BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Senyawa Pektin
Pektin dalam Bahasa Yunani berarti mengental atau padat. Senyawa kimia
pektin ini pertama kali ditemukan pada tahun 1970 oleh Vaugeulin. Istilah pektin
pertama kali digunakan oleh Braconot pada tahun 1825 untuk menggambarkan
komponen utama pembentuk gel pada buahan-buahan (Fitriani, 2003). Pektin
merupakan salah satu kelompok karbohidrat yang larut dalam air yang terdapat
pada dinding sel dan jaringan interseluler tanaman tertentu.
5
Gambar 2.2 Struktur Rantai Pektin
Sumber: Winarno, F.G, 1991
2.1.2
Sifat Fisik dan Kimia Senyawa Pektin
Pektin berupa serbuk kasar atau halus yang berwarna putih kekuningan dan
hampir tidak berbau. Sifat-sifat fisik dan kimia dari pektin seperti kelarutan,
viskositas, kemampuan membentuk gel, dan senyawa yang terkandung didalamnya
tergantung pada karakteristik pektin yang sesuai dengan standar mutu International
Pectin Association. Kondisi pH dan bahan-bahan terlarut misalnya kation-kation
didalam larutan mempengaruhi sifat-sifat fisik pektin di dalam larutan tersebut
(Fitriani 2003). Standar mutu pektin dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Standar Mutu Pektin
Faktor Mutu Kandungan
Berat Ekivalen 600-800 mg
Kadar Air Maks. 12%
Kadar Abu Maks. 10%
Kadar Asam Galakturonat Min. 65%
Kandungan Metoksil
• Metoksil rendah 2,5-7,12 %
• Metoksil tinggi >7,12%
Derajat Esterifikasi
• Pektin ester tinggi Min. 50%
• Pektn ester rendah Maks. 50%
Sumber: International Pectin Association, 2003
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
6
• Berat Ekivalen
Berat ekivalen merupakan kandungan asam galakturonat yang tidak
teresterifikasi dalam rantai molekul pektin (Hariyati, 2006). Berat ekivalen
menyatakan
jenis kandungan metoksil yang terdapat pada pektin yang dapat
mempengaruhi
kualitas pektin dalam pembentukan gel. Nilai berat ekivalen
didasarkan pada reaksi penyabunan gugus karboksil oleh NaOH. Banyak volume
NaOH berbanding terbalik dengan nilai berat ekivalen. Semakin besar volume yang
digunakan maka semakin kecil berat ekivalen yang didapatkan.
• Kadar Air
Kadar air merupakan parameter untuk menentukan daya tahan suatu produk.
Semakin tinggi kadar air menyebabkan kerentanan produk terhadap aktivitas
mikroorganisme yang berpengaruh terhadap masa simpan produk.
• Kadar Abu
Abu merupakan bahan anorganik yang diperoleh dari residu atau sisa
pembakaran bahan organik. Kadar abu ini menunjukkan ada atau tidaknya bahan
anorganik yang tertinggal di dalam pektin setelah pembakaran, semakin tinggi
kadar abu dalam pektin maka tingkat kemurnian pektin semakin rendah. Bahan
anorganik dapat berupa kalsium dan magnesium yang terhidrolisis (Sulinuho, dkk.,
2012).
• Kadar Asam Galaturonat
Asam galakturonat merupakan kerangka dasar senyawa pektin yang
menggambarkan kemurnian pektin (Sulihono, dkk., 2012). Semakin besar
kandungan asam galakturonat semakin tinggi kemurnian pektin.
• Kadar Metoksil
Berdasarkan kandungan metoksilnya, pektin dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu pektin berkadar metoksil tinggi (HMP) dan pektin berkadar metoksil rendah
(LMP). Kualitas pektin yang baik adalah pektin yang dapat membentuk gel yang
kuat dalam waktu yang singkat dan memiliki tingkat kelarutan dalam air yang
tinggi. Kadar metoksil yang tinggi dapat membentuk gel apabila ditambahkan gula
dan asam dengan kadar gula 60-65%, sedangkan kadar metoksil rendah dapat
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
7
membentuk gel apabila ditambahkan gula dengan kadar 10-20% dan dengan ion
kalsium (Habibati, 2017).
• Derajat Esterifikasi
Derajat esterifikasi menyatakan persentase jumlah residu asam D-
galaturonat
yang gugus karboksilnya teresterifikasi dengan etanol. Nilai derajat
esterifikasi dapat diperoleh dari nilai kadar metoksil dan kadar asam galakturonat.
• Yield
Yield menyatakan banyaknya pektin dalam gram yang dihasilkan dari
ekstraksi pektin kulit buah naga terhadap berat bahan baku kering yang digunakan
pada masing-masing perlakuan yaitu variasi waktu dan rasio berat bahan: pelarut.
2.1.3 Sumber Pektin dan Proses Pengambilan Pektin
Pektin terdapat di bagian didinding sel primer tanaman. Jumlah, struktur dan
komposisi kimia pektin berbeda pada setiap tanaman. Apel mengandung pektin
sebesar 12,897% berat kering (Ahmad dan Purwo, 2010). Sedangkan kulit jeruk
mengandung pektin sebesar ±30% berat kering (Hindarso, dkk., 2007). Pada kulit
buah naga kandungan pektin mencapai ±10,8 % berat kering dan dapat digunakan
sebagai bahan pembuat edible film (Jamilah, dkk., 2011).
Pada berbagai literatur metode yang paling umum digunakan untuk
pengambilan pektin adalah dengam metode ekstraksi, baik melalui pemanasan
langsung dan pemanasan microwave (Yeoh, dkk.,2008). Pemanasan langsung
merupakan metode ekstraksi pektin secara konvensional yang memakan waktu
sekitar dua jam untuk mendapatkan hasil pektin yang baik. Waktu pemanasan
secara konvensional yang relatif lama menyebabkan pektin yang diekstraksi
mengalami degradasi termal (Yujaroen, dkk., 2008). Metode yang menggunakan
pemanasan dengan gelombang mikro umumnya lebih efektif dari segi hasil pektin
yang diperoleh dan memberikan kualitas produk yang lebih baik. Hasil pektin yang
diperoleh juga tergantung pada jenis pelarut yang digunakan pada saat ekstraksi
(Srivastava dan Malviya, 2011).
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses ekstraksi pektin yaitu suhu,
pH dan waktu reaksi. pH yang direkomendasikan berkisar antara 1,8-3 tetapi yang
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
8
sering digunakan adalah pH 2,0-2,8 (Akhmaludin dan Arie Kurniawan, 2009; Altaf,
dkk., 2015). Batasan untuk kombinasi kondisi operasi agar hasil yang diperoleh
mencapai hasil optimasi perlu memperhatikan hal-hal berikut (Subagyo 2010):
a. Penggunaan pH rendah tidak boleh dikombinasikan dengan suhu yang
dinding sel.
Pelarut yang dapat digunakan untuk pengambilan pektin adalah asam asetat,
asam sitrat, asam nitrat, asam klorida, asam oksalat, dan asam sulfat (Aziz, dkk., 2018;
Kermani, 2015; Tongkham, dkk., 2017; Widiastuti, 2015; Megawati dan Ulinuha,
2015; Hartati, dkk., 2017). Penggunaan asam dalam ektraksi pektin bertujuan untuk
menghidrolisis protopektin dalam bentuk garam kalsium-magnesium pektinat
menjadi pektin yang larut dalam air dan membebaskan pektin dari ikatan dengan
senyawa lain seperti selulosa (Fitriani, 2003). Apabila proses hidrolisis dilajutkan
senyawa pektin akan berubah menjadi asam pektat yang asam galakturonatnya
bebas dari gugus metal ester (Hariyati, 2006).
Gambar 2.3 Skema Perubahan Protopektin menjadi Pektin dan Asam Pektat
Sumber: Sufy, 2015.
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
9
Proses pelarutan protopektin menjadi pektin terjadi karena adanya
penggantian ion Ca dan Mg oleh ion hidrogen atau dikarenakan putusnya ikatan
antara pektin dan selulosa (Fitriani, 2003). Semakin tinggi konsentrasi ion hidrogen,
maka
semakin tinggi pula kemampuan ion hidrogen untuk menggantikan ion Ca
dan Mg dalam pektin sehingga kemampuan untuk memutuskan ikatan pektin
dengan selulosa akan semakin tinggi maka pektin yang larut akan semakin banyak
(Maulana, 2015). Namun apabila pH terlalu rendah maka perubahan protopktin
menjadi pektin tidak dapat berubah secara optimal. Sedangkan apabila pH terlalu
tinggi,
pektin tidak dapat membentuk gel dikarenakan pektin akan berubah menjadi
asam
pektat (Maulana, 2015).
Penelitian ekstraksi pektin dari kulit buah naga menggunakan metode
konvensional dilakukan dengan variasi waktu reaksi menghasilkan yield 16,76%.
Penelitian ekstraksi pektin dari kulit buah naga metode microwave assisted extraction
dilakukan dengan variasi waktu ekstraksi menghasilkan yield 63% (Ulinuha, 2014).
Perbedaan ekstraksi pektin dengan menggunakan metode microwave assisted
extraction dan metode konvensional dapat dilihat pada tabel 2.2.
Parameter
Metode Berat Volume Waktu
No. Bahan Suhu/
Ekstraksi Bahan Pelarut Pelarut Ekstraksi %Yield
Daya
(gr) (mL) (menit)
1. Metode • Kulit Buah
Microwave Naga
Assisted (Sumber: Asam 600
10 300 mL 25 72
Extraction Megawati oksalat watt
dan Ulinuha,
2015)
• Kulit Buah
Naga
Asam 600
(Sumber: 2,5 200 mL 10 23,11
nitrat watt
Tongkham,
dkk., 2017)
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
10
Parameter
Metode Berat Volume Waktu
No. Bahan Suhu/
Ekstraksi Bahan Pelarut Pelarut Ekstraksi %Yield
Daya
(gr) (mL) (menit)
• Kulit Jeruk
Bali
Asam 300
(Sumber: 10 300 20 40,5
klorida watt
Widiastuti,
2015)
2. Metode • Kulit Buah
konvensional
Naga
Asam
(Sumber: 50 500 60 70oC 13,51
asetat
Aziz, dkk.,
2018)
• Kulit Buah
Naga
Asam
(Sumber: 50 * 60 85oC 20,16
oksalat
Hani,
dkk.,2012)
• Kulit Jeruk
Bali
Asam
(Sumber: 5 150 120 80oC 28,6%
klorida
Widiastuti,
2015)
Keterangan: * = Not Available
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
11
2.2 Buah Naga
Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan salah satu buah tropis yang
termasuk kedalam tanaman jenis kaktus dalam keluarga Cactaceae dan subfamili
Hilocereanea.
Buah ini sering dikenal dengan nama prickly pear atau strawberry
pear atau pitahaya atau pitaya.
Secara morfologi, tanaman ini hanya terdiri dari akar, batang, bunga, buah,
dan biji. Tanaman buah naga memiliki akar berkisar 50-60 cm. Panjang batang
maksimum 9 m yang ditumbuhi dengan duri-duri keras, Bunga tanaman buah naga
terletak
pada sulur batang berwarna putih dengan panjang berkisar 29 cm. Buah
naga memiliki berat antara 500-650gram tergantung dari jenisnya. Setiap buah
memiliki biji sekitar 1.200-2.300 dengan biji berwarna hitam (Elwandi, 2015).
Terdapat banyak jenis buah naga yaitu buah naga kulit merah dengan daging
buah putih (Hylocereus undatus Hawth. Britton&Rose), buah naga kulit merah
dengan daging buah merah (Hylocereus sp), buah naga kulit merah dengan daging
buah merah mencolok (Hylocereus costaricensis Webb. Britton&Rose), buah naga
kulit merah dengan daging buah merah keunguan (Hylocereus polyrhizus Webb.
Britton&Rose), dan buah naga kulit kuning dengan daging buah putih (Selenicereus
megalanthus A. Berger Riccob). Berikut gambar jenis-jenis buah naga:
12
• Alkanoid berfungsi untuk untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau
menurunkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobia.
• Steroid merupakan penyusun antosianin yang berfungsi sebagai zat
warna alami.
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
13
pelarut yang diatur oleh dua fenomena yaitu: rotasi dipol dan konduksi ionik.
Konduksi ionik yaitu pergerakan ion-ion elektroforetik (kemampuan bergerak
melalui media konduktif) dibawah pengaruh perubahan medan listrik. Resistansi
yang
ditimbulkan oleh larutan terhadap proses pergerakan-pergerakan ion dari
gelombang
mikro akan menghasilkan gesekan-gesekan sehingga timbul energi
panas.
Sedangkan rotasi dipol yaitu penyusunan kembali dipol dari molekul karena
perubahan medan listrk yang cepat yang dihasilkan oleh gelombang mikro (Hadkar,
2013).
Pada saat proses penyusunan kembali molekul-molekul pelarut
menimbulkan
gesekan-gesekan sehingga terjadi pembentukan panas.
14
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi dengan menggunakan
Microwave Assisted Extraction (MAE) adalah sebagai berikut (Veggi, Martinez, &
Meireles, 2013):
1) Pelarut
2) Rasio solvent-to-solid
Volume pelarut harus cukup untuk memastikan bahwa seluruh sampel
(matrik tanaman terendam), terutama ketika memiliki matrik yang akan
mengembang selama proses pemasanan. Umumnya dalam teknik ekstraksi
konvensional rasio pelarut: berat bahan lebih tinggi akan memberikan yield yang
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
15
tinggi, tetapi dalam MAE rasio pelarut/berat bahan yang terlalu tinggi dapat
memberikan yield yang lebih rendah.
3) Daya
Daya pada microwave dan suhu saling berhubungan karena semakin tinggi
daya microwave maka semakin tinggi pula suhu sistem dan menaikkan yield hasil
ekstraksi hingga suhu optimum tercapai. Pada penggunaan daya yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan degrades termal pada produk yang diinginkan.
4) Waktu Ekstraksi
Waktu ekstraksi dengan menggunakan Microwave Assisted Extraction
(MAE)
lebih singkat yaitu beberapa menit hingga setengah jam, dibandingkan
dengan metode konvensional, hal ini untuk menghindari kemungkinan degradasi
termal dan oksidasi pada produk yang diinginkan
Daya dan waktu ekstraksi merupakan faktor yang saling berhubungan.
Secara umum bahwa semakin tinggi daya yang digunakan maka waktu ekstraksi
pun semakin sedikit, tetapi penggunaan daya yang tinggi akan mengakibatkan
degradasi termal pada senyawa yang sensitif terhadap panas.
5) Ukuran Partikel
Ukuran partikel bahan yang digunakan untuk ekstraksi umumnya antara 100
μm to 2 mm (Veggi, Martinez, & Meireles, 2013). Semakin kecil ukuran partikel maka
luas kontak antara bahan dengan pelarut akan semakin besar, sehingga memperbesar
laju perpindahan massa.
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
16
asetat juga mudah larut dengan senyawa polar atau non-polar lainnya seperti air,
kloroform, dan heksana.
terendahnya. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap N-1 pelarut yang telah
mengandung sedikit pelarut akan digunakan untuk mengektraksi padatan yang
masih mengandung sedikit zat terlarut. Proses pengontakkan ini akan meningkatkan
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut dan mengurangi konsentrasi zat terlarut dalam
padatan. Dan pada tahap 1, pelarut yang telah banyak mengandung zat terlarut akan
digunakan untuk mengekstraksi padatan baru (fresh solid) yang masih mengandung
banyak zat terlarut. Tahapan proses ekstraksi secara counter current dapat dilihat
sebagai berikut:
Fresh solid
Rafinat 1
3 2 1 Ekstrak 4
Fresh solvent B C D
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019
17
Operasi ekstraksi secara counter current banyak digunakan di industri
kerena dapat meminimalkan dan mengefisiensikan penggunaan pelarut, selain itu
ekstrasi secara counter current dapat menghasilkan yield yang cukup tinggi
dibandingkan
dengan ekstraksi secara batch untuk variasi solut: solvent yang sama.
(Susiana
dan Prima, 2009). Hal ini dikarenakan terjadi kontak antara fresh solid
dengan rich solvent dan fresh solvent dengan spent solid dimana akan terjadi
perpindahan solute dari padatan ke pelarut pada setiap tahapnya karena adanya
perbedaan konsentrasi (Rauweler, 2015).
Ekstraksi secara counter current dapat disimulasikan secara batch antara
umpan
dan pelarut, tetapi harus mengikuti skema ekstrasi secara counter current
kontinyu sampai mencapai steady state (Treybal, 1980).
Laporan Tugas Akhir- Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Naga Menggunakan Pelarut Asam Asetat dengan Metode
Microwave Assisted Extraction 2019