Anda di halaman 1dari 7

Optimasi Ekstraksi Pektin dari Limbah Kulit Pisang Kepok Menggunakan

Pre-Treatment Hidrolisis Eco Enzyme

Helmi Kusuma
20 644 008

Ir. Arief Adhiksana, S.ST., M.T. dan Firman, S.T., M.Eng.

Program Studi Diploma IV Teknologi Kimia Industri


Jurusan Teknik Kimia

Abstrak
Kulit pisang mengandung pektin yang cukup banyak, sekitar 1,92-3,25%. Pada penelitian ini dilakukan optimasi
ekstraksi pektin dari limbah kulit pisang kepok menggunakan pre-treatment hidrolisis eco enzyme yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi optimum variabel bebas berupa volume eco enzyme, volume pelarut, dan waktu ekstraksi
terhadap rendemen pektin. Proses ekstraksi dilakukan dengan pre-treatment maserasi menggunakan eco enzyme,
kemudian dilakukan ekstraksi. Desain rancangan percobaan dibuat dengan model Box Behnken dimana level eco
enzyme ditetapkan pada 20, 40, dan 60 mL, level rasio bahan baku terhadap pelarut ditetapkan pada 1:20; 1:25; dan
1:30 g/mL, level waktu ekstraksi ditetapkan pada 120, 180, dan 240 menit. Diperoleh hasil optimasi RSM dengan
variabel 59,658 mL volume eco enzyme; 1:254 g/mL rasio, dan 238,761 menit waktu ekstraksi dengan hasil prediksi
rendemen pektin sebesar 6,946%. Hasil ekstraksi dianalisa dengan uji kualitatif (metode test dan uji FTIR) dan uji
kuantitatif dimana analisa pektin diwakili oleh sampel rancangan percobaan nomor 6 dengan variasi 40 mL eco
enzyme, 1:20 g/mL rasio, dan 240 menit waktu ekstraksi dengan rendemen sebesar 6,806% (kadar air sebesar 8,4%;
kadar abu sebesar 4,833%; berat ekivalen sebesar 1250 mg; kadar metoksil sebesar 4,03%; kadar asam galakturonat
sebesar 36,96%; dan derajat esterifikasi sebesar 7,21%).

Kata kunci: eco enzyme, kulit pisang, pektin, rasio, waktu ekstraksi.

Abstract
Banana peel contains quite a lot of pectin, around 1.92-3.25%. In this study, the optimization of pectin extraction
from kepok banana peel waste using eco enzyme hydrolysis pre-treatment aims to determine the optimum
conditions of independent variables in the form of eco enzyme volume, solvent volume, and extraction time on pectin
yield. The extraction process was carried out by pre-treatment maceration using eco enzyme. The design of the
experimental design was made with Box Behnken model where the level of eco enzyme was set at 20, 40, and 60 mL,
the level of raw material to solvent ratio was set at 1:20; 1:25; and 1:30 g/mL, the level of extraction time was set at
120, 180, and 240 minutes. RSM optimization results were obtained with variable at 59.658 mL eco enzyme volume;
1:25.4 g/mL ratio; and 238.761 minutes extraction time with a predicted pectin yield of 6.887%. The extraction
results were analyzed by qualitative tests (test method and FTIR test) and quantitative tests where the pectin
analysis was represented by experimental design sample number 6 with variations of 40 mL eco enzyme, 1:236
g/mL ratio, and 240 minutes of extraction time with a yield of 6.806% (moisture content of 8.4%; ash content of
4.833%; equivalent weight of 1250 mg; methoxyl content of 4.03%; galacturonic acid content of 36.96%; and
degree of esterification of 7.21%).

Keywords: banana peel, eco enzyme, extraction time, pectin, ratio.

I. Pendahuluan pisang (Darmodjo, 2021). Sehingga dapat


Pisang merupakan salah satu buah yang banyak diperkirakan sebanyak 42.520,667 ton limbah kulit
diproduksi di Indonesia. Salah satu daerah penghasil pisang. Kulit pisang memiliki banyak potensi untuk
pisang, yaitu Provinsi Kalimantan Timur, mampu dimanfaatkan, diantaranya sebagai sumber pektin
menghasilkan pisang sebanyak 127.562 ton pada (Adhiksana dkk., 2017).
2022 (Badan Pusat Statistik, 2023). Pisang Kulit pisang merupakan limbah industri rumah
menghasilkan dua per tiga bagian yang dapat tangga yang belum termanfaatkan dengan baik
dikonsumsi dan sisanya, yakni satu per tiga meskipun telah dilakukan penelitian yang
bagiannya merupakan limbah pisang berupa kulit menggunakan kulit pisang sebagai bahan bakunya.

1
Tingginya industri produk olahan pisang membuat dengan variasi waktu ekstraksi 40, 60, 80, 100, dan
limbah kulit pisang khususnya jenis pisang kepok 120 menit. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil
menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan penelitian terbaik pada variasi waktu ekstraksi 80
di masyarakat (Azis dkk., 2020). menit dengan rendemen pektin sebesar 29,55%
Limbah kulit pisang kepok mengandung berbagai dengan karakteristik kadar metoksil 3,73%, dan kadar
komponen yang dapat dimanfaatkan seperti galakturonat 44,28%. Pada penelitian ini rendemen
karbohidrat sebesar 59%, protein 0,9%, lemak kasar yang dihasilkan sudah cukup tinggi dengan
1,7%, serat kasar 31,7%, dan air 6,7%. Kulit pisang karakteristik yang sudah memenuhi standar mutu
mengandung pektin dalam konsentrasi yang cukup pektin. Namun, variabel pada penelitian tersebut
tinggi. Kandungan pektin pada kulit pisang sekitar masih perlu untuk dioptimasi.
1,92 sampai 3,25% dari berat kering. Senyawa pektin Selanjutnya, pemanfaatan eco enzyme pada proses
dapat diperoleh dengan proses ekstraksi ekstraksi pektin pernah diteliti oleh Jaslani (2023).
menggunakan pelarut salah satunya pelarut asam Pada penelitian tersebut limbah kulit pisang kepok
(Azis dkk., 2020). Proses ekstraksi dapat dilakukan diekstrak dengan pelarut HCl 0,2 N dan
dengan bantuan pre-treatment hidrolisis berbantukan menggunakan metode konvensional pada massa
eco enzyme (Yang et al., 2018). bahan baku 20 g, suhu ekstraksi 60C, ukuran
Pektin dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang partikel -80+100 mesh, waktu pengendapan ± 12 jam,
industri. Pektin digunakan sebagai pembentuk gel, rasio bahan baku terhadap pelarut 1:20 gr/mL, dan
pengental, dan penstabil untuk produk makanan waktu ekstraksi 120 menit dengan variasi volume eco
seperti selai dan jeli. Aplikasinya juga diperluas enzyme 20, 30, 40, 50 dan 60 mL. Dari penelitian
untuk minuman seperti jus buah dan minuman ringan tersebut diperoleh hasil terbaik pada variasi
(Rivadeneira et al., 2022). Selain itu, pektin juga penambahan eco enzyme sebanyak 50 mL dengan
dimanfaatkan sebagai pengemulsi jus buah dan rendemen pektin sebesar 6,74% beserta karakteristik
minuman susu sebagai sumber serat pangan alami. kadar air 7,89%, kadar abu 7,9%, berat ekivalen
Pektin juga memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh 2073,82 mg, kadar metoksil 22,8% (pektin metoksil
jika dikonsumsi, yakni peranannya dalam tubuh tinggi), kadar asam galakturonat 137,91%, dan
mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah derajat esterifikasi 93,86% (pektin ester tinggi). Hasil
(Azis dkk., 2020). dari penelitian tersebut masih belum maksimal atau
Variasi rasio bahan baku terhadap pelarut telah memiliki kelemahan karena pada penambahan
dilakukan pada penelitian Erawati (2009) yang volume eco enzyme sebanyak 60 mL tidak terjadi
mengekstraksi pektin dari kulit pisang dengan pelarut peningkatan rendemen. Hal tersebut terjadi karena
asam, yaitu asam sitrat, HCl, dan H 2SO4 dengan pektin mengalami degradasi pada saat proses
metode konvensional pada massa bahan baku 25 ekstraksi yang disebabkan waktu ekstraksi yang
gram, suhu ekstraksi 90C, waktu ekstraksi 1 jam, berlebih membuat penambahan eco enzyme justru
ukuran partikel 60 mesh, suhu evaporasi 70C, dan akan mendegradasi pektin.
waktu pengendapan 2 jam. Sedangkan variasi rasio Pada penelitian ini telah dikembangkan penelitian
bahan baku terhadap pelarut asam sitrat 1:15; 1:20; pembuatan pektin berbahan daasar kulit pisang dari
dan 1:25 gr/mL dan variasi bahan baku terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, dengan
pelarut HCl 1:15; 1:20; dan 1:25 gr/mL, dan variasi mengoptimalkan variabel proses dimana proses
rasio bahan baku terhadap pelarut H2SO4 1:15; 1:20; ekstraksi pektin didahului dengan pre-treatment
dan 1:25 gr/mL. Dari penelitian tersebut diperoleh hidrolisis berbantukan eco enzyme. Proses ekstrak
hasil penelitian terbaik dengan menggunakan pelarut pektin berbantukan eco enzyme masih perlu
HCl pada rasio 1:25 g/mL dengan rendemen pektin dioptimalkan karena pada kondisi operasi yang
sebesar 19,73% dengan karakteristik kadar air 7,93%, berlebih pektin justru dapat mengalami degradasi
berat ekivalen 17967,8 gr/mol, kadar metoksil gugus metil ester menjadi asam karboksilat oleh asam
30,95%, kadar abu 2,36%, kadar asam anhidouronat (Latupeirissa dkk., 2019). Tujuan dari penelitian ini
39,36%, dan total gula 10,29%. Hasil penelitian adalah untuk mengetahui kondisi optimum 3 variabel
tersebut sudah baik dalam mengekstraksi pektin pada bebas, yakni variasi volume eco enzyme, rasio bahan
kulit pisang menggunakan variasi rasio bahan baku baku terhadap pelarut, dan waktu ekstraksi
terhadap pelarut karena dapat menghasilkan menggunakan Response Surface Methodology pada
rendemen yang lebih tinggi pada variasi yang lebih ekstraksi pektin terhadap rendemen. Selain itu, juga
tinggi. Namun demikian, berat ekivalen masih belum untuk mendapatkan karakteristik pektin yang
memenuhi standar mutu pektin. mengacu pada standar mutu International Pectin
Kemudian, untuk waktu ekstraksi telah dilakukan Producers Association (IPPA 2002). Manfaat dari
pada penelitian (Satibi & Rahmi, 2014) yang penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai
mengekstraksi pektin pada kulit pisang kepok dengan ekonomis dari kulit buah pisang kepok.
pelarut HCl 0,1 N dan menggunakan metode Pektin adalah hidrokoloid heterogen yang terdapat
konvensional pada massa bahan baku 15 gram, suhu pada dinding sel primer dan lamela tengah pada
ekstraksi 90C, dan waktu pengendapan 12 jam semua tanaman dikotil, lebih banyak terdapat pada

2
bagian kulit buah dibandingkan pada bagian dalam NaOH 0,25 N, HCl 0,2 N, HCl 0,25 N, kertas saring,
(Gambar 1). Istilah pektin diterapkan untuk alumunium foil, paper indicator universal, dan
mengidentifikasi polimer yang bervariasi dalam indikator Phenol Phthalein (PP).
kandungan gula, berat molekul, dan konfigurasi Alat yang digunakan
kimia, karena pektin memiliki sifat fungsional Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbeda dari tanaman yang berbeda pula. Berikut blender, neraca analitik, ayakan (70, 80, dan 100
adalah standar mutu pektin berdasarkan standar mutu mesh), gelas beaker, erlenmeyer vakum, labu ukur,
International Pectin Producers Association (2002) pipet ukur, pipet tetes, corong kaca, oven, bulb,
yang dikutip dari (Picauly & Tetelepta, 2021) pada cawan porselen, cawan petri, spatula, batang
Tabel 1. pengaduk, pompa vakum, corong buchner, kaca
arloji, furnace, desikator, pisau, kompor listrik, dan
kondensor.

Cara Penelitian

Tabel 2. Desain Eksperimen


Level
Variabel
-1 0 1
Variabel Bebas
Gambar 1. Struktur Dinding Sel Tumbuhan Rasio (g/mL) 1:20 1:25 1:30
Eco Enzyme (mL) 20 40 60
Tabel 1. Standar Mutu Pektin Berdasarkan Standar Mutu Waktu Ekstraksi 120 180 240
IPPA (menit)
Faktor Mutu Kandungan Variabel Respon Constraint
Kadar Air Maks 12% Rendemen (%) Maximum
Kadar Abu Maks 10%
Berat Ekivalen 600-800 mg
Memotong, mencuci bersih, menjemur di bawah
Kandungan Metoksi:
- Pektin Metoksi Tinggi >7,12% sinar matahari, dan mengeringkan kulit pisang ke
- Pektin Metoksi Rendah 2,5-7,12% dalam oven untuk selanjutnya menghaluskan dan
Kadar Asam Galakturonat Min 35% mengayak (-80 + 100 mesh) kulit pisang. Dilakukan
Derajat Esterifikasi untuk: pre-treatment dengan memasukkan 20 gram serbuk
- Pektin Ester Tinggi Min 50% kulit pisang ke dalam gelas beaker yang ditambahkan
- Pektin Ester Rendah Maks 50% dengan variasi volume eco enzyme yang telah
Kekuatan Gel Min 150 grade ditentukan pada Tabel 2. Lalu dimaserasi dan diaduk
Bilangan Asetil 0,15-0,45% menggunakan stirrer selama 60 menit. Selanjutnya
ekstraksi dilakukan pada rasio bahan baku terhadap
Pemecahan dinding sel adalah langkah penting pelarut dengan waktu ekstraksi yang telah ditetapkan
dalam ekstraksi, banyak senyawa bioaktif yang ada di pada Tabel 2 pada suhu 60 ℃ menggunakan kompor
dalam dinding sel. Proses ekstraksi dengan listrik. Menyaring campuran yang telah dipanaskan
berbantuan enzim mampu untuk menghidrolisis menggunakan corong yang dilapisi dengan kertas
dinding sel dan mengganggu struktural dinding sel saring di atas erlenmeyer vakum dan dibantu dengan
tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi pompa vakum. Kemudian, mengambil filtrat hasil
pektin adalah pre-treatment, pH, waktu ekstraksi, ekstraksi dan menambahkan etanol 96%
suhu, pelarut, ukuran partikel, dan rasio bahan baku menggunakan perbandingan filtrat dengan etanol
terhadap pelarut (Cheng et al., 2015). sebesar 1:1 untuk mengendapkan pektin. Lalu,
menyaring pektin yang telah diendapkan
II. Metodologi menggunakan corong yang dilapisi dengan kertas
Waktu dan Tempat Penelitian saring di atas erlenmeyer vakum dan dibantu dengan
Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan pompa vakum. Setelah itu, mengambil pektin kering
September hingga November 2023. Penelitian ini dan dimurnikan dengan mencucinya menggunakan
dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik Kimia etanol 96%. Mengeringkan pektin pada suhu 40 ℃
Politeknik Negeri Samarinda. Analisa dilakukan di selama 8 jam. Parameter yang diamati meliputi uji
Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Politeknik kuantitatif dan kualitatif. Uji kuantitatif, yakni
Negeri Samarinda. rendemen, kadar air, kadar abu, berat ekivalen, kadar
metoksil, kadar galakturonat, derajat esterifikasi.
Bahan yang digunakan Sedangkan uji kualitatif, yakni metode test dan FTIR.
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu kulit pisang kepok yang diperoleh dari penjual III. Hasil dan Pembahasan
olahan keripik pisang yang ada di daerah Samarinda. Sebanyak 17 percobaan dilakukan sesuai dengan
Bahan kimia aquadest, etanol 96%, NaOH 0,1 N, kondisi yang diatur oleh BBD seperti terlihat pada

3
Tabel 3. Hasil percobaan menunjukkan rendemen diselidiki pengaruh dari ketiga variabel tersebut
pektin berkisar antara 0,637-6,806%. Percobaan 16 menggunakan BBD (Box Behnken Design).
menghasilkan rendemen pektin tertinggi sebesar Rendemen pektin dipilih sebagai variabel respon
6,806% dan percobaan 10 menghasilkan rendemen yang merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
pektin terendah sebesar 0,637%. Ekstraksi dilakukan (Jaslani, 2023). Variabel respon berfungsi untuk
dengan menggunakan variabel bebas berupa rasio mengetahui dampak ketiga variabel bebas dan untuk
bahan baku terhadap pelarut (g/mL), volume eco menentukan formula untuk mendapatkan nilai
enzyme (mL), dan waktu ekstraksi (menit) yang akan variabel respon yang optimal.

Tabel 3. Hasil Rendemen Pektin


Eco Waktu Rendemen
Ru Rasio
Enzym Ekstraks
n (g/mL) Aktual Prediksi
e (mL) i (menit)
1 1:20 20 180 2,02 2,26
2 1:20 40 120 1,698 2,07
3 1:25 40 180 5,882 3,41
4 1:30 60 180 5,372 5,13
5 1:30 40 120 2,78 2,85
6 1:25 40 180 6,215 3,41
7 1:25 20 120 0,901 0,2934
8 1:25 40 180 1,276 3,41
9 1:25 20 240 3,746 3,58
10 1:30 20 180 0,637 1,18
11 1:25 60 120 3,124 3,29
12 1.30 40 240 5,59 5,22
13 1:25 40 180 1,326 3,41
14 1:25 60 240 6,447 7,05
15 1:20 60 180 5,32 4,78
16 1:20 40 240 6,806 6,74
17 1:25 40 180 2,334 3,41

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa bahwa model yang terpilih, yaitu model linear karena
model terpilih berdasarkan beberapa parameter, yaitu model linear memiliki nilai PRESS paling rendah,
model yang memiliki nilai PRESS (Prediction yaitu 38,77 dan memiliki nilai Adjusted R2 sebesar
Residuals Error Sum of Square) terendah dan nilai 0,5176 serta nilai Predicted R2 sebesar 0,4882.
Adjusted R2 serta Predicted R2 yang paling mendekati Tetapi, pada permodelan kali ini dipilih model
1. Nilai PRESS menunjukkan prediksi kecilnya quadratic dengan tujuan mengoptimalkan variabel
kesalahan model terpilih sehingga semakin kecil nilai berubah untuk mendapatkan variabel respon
PRESS, maka prediksi kesalahan data semakin kecil. optimum.
Tabel hasil model summary statistics menunjukkan

Tabel 4. Analisis Model Summary Statistics


Std. Adjuste Predicte
PRES
Source Dev R2 d d
S
. R2 R2
Linear 1,51 0,6080 0,5176 0,4882 38,77 Suggested
2FI 1,67 0,6330 0,4128 0,3979 45,62
Quadrati
1,92 0,6594 0,2214 0,1301 65,90
c
Qubic 2,45 0,6828 -0,2690 Aliased

Berdasarkan Tabel 5 didapatkan persamaan model Berdasarkan persamaan 1 menunjukan bahwa


untuk variabel respon, yaitu sebagai berikut: variabel respon akan meningkat berbanding lurus
Rendemen = 3,41 + 1,62A – 0,1831B + 1,76C + dengan peningkatan volume eco enzyme dan waktu
0,3588AB + 0,1195AC – 0,5745BC – 0,3667A2 + ekstraksi yang ditunjukkan dengan nilai konstanta
0,2973B2 + 0,5146C2.................................................................................
positif. Namun, variabel respon akan mengalami
A = Volume Eco Enzyme penurunan seiring dengan peningkatan rasio yang
B = Rasio Bahan Baku terhadap Pelarut ditandai dengan nilai konstanta negatif. Kondisi yang
C = Waktu Ekstraksi ingin dicapai adalah variabel respon (rendemen
pektin) yang maksimum sehingga volume eco

4
enzyme, waktu ekstraksi, interaksi antar eco enzyme ekstraksi memiliki pengaruh terhadap pemaksimalan
dan rasio, interaksi antar eco enzyme dan rasio, variabel respon.
interaksi antar rasio, dan interaksi antar waktu

Tabel 5. Model Respon Rendemen Pektin


Coefficient D Standard 95% CI 95% CI
Factor VIF
Estimate f Error Low High
Intercep
3,41 1 0,8587 1,38 5,44
t
A 1,62 1 0,6788 0,00147 3,23 1,0000
B -0,1831 1 0,6788 -1,79 1,42 1,0000
C 1,76 1 0,6788 0,1556 3,37 1,0000
AB 0,3588 0,9600 -1,91 2,63 1,000
AC 0,1195 0,9600 -2,15 2,39 1,000
BC -0,5745 0,9600 -2,84 1,70 1,000
A2 -0,3667 0,9357 -2,58 1,85 1,01
2
B 0,2973 0,9357 -1,92 2,51 1,01
C2 0,5146 0,9357 -1,70 2,73 1,01

Grafik contour plot dan desain 3D pada Gambar 2


menunjukkan kombinasi antar komponen saling
mempengaruhi variabel respon. Berdasarkan Gambar
2 (A-C) dapat dilihat warna-warna yang berbeda pada
grafik contour plot yang menunjukkan nilai variabel
respon. Warna biru menunjukkan nilai variabel
respon terendah sebesar 0,637%, sedangkan warna
merah menunjukkan nilai variabel respon tertinggi
sebesar 6,806% (C)

Gambar 2. Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel


Respon

Berdasarkan proses optimasi, program Design


Expert 13.0 memberikan 100 solusi untuk dilakukan,
namun hanya 1 solusi yang direkomendasikan
sebagai solusi formula yang optimal dengan kondisi
proses eco enzyme 59,103 mL, rasio 1:236 g/mL, dan
(A) waktu ekstraksi 239,257 menit. Meskipun fromula
optimal tersebut bukan merupakan hasil rendemen
tertinggi dari formula lainnya, tetapi formula tersebut
yang direkomendasikan oleh RSM. Menurut (Myers
et al., 2017), desirability digunakan untuk
menentukan derajat ketepatan hasil solusi optimal.
Nilai desirability yang mendekati satu atau satu
memberi arti nilai ketepatan optimasi yang tinggi,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi proses
dengan formula optimal akan menghasilkan
(B) rendemen pektin yang memiliki karakteristik sesuai
dengan target optimasi sebesar 100% dan diprediksi

5
menghasilkan pektin dengan rendemen sebesar 6,946% (Tabel 6).

Tabel 6. Hasil Formula pada Tahap Optimasi


Rasio Bahan
Volume
Baku Waktu Desirabilit
Eco Rendemen
terhadap Ekstraksi y
Enzyme
Pelarut
59,658 1:254 238,761 6,946 1,000 Selected
59,101 1:299 238,291 6,820 1,000
57,143 1:201 231,930 7,168 1,000
Tabel 7. Karakteristik Pektin hidroksil (-OH) yang terdapat pada bilangan
Rendeme gelombang 3316,82 cm-1. Data yang diperoleh sesuai
Hasil Standar
n Faktor Mutu dengan (Devianti dkk., 2019) yang menyatakan
Analisa Mutu
(%) bahwa spektra pektin berkaitan dengan gugus -OH
Kadar Air (%) 8,4 Maks 12%
terletak pada bilangan gelombang 3200-3650 cm -1.
Kadar Abu (%) 4,833 Maks 10%
Bilangan gelombang 2924,53 cm-1 menunjukkan
Berat Ekivalen 600-800
1250 adanya serapan dari ulur -CH 3. Hal tersebut sesuai
(mg) mg
Kadar Metoksil HM = >7% dengan (Devianti dkk., 2019) yang menyatakan
4,03 bahwa gugus metil (-CH3) berada pada panjang
6,806 (%) LM = <7%
Kadar Asam gelombang 2840-3000 cm-1. Serapan khas pektin juga
Galakturonat 36,96 Min 35% dapat diketahui dengan adanya serapan yang terdapat
(%) pada panjang gelombang 1630,94 cm -1. Serapan
Derajat LE = < 50% tersebut menunjukkan serapan gugus C=O (karbonil).
7,21
Esterifikasi (%) HE = >50% Data tersebut sesuai dengan (Devianti dkk., 2019)
yang menyatakan bahwa panjang gelombang karbonil
Rendemen tertinggi dan hasil analisa pektin (C=O) berada pada panjang gelombang 1630-1850
diwakili oleh sampel rancangan percobaan pada cm-1. Jadi, karakter gugus fungsi yang dimiliki oleh
perlakuan 16 (Tabel 3) dengan variasi 40 mL eco pektin (Gambar 4.3) adalah OH, CH3, dan C=O.
enzyme, 1:20 g/mL rasio, dan 240 menit waktu
ekstraksi. Beberapa karakteristik pektin yang
dihasilkan sudah memenuhi standar mutu pektin.
Namun, untuk berat ekivalen masih belum memenuhi
standar mutu pektin, yakni sebesar 1.250 mg dengan
standar mutu pektin untuk berat ekivalen sebesar
600-800 mg. Perlakuan pre-treatment hidrolisis
berbantukan eco enzyme dan perlakuan ekstraksi
belum mampu untuk memutus ikatan polimer pada
ekstrak pektin. Penghancuran dinding sel adalah
langkah penting dalam ekstraksi banyak senyawa
bioaktif, seperti pektin, yang ada di dalam dinding Gambar 3. Hasil Analisa FTIR
sel.
Ekstraksi dengan bantuan enzim ataupun eco IV.Kesimpulan
enzyme didasarkan pada kemampuan enzim untuk Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
menghidrolisis sel komponen dinding dan memecah bahwa:
ikatan struktural dinding sel tumbuhan. Pada 1. Menurut uji ANOVA, faktor yang paling penting
penelitian ini proses pemecahan ikatan struktural dalam penelitian ini adalah volume eco enzyme
dinding bahan kulit pisang belum berjalan efektif. dan waktu ekstraksi karena memiliki pengaruh
Hal ini dapat mempengaruhi proses ekstraksi yang signifikan terhadap hasil rendemen pektin.
selanjutnya yang juga berjalan kurang efektif, yaitu Peningkatan volume eco enzyme dan waktu
hidrolisis protopektin dengan asam encer panas, ekstraksi menunjukkan terjadinya peningkatan
dimana seharusnya ikatan antara gula pada rantai rendemen pektin, sedangkan peningkatan rasio
samping dan dinding sel terputus dan pektin akan menurunkan hasil rendemen pektin. Hal
dilepaskan ke dalam media berair. Namun demikian, tersebut dinyatakan dalam persamaan berikut:
berat ekivalen yang relatif tinggi dapat memberikan Rendemen = 3,41 + 1,62A – 0,1831B + 1,76C +
efek pembentukkan gel yang lebih baik (Salma et al., 0,3588AB + 0,1195AC – 0,5745BC – 0,3667A2 +
2014). 0,2973B2 + 0,5146C2
Pada analisa pektin menggunakan FTIR yang 2. Formula optimal yang disarankan oleh RSM
terdapat pada Gambar 3 diketahui adanya gugus adalah 59,658 mL eco enzyme, 1:254 g/mL rasio

6
bahan baku terhadap pelarut, dan 238,761 menit Conference Series: Earth and Environmental
waktu ekstraksi dengan hasil prediksi rendemen Science. https://doi.org/10.1088/1755-
pektin sebesar 6,946%. 1315/883/1/012060
3. Uji kualitatif dan kuantitatif diwakili oleh sampel Rivadeneira, J. P., Wu, T., & Castillo-Israel, K. A. T.
nomor 6 dengan rendemen sebesar 6,806% pada (2022). Ultrasound-Assisted Extraction of
variasi 40 mL volume eco enzyme, 1:20 g/mL Pectin from “Saba” Banana Peel Waste:
rasio bahan baku terhadap pelarut, dan 240 menit Optimization and Rheology Study. Journal of
waktu ekstraksi. Hasil uji kuantitatif pada pektin Advanced Research in Fluid Mechanics and
pada sampel nomor 6, yakni kadar air sebesar Thermal Sciences.
8,4%; kadar abu sebesar 4,833%; berat ekivalen https://doi.org/10.37934/arfmts.98.1.106117
sebesar 1250 mg; kadar metoksil sebesar 4,03%; Salma, M., Jahan, N., Islam, M., & Hoque, M.
kadar asam galakturonat sebesar 36,96%; dan (2014). Extraction of Pectin from Lemon Peel:
derajat esterifikasi sebesar 7,21% dengan berat Technology Development. Journal of
ekivalen yang masih belum memenuhi standar Chemical Engineering, 27(2), 25–30.
mutu IPPA. https://doi.org/10.3329/jce.v27i2.17797
Satibi, L., & Rahmi, S. C. A. (2014). Pengaruh
V. Daftar Pustaka Waktu Ekstraksi Kulit Buah Pisang Kepok
Adhiksana, A., Fitriyana, & Irwan, M. (2017). dengan Pelarut HCl 0,1 N pada Pembuatan
Pemanfaatan Ultrasonik dalam Proses Ekstraksi Pektin. Konversi, 3(2), 47–53.
Pektin dari Kulit Buah Pisang dengan Pelarut Yang, Y., Wang, Z., Hu, D., Xiao, K., & Wu, J.
Asam Klorida. SNITT - Politeknik Negeri (2018). Efficient Estraction of Pectin from Sisal
Balikpapan. Waste by Combined Enzymatic and Ultrasonic
Azis, L., Nugrahini, N. I. P., & Alfilasari, N. (2020). Process. Food Hydrocolloids.
Ekstraksi Pektin dari Limbah Kulit Pisang https://doi.org/10.1016/j.foodhyd.2017.11.051
Kepok (Musa paradisiaca) Menggunakan
Pelarut Asam Sitrat. Journal of Food and
Agro-Industry.
Badan Pusat Statistik. (2023). Statistical Yearbook of
Indonesia. Statistik Indonesia 2023.
Cheng, X., Bi, L., Zhao, Z., & Chen, Y. (2015).
Advances in Enzyme Assisted Extraction of
Natural Products.
https://doi.org/10.2991/ic3me-15.2015.72
Darmodjo, V. V. (2021). Produksi Bioetanol Kulit
Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) dengan
Variasi Hidrolisis Asam dan Lama Fermentasi.
Devianti, V. A., Chrisnandari, R. D., & Darmawan,
R. (2019). Pengaruh Metode Ekstraksi
Terhadap Mutu Pektin Dari Kulit Pisang Raja
Nangka. Jurnal Kimia Riset.
https://doi.org/10.20473/jkr.v4i2.15753
Erawati, F. (2009). Ekstraksi Dan Karakterisasi
Pektin Kulit Pisang (Kajian Jenis Pelarut
Asam dan Rasio Bahan:Pelarut Asam).
Jaslani, J. (2023). Pengaruh Penambahan Eco
Enzyme pada Ekstraksi Pektin dari Kulit
Pisang Kepok. Politeknik Negeri Samarinda.
Latupeirissa, J., Fransina, E. G., Tanasale, M. F. J. D.
P., & Batawi, C. Y. (2019). Ekstraksi dan
Karakterisasi Pektin Kulit Jeruk Manis Kisar
(Citrus sp.).
Myers, R. H., Montgomery, D. C., & Anderson-
Cook, C. M. (2017). Response Surface
Methodology (Process and Product
Optimization Using Designed Experiments)
“Fourth Edition.”
Picauly, P., & Tetelepta, G. (2021). Characterization
of Pectin From Tongka Langit Banana Peels
With Various Extraction Temperature. IOP

Anda mungkin juga menyukai