Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017

Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

FORMULASI TEH CELUP FUNGSIONAL, PENGARUH JENIS TEH (HITAM


DAN HIJAU) DAN PENAMBAHAN BUBUK KULIT BUAH MANGGIS

Formulation of Functional Teabag, The Effect of Tea type (Black and Green)
and Addition of Mangosteen Peel Powder

Susinggih Wijana1*, Sucipto1, Meilinda Wulandari1


1
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Brawijaya. Jl. Veteran No.1-5 Kota Malang
Email: susinggihwijana@gmail.com

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan formula campuran terbaik antara teh (hijau dan hitam)
ditambah bubuk kulit manggis untuk meghasilkan produk teh antioksidan tinggi. Metode percobaan yang
digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua factor, faktor pertama adalah jenis teh
(teh hitam dan teh hijau) serta faktor kedua adalah proporsi bubuk kulit manggis yang ditambahkan (20,
30, dan 40% b/b) dengan ulangan 3 kali. Analisis kualitas khemis produk meliputi kadar air dan aktivitas
antioksidan, sedangkan uji organoleptik (warna, aroma dan rasa) dengan metode hedonic scale dengan
jumlah panelis agak terlatih sebanyak 25 orang. Data yang diperoleh dilanjutkan dengan Anova dan uji
beda dengan metode Duncan’s multiple range test (DMRT) dan data organoleptik diuji dengan uji
Friedman, apabila menunjukkan beda nyata dilanjutkan uji lanjut Friedman. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa formula terbaik diperoleh pada teh dengan bahan baku jenis teh hitam serta
penambahan bubuk kulit manggis sebanyak 20% b/b. Dengan karakteristik kualitas kadar air 5,65%, dan
nilai IC50 62,87 ppm. Produk teh hasil formulasi tersebut memenuhi syarat mutu SNI 03-3836-2012.

Kata kunci: formulasi, teh, kulit manggis, antioksidan

Abstract
The aim of this research was to find out the best formula of high antioxidant tea from green and
black tea with mangosteen peel flour additional. Randomized Block Design was used with two factors.
The first factor was tea types (green and black), and the second facctor was the proportion of mangosteen
flour added (20, 30 and 40% w/w) with three replications. The product chemical quality analysed
including water content and antioxidant activity, while organoleptic analysis (colour, flavour and taste)
using Hedonic scale method evaluated by 25 semi expert panelists. Chemical quality data obtained was
analysed by Anova and DMRT, and organoleptic data was evaluated by Friedman test. The result showed
that the best formula acquired by addition of 20% of mangosteen peel flour with black tea as raw
material. The product characteristics had water content of 5.65%, and IC50 value of 62.87 ppm. The
formulated tea product was in conformity to SNI 03-3836-2012.

Keywords: antioxidant, formulation, mangosteen peel, tea

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan produsen teh terbesar ke-5 di dunia pada tahun 2007, akan
tetapi pada tahun 2014 produksi teh Indonesia menurun menjadi peringkat ke-7 didunia
(Alkan, 2009). Jenis produk teh dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu teh hijau,
teh oolong, dan teh hitam. Ketiga jenis produk tersebut berbeda kandungan senyawa
aktif polifenol, diman teh hijau memiliki kandungan polifenol lebih besar dibandingkan
teh hitam dan teh oolong. Menurut Faramayuda (2010), polifenol utama dalam teh hijau
adalah senyawa katekin, merupakan senyawa antioksidan yang amat kuat dan
menguntungkan untuk kesehatan. Daun teh mengandung zat-zat yang larut dalam air,
seperti katekin, kafein, asam amino, dan berbagai gula. Setiap 100 gram daun teh

347
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

mempunyai kalori 17 kj dan mengandung 75-80% air, 16-30% katekin, 20% protein,
4% karbohidrat, 2,5-4,5% kafein, 27% serat, dan 6% pektin (Widyaningrum, 2013).
Dewasa kini semakin banyak berbagai penyakit dalam tubuh yang disebabkan
oleh adanya radikal bebas (Droge, 2002). Lebih lanjut Windono et al. (2001)
menyatakan antioksidan adalah senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi bahan
pangan melalui perlambatan kerusakan, ketengikan atau perubahan warna yang
disebabkan oleh oksidasi. Oleh sebab itu upaya formulasi teh celup fungsional kaya
antioksidan sangat dibutuhkan.
Kulit manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan bahan yang memiliki
antioksidan yang sangat tinggi, dan potensial guna menambah antioksidan pada
minuman teh yang berfungsi untuk menangkal radikal bebas. Selama ini kulit buah
manggis di Indonesia hanya digunakan untuk penyamakan kulit, zat warna makanan
dan industri tekstil. Senyawa yang terkandung dalam kulit buah manggis yaitu
xanthone, merupakan antioksidan tingkat tinggi karena kandungan antioksidannya 66,7
kali wortel dan 8,3 kali jeruk, selain itu sifat antioksidannya melebihi vitamin E dan
vitamin C (Miryanti, 2011). Hasil formulasi teh kaya antioksidan diharapkan dapat
digunakan sebagai informasi ilmiah dan alternative pengembangan industri pangan
fungsional, untuk mengatasi permasalahan penyakit degradative khususnya dampak
radikal bebas bagi masyarakat.

METODE PENELITIAN
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor.
Faktor pertama adalah jenis teh yang digunakan (teh hitam dan teh hijau), dan faktor
kedua adalah konsentrasi bubuk kulit manggis yang terdiri dari 3 level (20, 30, dan 40%
b/b), sehingga diperoleh 6 perlakuan kombinasi. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Teknologi Agrokimia, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya. Sampel
hasil formulasi dari setiap perlakuan diuji kimia meliputi kadar air dan aktivitas
antioksidan, serta uji organoleptik yang terdiri dari aroma, rasa dan warna.

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah : kulit buah manggis, teh (hitam dan
hijau) dari Perkebunan Teh Wonosari, Lawang, Malang. Bahan kimia untuk analisis
meliputi : DPPH, aquades, dan methanol,
Alat
Alat analisis yang digunakan meliputi : tunnel dryer, timbangan digital, stop
watch, blender merk Philips dengan kecepatan pisau 11.000–18.000 rpm, oven dan
spektrometer.
Prosedur penelitian
Pembuatan bubuk kulit manggis dan bubuk daun teh
Tahapan proses pembuatan bubuk mengacu pada hasil penelitian Meikasari (2015)
dengan tahapan sebagai berikut : a). kulit buah manggis segar dicuci untuk
menghilangkan kotoran dan ditiriskan selama 20 menit; b). selanjutnya dipotong kecil-
kecil dengan panjang ±1 cm dan ditimbang bobotnya; c). dikeringkan dengan
menggunakan tunnel dryer pada suhu 75oC selama 4 jam; d). ditimbang kembali untuk
mengetahui berat akhir, selanjutnya diblender dengan kecepatan 11.000-18.000 rpm
selama 10 menit; e). bubuk kulit manggis disaring dengan ayakan 60 mesh selama 10
menit, kemudian dilakukan analisa rendemen, kadar air, dan aktivitas antioksidan.

348
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Pembuatan teh formulasi


Proses formulasi teh kaya antioksidan dilakukan dengan tahapan : a).
pencampuran bubuk teh (hijau dan hitam) dengan bubuk kulit buah manggis dengan
konsentrasi 3 level (20%, 30%, 40% b/b); b). campuran bubuk teh dan bubuk kulit
manggis dibungkus dengan kertas saring (ukuran 5x5,6cm2) dan diikat benang untuk
mempermudah proses pencelupan.

Uji Kualitas Teh


Uji kualitas khemis teh celup dilakukan pada produk bubuk kering, meliputi
kadar air dan kadar antioksidan dengan IC50, sedangkan uji oprganoleptik dilakukan
terhadap air teh seduhan. Teh celup kaya antioksidan yang dihasilkan sebanyak 2 gram
dimasukkan dalam cangkir, dituang dengan 200 ml air panas (suhu 80-900C) selama 2-
3 menit. Air seduhan yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk uji organoleptik
(rasa, aroma dan warna) dengan menggunakan panelis sebanyak 25 orang.

Analisis Data
Analisis data khemis (kadar air dan antioksidan) menggunakan Anava, jika
terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji DMRT. Data uji organoleptic terhadap
seduhan teh (rasa, aroma dan warna) dilakukan dengan uji Friedmen, jika terdapat
perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji ranking Friedmen. Pemilihan perlakuan terbaik
dilakukan dengan menggunakan metode indeks efektifitas (De garmo et al.1984),
berdasarkan evaluasi kualitas organoleptik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Bahan Baku
Karaktersitik bahan baku teh yang digunakan seperti disajikan pada Tabel 1,
sedangkan bubuk kulit manggis seperti pada Tabel 2. Teh hijau memiliki kadar air
(5,87%) lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam (3,82%). Perbedaan tersebut
disebabkan oleh ukuran produk akhir the dan proses pengeringan yang berbeda, ukuran
partikel teh hitam lebih kecil sehingga penguapan air bahan selama pengeringan lebih
cepat sehingga kadar air produk lebih kecil.

Tabel 1. Kadar air dan IC50 teh hitam dan teh hijau
Jenis teh Kadar air (%)* Antioksidan (ppm)*
Teh hitam 3,82 57,521
Teh hijau 5,87 66,75

Teh hijau memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
teh hitam. Nilai IC50 teh hijau adalah 57,521 ppm, sedangkan teh hitam adalah 66,75
ppm. Menurut Molyneux (2004), parameter yang digunakan untuk mengetahui aktivitas
antioksidan adalah IC50, yang didefinisikan sebagai konsentrasi senyawa antioksidan
yang menyebabkan hilangnya 50% aktifitas DPPH. Semakin kecil nilai IC50 maka
senyawa tersebut mempunyai keefektifan sebagai penangkap radikal bebas yang baik.
Perbedaan nilai aktivitas antioksidan teh hitam dan teh hijau dipengaruhi oleh
perbedaan perlakuan saat proses pengolahan. Perbedaan kandungan polifenol pada
berbagai jenis teh, dipengaruhi oleh tahapan fermentasi pada saat pengolahannya, pada

349
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

akhir tahap fermentasi sebagian tehaflavin akan diubah menjadi teharubigin. Komponen
polifenol mudah teroksidasi menjadi bentuk lain yang dapat mengurangi
kemampuannya sebagai antioksidan (Mariska, 2009).

Tabel 2. Kandungan antioksidan kulit manggis


Parameter Meikasari (2015) Oenitan (2013)
Kadar air (%) 06,95 07,87
Antioksidan (ppm) 40,69 42,19

Kulit buah manggis memiliki nilai IC50 sebesar 40,692 ppm dan kadar air 6,95%.
Pada penelitian ini digunakan bubuk kulit manggis yang dihasilkan bersama dengan
penelitian Meikasari (2015). Pada penelitian tersebut hasil uji kandungan aktivitas
antioksidan kulit buah manggis lebih tinggi dari pada kandungan aktivitas antioksidan
pada teh (hijau dan hitam), sehingga apabila dilakukan formulasi antara kedua jenis
bahan baku nilai aktifitas antioksidan pada hasil formulasi akan meningkat.

Karakteristik Produk Teh


Kadar air
Kadar air dan antioksidan (dalam IC50) teh hasil formulasi seperti disajikan pada
Tabel 3, Gambar 1 dan 2. Berdasarkan uji lanjut DMRT teh hijau dengan penambahan
bubuk kulit buah manggis 40% memiliki kadar air paling tinggi dibandingkan dengan
formulasi lain, hal ini dikarenakan teh hijau memiliki kadar air lebih tinggi dari pada teh
hitam.

Tabel 3. Rerata kadar air dan antioksidan teh hasil formulasi


Jenis Teh Bubuk Kulit Kadar Air (%) Kadar Anti-
Manggis (%) oksidan (IC50) ppm
Teh Hitam 20 5,65 a 55,292 a
30 5,93 b 52,804 b
40 6,21 c 49,446 c
Teh Hijau 20 6,22 c 62,878 d
30 6,66 d 59,414 e
40 7,35 e 56,851 f
Keterangan : Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada α=5%

Gambar 1. Grafik pengaruh jenis teh dan penambahan bubuk kulit manggis terhadap
kadar air teh formula yang dihasilkan

350
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa penambahan bubuk kulit buah manggis


dapat meningkatkan nilai kadar air teh. Teh hijau memiliki kadar air 5,87%, setelah
ditambahkan bubuk kulit buah manggis 20% ,30%, 40%. Rerata kadar air teh formula
terendah diperoleh dari teh hitam dengan penambahan bubuk kulit buah manggis
sebanyak 20% dengan nilai 5,65% dan rerata kadar air tertinggi diperoleh dari
perlakuan teh hijau dengan penambahan bubuk kulit buah manggis sebanyak 40%
dengan nilai 7,35%. Perilaku kadar air teh formula kaya antioksidan yang dihasilkan
dari teh hitam lebih rendah dibandingkan dengan teh hijau, hal tersebut disebabkan oleh
ukuran bubuk teh hitam yang lebih kec(luas permukaan tingi) sehingga dengan ada
pengeringan semakin banyak air yang menguap dan kandungan air bahan akhir rendah.

Aktivitas antioksidan
Aktivitas senyawa antioksidan pada teh hasil formulasi dapat dilihat pada Tabel 3
dan Gambar 2. Antioksidan pada umumnya merupakan senyawa fenolik atau
polifenolik golongan flavonoid, senyawa flavonoid dalam teh (hijau dan hitam)
merupakan antioksidan yang sangat aktif dalam mengikat radikal bebas dalam tubuh.
Konsumsi teh secara rutin dapat meningkatkan antioksidan pada darah, peningkatan
antioksidan dalam tubuh dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada tubuh (Reldvard,
2003).

Gambar 2. Grafik pengaruh jenis teh dan persentase bubuk kulit buah manggis
terhadap antioksidan (IC50)

Pada Gambar 2 terlihat bahwa semakin tinggi persentase penambahan bubuk kulit
buah manggis maka nilai aktivitas antioksidan semakin tinggi, yang ditunjukkan dengan
semakin menurunnya IC50. Pada grafik perlakuan teh hitam dengan pesentase bubuk
kulit buah manggis 20%; 30%; 40% mengalami penurunan nilai IC50 yakni sebesar
62,878 ppm, 59,414 ppm, 56,851 ppm. Penambahan 40% bubuk kulit buah manggis
dengan 60% teh hitam memiliki kandungan antioksidan yang hampir sama dengan teh
hijau tanpa penambahan apapun. Penambahan bubuk kulit buah manggis memiliki
pengaruh yang baik untuk teh formulasi. Pada teh hijau dengan penambahan sebesar
20%; 30%; 40% terus mengalami penurunan nilai IC50 yakni 55,292 ppm, 52,804 ppm,
49,446 ppm (kenaikkan antioksidan).

351
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Warna seduhan teh


Pada Tabel 4 dan Gambar 3, penambahan bubuk kulit buah manggis dengan
persentase 20%; 30%; 40% memiliki nilai berturut-turut 5,96; 5,4; 4,96. Akan tetapi,
pada teh hijau dengan ditambah bubuk kulit buah manggis memiliki nilai kesukaan
semakin tinggi, hal ini ditandai dengan nilai yang diberikan panelis, pada persentase
penambahan bubuk kulit buah manggis sebanyak 20%; 30%; 40% memiliki nilai
semakin besar yakni 4,36; 4,48; 4,64. Dengan ditambah bubuk kulit buah manggis
maka warna pada seduhan teh semakin gelap, sehingga dapat memperbaiki warna pada
teh hijau yang memiliki warna awal kurang gelap.

Tabel 4. Nilai Kesukaan Organoleptiks (Warna, Aroma dan Rasa) Teh


Jenis Bubuk Kulit Warna Aroma Rasa
Teh Manggis (%)
Teh 20 4,36 a 4,52 c 5,08 cd
Hijau 30 4,48 ab 4,08 ab 4,48 b
40 4,64 bc 3,88 a 3,4 a
f
Teh 20 5,96 5,92 ef 5,52 ef
Hitam 30 5,40 e 5,44 e 5,4 e
cd
40 4,96 4,64 cd 4,88 c
Keterangan : Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada α=5%

Bila dibandingkan antara seduhan teh hijau dengan teh hitam, warna seduhan teh
hijau kurang pekat, adanya penambahan bubuk kulit manggis akan meneyebabkan
warna menjadi lebih hitam, sehingga lebih disukai oleh panelis. Disisi lain jika
ditambahkan pada teh hitam, akan menyebabkan warna semakin gelap, sehingga air
seduhan kurang disukai oleh panelis sehingga skor warna menurun. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian (Nugroho, 2015), yang meneliti penambahan bubuk kulit
manggis pada es krim, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak
penambahan kulit manggis maka warna pada eskim kulit manggis gelap.

Gambar 3. Grafik nilai kesukaan panelis terhadap warna teh formulasi yang dihasilkan

Aroma seduhan teh


Hasil perhitungan nilai kesukaan panelis terhadap aroma dapat dilihat pada
Tabel 4 dan Gambar 4. Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia

352
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika
makanan masuk ke dalam mulut (Nugroho, 2015).
Penambahan bubuk kulit buah manggis pada bubuk the hitam memberikan
pengaruh nyata, akan tetapi pada teh hijau berpengaruh nyata. Penambahan bubuk kulit
manggis 20% dan 30% pada jenis teh hitam menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata
terhadap aroma. Akan tetapi, pada aroma teh hijau dengan penambahan bubuk kulit
buah manggis 20% dan teh hitam dengan penambahan bubuk kulit buah manggis 40%,
memiliki pengaruh tidak berbeda nyata.

Gambar 4. Grafik nilai kesukaan panelis terhadap aroma teh hasil formulasi dari
berbagai perlakuan

Pada Gambar 4, terlihat bahwa nilai kesukaan terhadap aroma pada teh hitam
semakin menurun, karena pada penambahan bubuk kulit buah manggis yang lebih
banyak dapat menyebabkan aroma khas pada teh berkurang. Aroma yang paling disukai
adalah pada teh hitam dengan penambahan bubuk kulit buah manggis sebanyak 20%
dengan nilai 5,92. Semakin banyak penambahan bubuk kulit buah manggis maka aroma
teh semakin berkurang dan aroma bubuk manggis semakin kuat.

Rasa seduhan teh


Hasil perhitungan nilai kesukaan panelis terhadap rasa dapat dilihat pada Tabel 4
dan Gambar 5. Berdasarkan hasil perhitungan nilai kesukaan panelis terhadap teh
formulasi menunjukkan bahwa penambahan bubuk kulit buah manggis berbeda nyata.
Pada teh hitam, semakin banyak penambahan bubuk kulit buah manggis maka rasa
semakin sepat. Penggunaan bahan pencampur pada komposisi tidak tepat (terlalu
banyak) dapat menyebabkan lemahnya aroma dan kekuatan rasa teh (Danang, 2011).

353
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Gambar 5. Grafik kesukaan panelis terhadap rasa teh formulasidari berbagai perlakuan

Gambar 5 menunjukkan penambahan 20% bubuk kulit manggis lebih banyak


disukai dari pada penambahan bubuk kulit buah manggis sebanyak 30% dan 40%. Rasa
teh formulasi yang disukai panelis adalah teh hitam dengan penambahan bubuk kulit
buah manggis 20% dengan nilai 5,52, sedangkan rasa yang tidak disukai pada teh hijau
dengan penambahan bubuk kulit buah manggis 40% dengan nilai 3,4. Secara umum
semakin banyak bubuk kulit buah manggis menyebabkan rasa seduhan teh formulasi
semakin sepat. Hal tersebut juga terjadi pada produkes krim, semakin banyak
penambahan kulit manggis maka rasa pada eskim kulit manggis semakin tidak enak,
peringkat kesukaan rasa es krim kulit manggis tertinggi ditunjukkan pada perlakuan
penambahan konsentrasi sari kulit manggis yang sedikit, sedangkan peringkat kesukaan
rasa es krim kulit manggis terendah ditunjukkan pada perlakuan penambahan
konsentrasi sari kulit manggis yang banyak (Nugroho, 2015).

Perlakuan Terbaik
Hasil pemilihan perlakuan terbaik menggunakan rumus indeks efektifitas (de
Garmoet al, 1984) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan indeks efektifitas
Parameter Warna Aroma Rasa Total
Bobot 0,307 0,28 0,413 1
parameter
n1j1 NE 0 0,37565 0,752632
NP 0 0,105182 0,310837 0,416019
n2j1 NE 0,096591 0,098855 0,410526
NP 0,029653 0,02768 0,169547 0,22688
n3j1 NE 0,119318 0 0
NP 0,036631 0 0 0,036631
n1j2 NE 1 1 1
NP 0,307 0,28 0,413 1
n2j2 NE 0,681818 0,833507 0,642105
NP 0,209318 0,233382 0,265189 0,70789
n3j2 NE 0,420455 0,406868 0,642105
NP 0,12908 0,113923 0,265189 0,508192

Nilai perlakuan terbaik pada penelitian ini diambil dari uji organoleptik, sehingga
menghasilkan teh formula kaya antioksidan den gan nilai kadar air dan aktivitas

354
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

antioksidan digunakan untuk mendukung selera konsumen. Hasil perhitungan indeks


effektivitas seperti disajikan pada Tabel 5. Nilai organoleptik warna, aroma, dan rasa,
yang memiliki bobot tertinggi adalah rasa dengan nilai 0,413 kemudian warna dan
aroma memiliki nilai 0,307 dan 0,28. Perlakuan terbaik diperoleh pada formula teh
hitam dengan penambahan bubuk kulit buah manggis sebanyak 20%, yang dengan
kadar air sebesar 5,65% serta nilai IC50 62,878 ppm.

KESIMPULAN

Perbedaan penambahan bubuk kulit buah manggis pada teh hitam atau teh hijau
berpengaruh nyata pada hasil kadar air antioksidan dan organoleptik pada teh formulasi.
Semakin banyak penambahan bubuk kulit buah manggis maka kadar air dan aktivitas
antioksidan teh formulasi semakin tinggi. Semakin banyak penambahan bubuk kulit
buah manggis maka warna teh formulasi semakin pekat atau kecoklatan. Akan tetapi
aroma teh formulasi semakin berkurang dan rasa juga tidak enak. Berdasarkan hasil uji
oorganoleptik, formulasi terbaik didapat dari jenis teh hitam dengan penambahan bubuk
kulit buah manggis sebanyak 20% dengan kadar air 5,65% dan nilai IC50 62,878 ppm.

DAFTAR PUSTAKA

Alkan, I., O. Koprulu, B. Alkan. 2009. Latest advances in world tea production and
trade, Turkey’s aspect. World J Agric Sci; 5(3): 345-9.
Danang, K. 2011. Hasil Pengolahan Teh. Fakultas teknologi pertanian. Jember.
Droge, W. 2002. Free Radicals in Teh Physiological Control of Cell Function. Physiol
Rev., 82, 47-95.
Faramayuda, F . Fikri, A dan Yesi, D. 2010. Formulasi Sediaan Losion Antioksidan
Ekstrak Air Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis L.). Jurusan Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Majalah Obat Tradisional, 15(3),
105 – 111, 2010. Jakarta
Mariska. 2009. Total Fenolik, Flavonoid, dan Aktivitas Antioksidan Produk Teh Hijau
Dan Teh Hitam Tanaman Bangun-Bangun (Coleus Amboinicus) Dengan
Perlakuan Ett Rempah-Rempah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Riau. Vl (2) n0 (1).
Miksusanti. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Sifat Kestabilan Warna Campuran Ekstrak
Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L.). J.Penelitian Sains. Jurusan Kimia, Universitas
Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia. (Volume 15).
Miryanti, A. 2011. Ekstraksi Antioksidan Dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L ). Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Molyneux, p. 2004. Teh Use Of Teh Stable Free Radical DPPH For Estimasing
Antioxidant Activity. J. Science Tecnology. 26(3) : 211-219.
Nugroho. 2015. Aplikasi Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Sumber
Antioksidan Pada Es Krim . Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP
Universitas Brawijaya Malang. Vol (3) No (4).

355
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017

Oenitan, J. 2013. Daya Antioksidan Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana
Linn). Hasil Pengadukan Dan Refluk. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Surabaya. Vol
(2), No(1).
Rieldvald, A. 2003. Antioxidant Effects of Tea: Evidence from Human Clinical Trials.
Journal of Nutrition. American Society for Nutritional Sciences.
Widyaningrum,N. 2013. Epigallo catechin-3-Gallate (Egcg) Pada Daun Teh Hijau
Sebagai Anti Jerawat. Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Islam Sultan Agung. Majalah Farmasi dan Farmakologi,Vol. 17,
No.3 – November 2013, hlm. 95 – 98 (ISSN : 1410-7031).Semarang.
Windono T, Cho W, Nam JW, Kang HJ, Seo EK, Lee KT. 2009. Zedoarondiol Isolated
from teh Rhizoma of Curcuma heyneana is Involved in teh Inhibition of iNOS,
COX-2 and Pro-Inflammatory Cytokines Via teh Downregulation of NF-kappaB
Pathway in LPS-Stimulated Murine Macrophages. Int Immunopharmacol.
9(9):1049-57

356

Anda mungkin juga menyukai