Anda di halaman 1dari 6

PAPER MATA KULIAH

PERENCANAAN INDUSTRI

NILAI INDEKS SELEKSI INDUSTRI

Oleh : Kelompok 4
Ari Syahwati P.L 141710101018
Nugraha Yuwana 141710101057
Citra Wahyu N.A 141710101066
Awi Metalisa 141710101090

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
Agroindustri adalah industri yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi
produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish
product), termasuk di dalamnya adalah penanganan pasca panen, industri pengolahan
makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bio-energy, industri pengolahan hasil
ikutan (by-product) serta industri agrowisata (Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian Departemen Pertanian, 2002:2).
Agroindustri dapat digolongkan ke dalam aktivitis ekonomi yang berorientasikan
sumber bahan input (resources oriented) yang mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Bahan mentahnya mudah rusak/busuk sehingga memerlukan pembuatan secepatnya;
b. Bahan mentahnya mengalami pengurangan berat setelah mengalami pembuatan dan
ini memerlukan lokasi agroindustri (kilang pembuatan) yang dekat sumber bahan
mentah untuk meminimalkan pengeluaran.
Prioritas utama pengembangan agroindustri difokuskan pada sinergi antara keunggulan
komparatif sumberdaya dengan orientasi pasar, yakni (Ditjen Bina Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian, 2002:4):
a. Industri pengolahan hasil perkebunan seperti industri pengolahan minyak sawit dan
kelapa, industri coklat olahan, industri gula, industri biji mete olahan, industri kopi
bubuk/instan, dan industri teh olahan;
b. Industri pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura seperti industri buah dan
sayur dalam kaleng, industri minuman sari buah, industri tepung tapioka dan
derivatnya, industri pakan ternak, dan industri makanan ringan;
c. Industri pengolahan hasil peternakan seperti industri susu olahan, industri daging
dalam kaleng, dan industri penyamakan kulit;
d. Industri pengolahan hasil ikutan/samping seperti industri agro-composting, industri
pakan ternak, industri coco fiber dan coco peat, industri karbon aktif, industri
minuman dari buah jambu mete, industri nata de-coco dan lain-lain.
Indonesia memiliki banyak perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri. Komoditi
maupun produk yang diolah atau dihasilkan dari perusahaan tersebut juga bervariasi.
Banyaknya varian produk yang dipasarkan oleh perusahaan agroindustri tidak menjamin
perusahaan tersebut memiliki prospek masa depan yang menguntungkan. Perusahaan tersebut
untuk dilakukan pengembangan perlu dilakukan beberapa analisis, salah satunya analisis
seleksi industry yang berfungsi untuk mengetahui perbandingan dari beberapa perusahaan
yang memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Perusahaan yang akan dibahas
dalam paper kali ini yaitu perusahaan roti, sereal dan bubur instan. Berikut adalah gambaran
umum dari perusahaan :
a. Roti
Roti merupakan produk yang terbuat dari campuran tepung terigu, gula, air, dan ragi.
Produk roti ini sangat digemari oleh masyarakat.Konsumsi roti di Indonesia pada
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada Tahun 2013, konsumsi roti mencapai
0,144 kg/kapita dan produksinya mencapai 35.586 ton (Badan Pusat Statistik, 2017).
b. Sereal
Sereal merupakan makanan yang umumnya dimakan sebagai sarapan. Karena sereal
ini dikonsumsi pada saat sarapan, biasanya disebut dengan seral sarapan atau
breakfast cereal. Pada saat mengkonsumsi sereal, dapat ditambahkan dengan susu
sapi, air atau yogurt, namun dapat dikonsumsi dalam keadaan kering.
c. Bubur
Bubur instan adalah bubur yang dalam penyajiannya tidak memeruhkan proses
pemasakan karena telah mengalami proses pengolahan sebelumnya (Hendy, 2007).
Proses pengolahan bubur instan dilakukan dengan cara memasak campuran bahan-
bahan penyusun bubur dalam bentuk tepung. Bahan tepung yang dihasilkan telah
bersifat instan dan dikemas menjadi bubur instan (Perdana, 2003).
Metode Nilai Indeks

Skor Alternatif Produk Nilai Indeks


No. Kriteria Pemilihan Bobot
Roti Sereal Bubur Roti Sereal Bubur
1. Nilai guna dari produk 0,150 3 4 2 0,450 0,600 0,300
2. Kemungkinan pengembangan 0,038 5 4 3 0,190 0,152 0,114
3. Fasilitas produksi yang diperlukan 0,050 2 4 4 0,100 0,200 0,200
4. Teknologi yang digunakan 0,090 2 4 4 0,180 0,360 0,360
5. Proyeksi permintaan 0,200 4 3 2 0,800 0,600 0,400
6. Proyeksi penjualan 0,170 4 3 2 0,680 0,510 0,340
7. Proyeksi keuntungan 0,200 4 3 2 0,800 0,600 0,400
8. Jalur distribusi perusahaan 0,030 3 3 2 0,090 0,090 0,060
9. Posisi persaingan 0,025 4 3 3 0,100 0,075 0,075
10. Modal yang dibutuhkan 0,035 3 4 2 0,105 0,140 0,070
11. Dukungan kebijakan 0,012 4 3 3 0,048 0,036 0,036
Jumlah 1 3,543 3,363 2,355
Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks, perusahaan yang memiliki nilai tertinggi
yaitu perusahaan roti. Kriteria yang masuk dalam penentuan nilai indeks antara lain adalah
nilai guna produk, kemungkinan pengembangan, fasilitas produksi yang diperlukan,
teknologi yang digunakan, proyeksi permintaan, proyeksi penjualan, proyeksi keuntungan,
jalur distribusi, posisi persaingan, modal yang dibutuhkan, dan dukungan kebijakan.
Terhitung dari segi pembobotan, nilai bobot yang paling tinggi diberikan kepada
proyeksi permintaan dan keuntungan karena ketika permintaan produk atau kebutuhan
konsumen itu besar maka dengan harga yang agak besar konsumen tetap akan membeli
produk sehingga keuntungan juga besar. Disamping itu, ketika produk sudah disukai
konsumen, sekalipun ada produk keluaran baru yang sejenis, konsumen tetap akan memilih
produk yang lama. Selanjutnya yaitu proyeksi penjualan dan nilai guna, pada sub kriteria ini,
ketika sudah diketahui permintaan pasar, maka dapat diperkirakan penjualan produk
mendatang. Selain dari segi ekonomi, kriteria selanjutnya yang paling penting yaitu nilai
guna dari produk karena produk yang dipasarkan oleh ketiga perusahaan ini merupakan
produk untuk sarapan yang membutuhkan komponen karbohidrat dan beberapa gizi lain
untuk memenuhi kebutuhan tenaga hingga aktivitas siang hari. Urutan selanjutnya yaitu
teknologi, fasilitas dan pengembangan, dari segi teknologi diutamakan resep maupun teknik
untuk menghasilkan produk berkualitas baru direncanakan alat atau fasilitas yang diperlukan
untuk membuat produk tersebut, pada akhir penentuan fasilitas, ditentukan pula kemungkinan
pengembangan produk berdasarkan teknik dan fasilitas yang sudah dimiliki. Kriteria
selanjutnya yaitu modal, jalur distribusi, posisi persaingan dan dukungan kebijakan. Modal
diperhitungkan ketika sudah diketahui secara jelas teknologi maupun pengeluaran untuk alat
dan keperluan lain kemudian jalur distribusi yang digunakan untuk memasarkan produk dan
posisi produk di pasaran. Terakhir yaitu dukungan kebijakan ketika produk sudah mulai
berjalan dan mendapat respon positif dari konsumen.
Terhitung dari pemberian nilai indeks pada masing masing kriteria, nilai guna dari
ketiga perusahaan nilai tertingginya ada pada sereal. Sereal yang dimaksud merupakan sereal
oats yang sama sama terbuat dari gandum seperti roti namun poinnya lebih tinggi karena
biasanya dalam mengkonsumsinya ditambahkan susu atau memiliki campuran buah dalam
penyajiannya. Kriteria kedua yaitu kemungkinan pengembangan nilai tertingginya ada pada
perusahaan roti. Hal ini dikarenakan produk roti dapat dibuat menjadi berbagai macam varian,
mulai dari varian rasa, varian bentuk, varian jenis roti maupun pengembangan lainnya
sedangkan sereal atau bubur hanya berupa flakes atau produk ekstruder. Fasilitas yang
diperlukan poin tertingginya ada pada sereal dan bubur karena memerlukan alat ekstruder
yang tergolong mahal sedangkan roti dapat dibuat manual dengan tangan dan dipanggang
dengan oven yang harganya relative murah. Kriteria ketiga yaitu teknologi yang digunakan,
kriteria ini berbanding lurus dengan fasilitas yang dibutuhkan, semakin sulit peralatan atau
fasilitas yang dibutuhkan maka teknologi yang digunakan semakin rumit. Kriteria keempat
yaitu proyeksi permintaan, penjualan dan keuntungan. Ketiga kriteria ini hasilnya sama yaitu
yang teertinggi ada pada perusahaan roti. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih mengenal roti
dibanding sereal. Konsumsi sereal biasanya untuk kalangan menengah ke atas sedangka
konsumsi bubur lebih diutamakan kepada orang sakit sehingga roti menjadi alternative paling
dicari. Jalur distribusi antara roti dan sereal hampir sama sedangkan bubur lebih sedikit. Hal
ini dikarenakan peminat bubur yang kurang sehingga jalur berkembangnya tidak seluas dua
perusahaan yang lain. Kriteria selanjutnya ialah posisi persaingan dimana yang paling banyak
saingannya produk roti. Hal ini dikarenakan roti mudah dibuat sehingga bermunculan usaha
rumah tangga yang memproduksi roti dan menjadi saingan perusahaan. Modal yang paling
banyak dibutuhkan ialah sereal. Hal ini diasumsikan karena dalam pembuatan sereal,
metodenya lebih kompleks dibanding bubur. Produk bubur yang beredar di pasaran hanya
sebatas flakes yang diolah dari adonan beras sedangkan sereal diolah dari gandum dan
dicampur dengan bahan tertentu seperti buah kering atau susu. Kriteria terakhir ialah
dukungan kebijakan. Nilai tertinggi ada pada perusahaan roti, hal ini dikarenakan proses
produksinya yang mudah dan banyak UKM yang memproduksi makanan ini serta digemari
konsumen dipasaran sehingga pemerintah dapat dengan mudah memberi dukungan kebijakan
untuk produk ini dibanding dua produk lainnya.

Daftar Pustaka
Perdana. 2003. Dampak penerapan ISO 9001 terhadap peningkatan mutu yang
berkesinambungan pada proses produksi bubur bayi instan PT. Gizindo Prima Nusantara
(Skripsi). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Hendy. 2007. Formulasi Bubur Instan Berbasis Singkong (Manihott Esculenta Tcranz)
Sebagai Pangan Pokok Alternatif (Skripsi). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai