w/w) kemudian ditambah dengan pelarut HCl
0,075N hingga pH 2,8. Campuran tersebut
dipanaskan menggunakan alat thermostat yang
sudah di setting suhu 80oC dan kecepatan
pengadukan 600 rpm. Penghitungan waktu
ekstraksi sesuai variabel (45, 60, 75, 90 dan 120
menit) dimulai saat tercapainya kondisi operasi
percobaan. Selanjutnya dilakukan penyaringan
filtrat hasil ekstraksi menggunakan kertas saring
dengan bantuan vacuum buchner untuk
memisahkan filtrat dari residunya, Filtrat hasil
ekstraksi yang telah dingin diendapkan
Gambar 2. Rangkaian Alat Penelitian menggunakan etanol 96% atau isopropil alkohol
Keterangan: 1. Labu leher tiga, 2. Pendingin 96% dengan rasio volume solvent terhadap
balik, 3. Termometer, 4. Magnetic stirrer , 5. volume filtrat (0,5 v/v; 1 v/v; 1,5 v/v; 2 v/v; 2,5
Klem, 6. Statif, 7. Water bath, 8. Sensor, 9. v/v) selama 18 jam. Endapan pektin yang
Heater, 10. Thermostat, 11. Power terbentuk dicuci dengan etanol 96% atau
isopropil alkohol 96% (0,5 v/v; 1 v/v; 1,5 v/v; 2
v/v; 2,5 v/v) sambil dilakukan pengadukan
dengan kecepatan 600 rpm. Pektin hasil

3
pengendapan yang telah dicuci dan bebas asam dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
klorida selanjutnya dikeringkan dalam oven pada kemudian ditambah 5 ml etanol 96% dan
suhu 40oC selama kurang lebih 5 jam. aquadest 100 ml. Hasil campuran ditetesi
dengan indikator phenolptalein sebanyak 6
Analisa Pektin Kualitatif tetes kemudian diaduk dan dititrasi dengan
Menurut Sufy (2015) analisa kualitatif pektin bisa titran standar 0,1 N NaOH sampai warna
dilakukan dengan membuat larutan pektin 1% (1 campuran berubah menjadi merah muda
gram dalam 100 mL aquadest), lalu diambil 5 (pH) dan tetap bertahan selama kurang lebih
mL, kemudian ditambahkan etanol teknis dengan 30 detik. Catat volume titrasi
volume yang sama, maka akan terbentuk endapan d. Kadar metoksil
bening seperti gelatin. Ambil sebanyak 5 mL dari Penentuan kadar metoksil dilakukan dengan
larutan pektin 1% yang telah dibuat sebelumnya, penambahan 25 ml NaOH 0,1N ke dalam
lalu ditambahkan 1 mL NaOH 2 N, kemudian larutan yang dititrasi (larutan hasil
didiamkan pada suhu ruang selama 15 menit. Jika penentuan berat ekivalen) kemudian
hasil ekstraksi benar pektin, maka akan terbentuk dikocok secara perlahan, lalu didiamkan
gel atau semigel. Asamkan gel atau semigel yang selama 30 menit pada suhu kamar dalam
terbentuk pada identifikasi kedua dengan HCl 3 erlenmeyer tertutup. Sebanyak 25 ml HCl
N, lalu dikocok. Jika hasil ekstraksi benar pektin, 0,25N dan phenolptalein ditambahkan
maka akan terbentuk endapan seperti gelatin, kedalamnya kemudian dilakukan titrasi
tidak berwarna, yang menjadi putih dan hingga larutan berubah menjadi merah
bergumpal bila dididihkan (asam pektat). muda.

Analisa Pektin Kuantitatif


Menurut Nazaruddin et al., 2013) analisa
kuantitatif pektin dapat dilakukan dengan cara Keterangan:
berikut : Dimana angka 31 menunjukkan berat
a. Yield pektin molekul (BM) dari metoksil
Pektin kering yang diperoleh ditimbang e. Kadar Asam Galakturonat
beratnya untuk diketahui banyaknya pektin Kadar galakturonat dihitung dari
yang di ekstraksi. miliekivalen NaOH yang diperoleh dari

b. Kadar Air Keterangan :


Sebanyak 0,3 g sampel pektin dikeringkan di * = Diperoleh dari miliekivalen NaOH
dalam oven pada suhu 100 selama 4 jam. untuk asam bebas pada penetuan
Selanjutnya sampel didinginkan dalam berat ekivalen
desikator lalu ditimbang sampai diperoleh ** = Diperoleh dari miliekivalen NaOH
bobot yang tepat pada penentuan metoksil
Dimana angka 194 merupakan berat
terendah ekivalen dari asam pektat.
f. Derajat Esterifikasi
Keterangan : Derajat esterifikasi (DE) dari pektin
Wa = bobot sebelum dikeringkan (gram) dapat dihitung dari kadar metoksil dan
Wb = bobot setelah dikeringkan (gram) kadar galakturonat yang telah diperoleh.
c. Berat Ekivalen
Berat ekivalen ditentukan dengan
menimbang 0,5 g pektin yang diperoleh lalu

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, kulit jeruk baby java Semakin tinggi rasio solvent terhadap jumlah
diekstraksi untuk mengkaji pengaruh rasio filtrat pektin yang dihasilkan akan semakin
volume filtrat hasil ekstraksi terhadap volume meningkat. Semakin lama waktu ekstraksi maka
jenis solvent (v/v), waktu ekstraksi, serta semakin lama terjadinya kontak antara bahan
konsentrasi %NaHSO3 terhadap pektin kulit baku kulit jeruk baby java dan pelarut, sehingga
jeruk baby java sesuai dengan standar IPPA akan memberikan kesempatan yang lebih besar
(International Pektin Producers Assosiation). untuk menghidrolisis protopektin yang terdapat
Hasil pektin yang telah didapat dianalisa dalam bahan dan akan meningkatkan rendemen
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif pektin yang dihasilkan (Desmawarni, 2017).
meliputi yield, kadar air, berat ekivalen, kadar Namun pada waktu ekstraksi 120 menit adanya
metoksil, kadar galakturonat dan derajat penurunan jumlah yield pektin yang dihasilkan,
esterifikasi. Data hasil Analisa karakteristik karena apabila waktu ekstraksi yang terlalu lama
pektin dapat dilihat pada tabel 2 dan 3. menyebabkan pektin sudah terdegradasi (Aji,
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa 2017). Pektin akan mengalami degradasi menjadi
semakin lama waktu ekstraksi yield pektin yang asam pektat. Asam pektat bersifat tidak larut
dihasilkan juga semakin tinggi. Menurut Sari dalam air dan tidak membentuk gel (Puspitasari,
(2012) rasio volume solvent pengendap terhadap 2017) . Waktu ekstraksi 90 menit dijadikan
volume filtrat yang sering digunakan yaitu 1,5 sebagai variabel tetap dalam mengkaji pengaruh
(v/v) dengan suhu ekstraksi 800C. rasio volume solvent terhadap volume filtrat
Tabel 2. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap karena dihasilkan jumlah pektin yang maksimum.
yield pektin yang dihasilkan (Rasio solvent
pengendap terhadap filtrat hasil ekstraksi 1,5
(v/v))

1. Pengaruh rasio volume solvent terhadap


volume filtrat pada yield, kadar air, berat
ekivalen, kadar metoksil, kadar
galakturonat dan derajat esterifikasi
pektin yang dihasilkan

Tabel 3. Pengaruh Rasio Volume Filtrat terhadap Volume solvent pada Karakterisasi Pektin

Rasio Solvent terhadap Filtrat


No. Karakteristik 0,5 v/v 1 v/v 1,5 v/v 2 v/v 2,5 v/v
Etanol IPA Etanol IPA Etanol IPA Etanol IPA Etanol IPA
1 Yield (%) 21,97 25,06 24,57 26,55 26,18 27,78 28,33 31,06 34,89 36,67
2 Kadar Air (%) 4,13 4,96 6,67 7,60 7,73 8,72 8,86 9,56 10,44 10,95
Berat Ekivalen 676,89 686,16 686,05 695,58 705,49 715,57 715,30 725,67 735,29 746,27
3 (mg)
Kadar Metoksil 8,68 9,11 9,18 9,49 9,30 9,80 9,61 9,92 9,73 10,17
4 (%)
Kadar
Galakturonat 69,68 74,50 70,03 76,15 72,38 77,50 75,94 80,97 77,27 83,14
5 (%)
Derajat 68,02 66,88 69,98 68,24 71,65 69,27 75,63 73,72 78,83 76,56
6 Esterifikasi (%)

5
Gambar 4. Grafik Hubungan antara rasio Gambar 5. Grafik Hubungan antara rasio volume
volume solvent terhadap volume filtrat pada solvent terhadap volume filtrat pada kadar air
yield pektin pektin

Berdasarkan tabel 3 dan gambar 4 dapat Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat


dilihat bahwa rasio volume solvent terhadap bahwa rasio solvent terhadap jumlah filtrat
volume filtrat semakin besar yield pektin yang semakin besar maka akan semakin tinggi pula
kadar air yang terkandung dalam pektin tersebut
dihasilkan juga meningkat. Hal ini sesuai dengan
hal ini sesuai dengan teori yang ada. Semakin
teori yang ada, bahwa semakin tinggi rasio tinggi rasio jumlah solvent terhadap filtrat maka
solvent terhadap jumlah filtrat pektin yang larutan tersebut akan semakin encer atau
dihasilkan akan semakin meningkat (Sari, 2012). memiliki volume cairan yang semakin banyak
Yield pektin yang dihasilkan menggunakan sehingga pada waktu dan cara pengeringan yang
solvent pengendap isopropil alkohol lebih tinggi sama, pektin akan mengandung lebih banyak
dibandingkan etanol karena titik didih etanol kadar air karena cairan yang menguap hanya
lebih rendah dari isopopropil alkohol sehingga sedikit dibandingkan dengan rasio yang lebih
etanol akan bersifat lebih volatil. Oleh karena itu rendah (Augustia, 2018) (kadar etanol dan
ketika kedua jenis solvent mendapat perlakuan isopropil alkohol teknis 96% air 4%).
yang sama terdapat kemungkinan bahwa ada Kadar air pektin dengan solvent
sebagian etanol yang telah menguap sebelum pengendap etanol lebih rendah dibandingkan
tercampur dengan sempurna oleh filtrat selama dengan isopropil alkohol karena titik didih etanol
proses pengadukan (Luthfi, 2016). Selain itu lebih rendah dari pada isopropil alkohol yang
pengendapan dengan isopropil alkohol lebih menyebabkan etanol lebih bersifat volatil
efisien dibanding etanol karena isopropil alkohol sehingga ketika kedua jenis solvent mendapat
memiliki atom karbon yang mengikat gugus perlakuan yang sama yaitu pada waktu dan cara
hidroksil (-OH) yang juga berikatan dengan dua pengeringan menyebabkan etanol menguap
karbon lain. Hal ini menyebabkan isopropil terlebih dahulu dibanding isopropil alkohol
alkohol bersifat polar dan dapat membentuk sehingga kadar air dalam isopropil alkohol lebih
ikatan hidrogen dengan molekul air sehingga besar (Thoha, 2012). Tercapainya kadar air
gugus (-OH) pada isopropil alkohol dapat dengan pektin minimun pada penambahan rasio volume
mudah menarik molekul air dalam pektin dan solvent terhadap volume filtrat sebesar 0,5 (v/v)
menyebabkan pektin yang mengendap lebih dengan kadar 4,13% etanol dan 4,96% isopopil
banyak. ( Jian et al, 2014). Tercapainya yield alkohol. Sedangkan kadar air pektin maksimum
maksimum pada penambahan rasio volume pada penambahan rasio volume solvent terhadap
solvent terhadap volume filtrat sebesar 2,5 (v/v). volume filtrat sebesar 2,5 (v/v) dengan kadar
10,44% etanol dan 10,95%. Kadar air pektin yang
dihasilkan sesuai dengan standar IPPA
(International Pektin Producers Assosiation)
yaitu maksimal 12%.

6
Gambar 6. Grafik Hubungan antara
rasio volume solvent terhadap volume filtrat Gambar 7. Grafik Hubungan antara rasio
pada berat ekivalen pektin volume solvent terhadap volume filtrat pada
kadar metoksil pektin
Berdasarkan gambar 6 dapat dilihat
bahwa Semakin besar rasio volume solvent Kadar metoksil pektin memiliki peranan
terhadap volume filtrat maka berat ekivalen penting dalam menentukan sifat fungsional
akan semakin besar pula. Berat ekivalen larutan pektin dan dapat mempengaruhi struktur
pektin merupakan jumlah asam galakturonat dan tekstur dari gel pektin (Tuhuloula, 2013).
bebas yang tidak teresterifikasi dalam rantai Berdasarkan gambar 7 dilihat bahwa kadar
molekul pektin. Hal ini sesuai dengan metoksil paling tinggi dihasilkan pada rasio
Lumbantoruan (2014) menyatakan bahwa solvent 2,5 v/v dengan etanol sebesar 9,73% dan
utuk isopropil alkohol sebesar 10,17%. Pektin
menurunnya berat ekivalen disebabkan oleh
yang mempunyai kandungan metoksil lebih dari
kadar air dari pektin yang dihasilkan. 7% merupakan pektin bermetoksil tinggi yang
Semakin rendah kadar air pektin maka berat dapat membuat jelly lebih cepat (Sulihono,
ekivalennya juga akan semakin rendah 2012). Kadar metoksil yang baik didapat pada
karena kemungkinan terjadinya solvent isopropil alkohol daripada solvent etanol
depolimerisasi pektin yaitu terjadinya dikarenakan gugus OH dalam isopropil
hidrolisisnya polimer pektin sehingga rantai membantu melarutkan molekul polar dan gugus
molekulnya menjadi lebih pendek. Semakin alkilnya -CH2- tidak dapat mengikat bahan
pendek rantai polimer pektin akan semakin nonpolar (Thoha, 2012). Isopropil alkohol
memudahkan pengeringan karena merupakan senyawa alkohol yang memiliki atom
kandungan air yang terperangkap di karbon yang mengikat gugus hidroksil (-OH)
yang juga berikatan dengan dua karbon lain. Hal
dalamnya akan semakin sedikit. Selain itu
ini menyebabkan isopropil alkohol bersifat polar
pada saat ekstraksi dengan suhu yang cukup dan dapat membentuk ikatan hirogen dengan
tinggi antara 80 – 900C dapat menyebabkan molekul air yang mana menyebabkan pektin
proses deesterifikasi pektin menjadi asam berbobot molekul tinggi atau dapat dikatakan
pektat. Proses deesterifikasi tersebut akan bermetoksil tinggi (Zaelanie et al., 2011). Dilihat
meningkatkan jumlah gugus asam bebas. dari fenomena yang terjadi, kadar metoksil yang
Peningkatan jumlah gugus asam bebas didapat sudah sesuai dengan teori yang ada, yang
tersebut dapat menyebabkan berat ekivalen mana kadar metoksil berdasakan standar IPPA
menurun (Sufy, 2015). Berat ekivalen pektin harus melebihi 7%.
yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar
676,89 mg – 746,27 mg hal ini masih sesuai
dengan standar IPPA (International Pektin
Producers Assosiation) yang ditetapkan
yaitu 600-800 mg.

7
Gambar 8. Grafik Hubungan antara rasio volume Gambar 9. Grafik Hubungan antara rasio volume
solvent terhadap volume filtrat pada kadar solvent terhadap volume filtrat pada derajat
galakturonat pektin esterifikasi pektin

Berdasarkan gambar 8 dapat dikatakan Derajat esterifikasi merupakan persentase


bahwa kadar asam galakturonat optimum jumlah residu asam D-galakturonat yang gugus
dihasilkan pada rasio solvent 2,5% (v/v). Kadar karboksil nya teresterifikasi dengan alkohol
asam galakturonat dengan solvent etanol yang (Tuhuloula, 2013). Berdasarkan gambar 9 derajat
dihasilkan adalah 77,27 %. Kadar asam esterifikasi tertinggi didapatkan pada solvent
galakturonat dengan solvent isopropil alkohol etanol yaitu sebesar 78,83% serta derajat
yang dihasilkan adalah 83,14%. esterifikasi yang didapatkan menggunakan
Berdasarkan fenomena penelitian, solvent isopropil alkohol sebesar 76,56% pada
didapat kadar asam galakturonat sudah rasio solvent terhadap filtrat 2,5 (v/v).
memenuhi standar IPPA karena kadar yang Berdasarkan teori yang ada menurut Fitria
didapatkan dengan menggunakan solvent etanol (2013), pektin dengan derajat esterifikasi di atas
dan isopropil alkohol sudah diatas 65 %. Menurut 50% dinamakan pektin bermetoksil tinggi.
standar International Pectin Producers Derajat esterifikasi pada solvent etanol lebih
Association (IPPA) kadar galakturonat minimal besar daripada isopropil alkohol dikarenakan
65%. Kadar galakturonat pektin dapat dengan semakin rendah kadar metoksil pada
dipengaruhi oleh sumber bahan baku, pelarut, dan pektin maka derajat esterifikasi yang didapatkan
metode ekstraksi yang digunakan (Fitria, 2013). akan besar, begitupula sebaliknya . Pada
Menurut Maulana (2015), selain asam penelitian kami didapat kadar metoksil yang
galakturonat, pektin juga mengandung senyawa- rendah pada solvent etanol maka derajat
senyawa lain yaitu gula netral seperti D- esterifikasi yang didapatkan besar. Berdasarkan
galaktosa, L-arabinosa, dan L-ramnosa, dan jenis standar mutu pektin atau IPPA, dapat dikatakan
gula lainnya. Senyawa-senyawa non uronat pektin ester tinggi apabila lebih dari 50%.
tersebut dapat terbawa pada saat proses Menurut Fitriani (2011), pektin dengan derajat
penggumpalan pektin, yang dapat mempengaruhi esterifikasi lebih dari 50% akan membentuk gel
komposisi senyawa pektin. Metode ekstraksi dengan baik dengan suhu ekstraksi 80oC.
yang digunakan juga dapat mempengaruhi Semakin tinggi derajat esterifikasi pektin,
komposisi senyawa pektin yang berpengaruh kekuatan gel yang terbentuk semakin baik. Pada
terhadap kadar galakturonat (Fitria,2013). fenomena penelitian kami sudah sesuai dengan
teori yang ada yang mana derajat esterifikasi
yang didapatkan lebih dari 50% untuk kedua
solvent yang digunakan.

8
2. Pengaruh NaHSO3 pada pektin kelabu. Pektin hasil ekstraksi pada penelitian ini
Pemerian pektin hasil ektraksi pada yang memberikan pemerian sesuai dengan
penelitian ini cenderung berbeda pada tiap pustaka yaitu pada kondisi ekstraksi dengan
kondisi ekstraksi yang dipengaruhi konsentrasi konsentrasi NaHSO3 10%w/w dan hasil terbaik
NaHSO3 terhadap massa kulit jeruk (5% w/w dan dicapai pada kondisi ekstraksi dengan
20%w/w) dan rasio volume solvent terhadap konsentrasi NaHSO3 10%w/w dan rasio volume
volume filtrat (0,5 v/v; 1 v/v; 1,5 v/v; 2 v/v; dan solvent terhadap volume filtrat 2,5 v/v.
2,5 v/v). Hasil ekstraksi pektin memberikan
warna yang cenderung coklat pada konsentrasi KESIMPULAN
NaHSO3 5%w/w sedangkan pada konsentrasi Berdasarkan penelitian pektin yang telah
NaHSO3 10%w/w menghasilkan pemerian yang dilakukan, kadar air pektin, berat ekivalen, kadar
lebih baik yaitu berwarna putih kekuningan. metoksil, kadar galakturonat dan derajat
Hasil identifikasi kualitatif warna pektin dapat esterifikasi sudah sesuai dengan IPPA
dilihat pada tabel 4 sebagai berikut. (International Pectin Producers Association).
Tabel 4. Pemerian Pektin Hasil Ekstraksi
dengan variabel tetap waktu ekstraksi selama 90 UCAPAN TERIMA KASIH
menit Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ibu Diah
Susetyo R. selaku pembimbing penelitian dari
awal hingga akhir sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan baik dan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Amri, Bahri, S. dan Tantalia. 2017. Jurnal
Teknologi Kimia Unimal. Jurusan Teknik
Kimia. Universitas Malikussaleh : Aceh
Utara
Augustia, Venitalitya A, Nugraha, Dian Ika dan
Wirawan, Sang Kompiang. 2018. Jurnal
Pengaruh Rasio Isopropil Alkohol Terhadap
Recovery dan Karakteristik Serbuk Pektin
dari Kulit Kakao. Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Gadjah Mada : Yogyakarta.
Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G.H.
danWootton. 2011.Ilmu Pangan. Edisi ke-4.
Terjemahan: Hari Purnomo dan Adiono. UI-
Press. Jakarta.
Daryono,E.D.2012.Jurnal Ekstraksi Pektin dari
Labu Siam. Jurusan Teknik Kimia, Institut
Teknologi Nasional, Malang: Jawa Timur.
Desmawarni, Dorti dan Hamzah, H.F. 2017.
Jurnal Variasi Suhu dan Waktu Ekstraksi
terhadap Kualitas Pektin dari Kulit Pisang
Tanduk. Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian, Universitas Riau :Riau
Fitria, Vita. 2013. Jurnal Karakterisasi Pektin
Hasil Ekstraksi dari Limbang Kulit Pisang
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V Kepok. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
(2014), pemerian pektin berupa serbuk kasar atau Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah :
halus, berwarna putih kekuningan dan hampir Jakarta.
tidak berbau. Menurut Food Chemicals Codex Fitriani, Vina. 2011. Jurnal Ekstraksi dan
(2004) pemerian pektin berupa serbuk kasar Karakterisasi Pektin dari Beberapa Jenis
hingga halus, berwarna putih, kekuningan atau

9
Kulit Jeruk Lemon. Fakultas Teknologi Sari, Ellyta, Praputri, Erti, Rahmat, Ade dan
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Okdiansyah, Arif. 2012. Jurnal
Hanif, Z., Zamzami, L. 2012. Jurnal Analisis Peningkatan Kualitas Pektin dari Kulit
Proses Produksi Sirup Jeruk Baby Java pada Kakao melalui Metode Ekstraksi dengan
Skala Pilot Plant. Jurusan Teknologi Penambahan NaHSO3. Jurusan Teknik
Industri Pertanian Universitas Brawijaya : Kimia Fakultas Teknologi Industri:
Jawa Timur. Universitas Bung Hatta.
Innatesari,Dian K. 2014. Emulsifier, Stabilizer Sufy, Qadrina. 2015. Jurnal Pengaruh
dan Thickeners Pektin, Dekstrin dan Sodium Variasi Perlakuan Bahan Baku dan
Alginate. Universitas Negeri Surabaya: Konsentrasi Asam terhadap Ekstraksi
Surabaya. dan Karakteristik Pektin dari Limbah
Jian H.L., X.J., Lien, W.A., Zhang,W.M., Zhang, Kulit Pisang Kepok Kuning (Musa
D.F., Sun and J.X., Jiang. 2014. balbisiana BBB). UIN Syarif
Characterization of fractional precipitation Hidayatullah
behaviour of galactomannan gums with : Jakarta.
ethanol and isopropanol. Food Sulihono, A.dan Tarihoran,B. Jurnal
Hydrocolloids. 40: 115- 121. Pengaruh Waktu, Temperatur, dan Jenis
Lumbantoruan, Deasi Indrawati Putri , Ginting, Pelarut terhadap Ekstraksi Pektin dari
Sentosa dan Suhaidi, Ismet. 2014. Jurnal Kulit Jeruk Bali (Citrus Maxima).
Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengendap dan Jurusan Teknik Kimia. Universitas
Lama Pengendapan Terhadap Mutu Pektin Sriwijaya : Palembang.
Hasil Ekstraksi Dari Kulit Durian.J. Tuhuloula, Abubakar, Budiyarti, Lestari dan
Rekayasa Pangan dan Pert. 2(2) : 58-64. Fitriana, Etha Nur. 2013. Jurnal
Luthfi, R. 2016. Jurnal Pembuatan Pektin dari Karakterisasi Pektin Dengan
Belimbing Wuluh. Universitas Memanfaatkan Limbah Kulit Pisang
Muhammadiyah: Surakarta. Menggunakan Metode Ekstraksi.
Maulana, Syukron. 2015. Jurnal Ekstraksi dan Konversi. 2(1): 21-26.
Karaterisasi Pektin dari Limbah Kulut Thoha, M.Yusuf, Siranggang,Anton Freddy
Pisang Uli (Musa paradisiaca L.AAB). UIN dan Hutahayan, Daniel R.S. 2012.
Syarif Hidayatullah : Jakarta. Jurnal Pengaruh Pelarut Isopropil
Munawaroh, S. dan Handayani, A. 2012. Jurnal Alkohol 75% dan Etanol 75% Terhadap
Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus Ekstraksi Saponin dari Biji Teh dengan
hystrix D.C.) dengan Pelarut Etanol dan N- Variabel Waktu dan Temperatur.
Heksana. Jurnal Kompetensi Teknik. 1(2): Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
73-78. Universitas Sriwijaya : Palembang.
Perina I, Satiruiani, E.S., Felycia dan H., Herman. Widiastuti, Diah Restu. 2015. Jurnal
2009. Jurnal Ekstraksi Pektin dari Berbagai Ekstraksi Pektin Kulit Jeruk Bali
Macam Kulit Jeruk. Jurnal Widya Teknik . dengan Microwave Assisted Extraction
6(1): 1-10. dan Aplikasinya Sebagai Edible Film.
Puspitasari, Desy Ayu. 2017. Jurnal Pemanfaatan Universitas Negeri Semarang:
Pektin Dari Kulit Jeruk Sebagai Bahan Baku Semarang.
Pembuatan Komposit dengan Penambahan Zaelanie, K., T, Susanto dan BW, Simon.
Kitosan Laktat. Universitas 2011. Jurnal Ekstraksi dan permurnian
Muhammadiyah: Surakarta. alginat dari Sargassum filipendula.
Putri, Dinda Ayu.2018. Ekstraksi Senyawa Kajian dan bagian tanaman, lama
Polifenol Kulit Jeruk Baby Java ekstraksi dan konsentrasi isopropanol.
Menggunakan Metode Ekstraksi Jurnal Teknologi Pertanian. 2(1): 10-27.
Maserasi.Universitas Brawijaya : Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai