Anda di halaman 1dari 8

Review Artikel

PRODUKSI BIOETANOL DARI BAHAN ORGANIK


Marshela Yolanda*1, Martha Aznury1
1
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya

Jl. Srijaya Negara, Bukit Besar, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30139 Telepon: +620711353414 / Fax: +62711355918
e-mail : marshelayolandaa@gmail.com

ABSTRACT

1. PENDAHULUAN Kelarutan dalam air Sangat larut


Seperti yang kita ketahui, kebutuhan manusia pada Kalor spesifik pada 20℃ 0,579 kal/g ℃
minyak bumi semakin meningkat. Minyak bumi paling
sering digunakan untuk kebutuhan sehari - hari yaitu Flash point 21,11℃
untuk bahan bakar minyak, dimana pada bahan bakar
minyak ini digunakan untuk berbagai alat transportasi Densitas pada 20℃ 0,7893 g/ml
seperti sepeda motor , mobil dan lain-lain. Tidak hanya
untuk alat transportasi saja, minyak bumi juga Kalor penguapan pada 78,32℃ 200,6 kal/g
digunakan untuk pembangkit listrik, produksi bahan
serat kontruksi, sumber gas cair, , bahan campuran Kalor pembakaran pada 25℃ 7092,1 kal/g
keperluan medis hingga produk kecantikan. Akan tetapi,
minyak bumi saat ini terus menurun seiring berjalannya Sumber :(Kirk-Orthmer, Enyclopedia of Chemical
waktu sehingga manusia perlu menciptakan alternatif Technology, vol 9, 1967)
dari minyak bumi untuk kehidupan sehari-hari salah
satunya yaitu bioetanol. - Sifat Kimia
Selain memiliki sifat fisik, bioethanol juga memiliki
sifat kimia. Sifat kimia antara lain yaitu :
2. DEFINISI BIOETANOL
1. Mudah terbakar dan mudah menguap
Bioetanol merupakan salah satu sumber alternatif yang 2. Merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organic
dapat dijadikan bahan bakar minyak. Pada umumnya 3. Berwarna bening/ tidak berwarna
bioethanol dapat terbuat dari tanaman pati seperti 4. Dapat bercampur dengan air dan volatil
singkong , tebu, kulit pisang dan lain-lain. Bioethanol
mengandung pati, gula dan selulosa, dengan ini 3. STANDAR KUALITAS BIOETANOL
beberapa penelitian memproduksi bioethanol dengan
bahan baku yang mengandung pati, gula dan selulosa Adapun pada produksi bioethanol memiliki standar
yang cukup agar dapat diproduksi bioethanol. kualitas yang dirujuk dari Standar Nasional Indonesia
Kualitas Bioetanol SNI 7390 : 2008 (Jenderal dkk,
- Sifat Fisik 2008). Dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Sifat Fisik Etanol Tabel 2. Standar Nasional Kualitas Bioetanol

Keterangan Nilai Parameter Uji Persyaratan Satuan,


Min/Max
Massa molekul 46,07 g/mol
Kadar etanol 99,5 (setelah %-v, min.
Titik didih 78,32 ℃ didenaturasi dengan
denatonium
Viskositas pada 20℃ 1,17 Cp benzoate), 94,0
(setelah didenaturasi
Titik beku -114,1℃ dengan hidrokarbon)
Kadar air 0,7 %-v, maks. - Hidrolisis enzim, proses pemecahan polisakarida
didalam biomassa lignoselulosa sehingga menjadi
Kadar metanol 0,5 %-v, maks. monomer gula penyusunnya. Hidrolisis ini akan
menghasilkan glukosa sedangkan hemiselulosa akan
Kadar 0,1 Mg/L, menghasilkan beberapa monomer gula pentose dan
tembaga (Cu) maks. heksosa. (Seftian et al., 2012)

Kadar ion 20 Mg/L, - Fermentasi


klorida (Cl-) maks.
Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia
Kadar getah 5,0 Mg/100ml, pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim
purwa dicuci maks. yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin,
(washed gum) 2010). Proses ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan Saccharomyces cerviaciae dan
Kadar 2-5 %-v didiamkan selama beberapa hari akan dapat
denaturan menghasilkan eta nol.
Hidrokaron
- Destilasi
Kadar 4-10 Mg/l
denaturan Proses destilasi, proses ini bertujuan untuk
Denatonium memisahkan kadar etaanol dan air pada saat fermentasi.
Benzoat proses pengolahan bioetanol yang terkait dengan
peningkatan kadar etanol dengan penggunaan suhu
Tampakan Jernih dan terang pada tangki penguapan dan pengendalian suhu kolom
tidak ada endapan destilasi. (Lay et al, 2018)
dan kotoran

Kandungan 50 Mg/l,
belerang (S) maks. 5. PRODUKSI BIOETANOL DARI
SINGKONG
Keasaman 30 Mg/l, maks
sebagai asam .Singkong merupakan tanaman yang memiliki
asetat kandungan pati yang cukup pati dan juga mudah dicari
namun singkong masih masyarakat mengelola singkong
dalam jumlah banyak belum secara maksimal
(Widyastuti, 2019).
4. METODE PRODUKSI BIOETANOL
Bagian ini menjelaskan pembuatan bioetanol dengan
- Hidrolisa bahan baku yaitu singkong. (Erna dkk, 2016)
menggunakan metode hidrolisis asam dan fermentasi
Pada pembuatan bioethanol terdapat proses hidrolisis anaerob dengan Saccharomyces cereviciae. Dari
yang digunakan. Proses hidrolisis merupakan penelitian tersebut pada hidrolisis menggunakan asam .
pemecahan selulosa menjadi selobiosa kemudian Tujuan dari hidrolisis asam yaitu menentukan jumlah
menjadi gula atau glukosa. Proses ini dapat dilakukan glukosa yang akan dihasilkan sehingga dilanjutkan
denga beberapa cara yaitu : dengan fermentasi menggunakan S. cereviciae hingga
menjadi bioethanol. Metode hidrolisis ini dilakukan
- Hidrolisis murni, proses ini dapat dilakukan tanpa
dengan menggunakan HCl 15 % dan H 2 SO4 7% untuk
kata lis. Akan tetapi kelemahan dari proses ini lambat
menghidrolisis pati dalam kulit singkong. Dari hidrolisis
karena menggunakan air sebagai katalis (Arlianti,
ini menghasilkan glukosa, glukosa yang dihasilkan
2018)
melalui pemecahan pati dalam kulit singkong menjadi
- Hidrolisis asam, proses ini menggunakan bahan molekul-molekul glukosa yang lebih sederhana. Setelah
kimia, biasanya HCl atau H 2 SO4. Akan tetapi proses ini hidrolisis, dilakukan fermentasi dengan menggunakan S.
memerlukan biaya yang cukup besar dan juga kurang cereviciae selama 8 hari dengan suhu 27-30℃ sehingga
ramah lingkungan dikarenakan larutan asam dapat menghasilkan etanol dan didestilasi untuk memisahkan
menyebabkan korosif (Zalnia et al., 2013) etanol yang dihasilkan. Pengukuran kadar etanol dengan
menggunakan alcohol meter. Hasil tersebut
- Hidrolisis basa, katalis yang dapat diguanakan menunjukkan kadar etanol yaitu 6% untuk waktu
biasanya basa encer atau pekat. Proses ini bertujuan fermentasi selama 8 hari.
untuk mengubah struktur dari komponen-komponen
biomasssa sehingga dapat menghidrolisis (Susanti, Adapun komperasi jurnal hasil bioethanol dari bahan
2013) baku singkong pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil bioethanol dari singkong Kulit pisang memerlukan perlakuan untuk pemecahan
lignoselulosa secara fisik maupun kimia. Pada perlakuan
Bahan Metode Hasil Referensi secara fisik biasanya dengan menggunakan asam seperti
baku basa NaOH atau asam H 2 SO4. Kandungan selulosa akan
Singkon Hidrolisis 35g (Oyeleke meningkat setelah perlakuan awal dikarenakan adanya
g Gloeophyllum substrat = et al., ikatan lignin terlepas. Selanjutnya yaitu hidrolisis
sepiarium, 9,64g/cm 2012) dengan secara enzimatis atau kimiawi untuk mengubah
Pleurotus 3 (20%)
selulosa akan menjadi glukosa. Hasil hidrolisis berupa
ostreatus dan 20 g glukosa dan difermentasi dengan S. cereviciae sehingga
fermentasi substrat akan menghasilkan bioethanol (Chavhan Aniket
anaerob =7,8 Santosh dkk, 2023)
dengan g/cm 3
Zymomonas (14%) (Huda dkk, 2022) produksi bioethanol dengan
mobilis dan S. menggunakan kulit pisang kapas dengan melakukan
cereviciae pretreatment dengan larutan NaOH 1 M terlebih dahulu
Singkon Hidrolisis 94% (Amalia et yang dimana bertujuan untuk menghilangkan lignin dari
g enzim dan al., 2013) biomassa lignoselulosa agar terbebas dari lignin. Tujuan
fermentasi dari proses ini untuk memudahkan jalannya proses
anaerob hidrolisis dan fermentasi. Hidrolisis dalam penelitian ini
dengan S. menggunakan dua metode hidrolisis yaitu hidrolisis
cereviciae asam dan enzim. Hasil hidrolisis asam menghasilkan
Singkon Hidrolisis dan 53% (Pervez et larutan berwarna coklat kemerahan yang menunjukkan
g fermentasi al., 2014) adanya kandungan senyawa glukosa dalam sampel hasil
anaerob hidrolisis. Sedangkan hasil dari hhidrolisis enzim
dengan menghasilkan larutan berwarna hitam yang
Saccharomyce menunjukkan adanya penguraian ikatan hemiselulosa
s cerevisiae dan aktivitas enzim hidrolik serta enzim -enzim lainnya.
Singkon Hidrolisis dan 28,183% (Arifwan Selanjutnya untuk fermentasi dengan menggunakan S.
g fermentasi et al., cereviciae dan diatur Ph menjadi Ph 5 kemudian
anaerob 2016) ditambahkan lagi pupuk urea dan pupuk NPK dengan
dengan S. perbandingan 1:1. Fermentasi dilakukan selama 4 dan 7
cereviciae hari pada suhu 28℃. Pada fermentasi dilakukkan
Singkon Hidrolisis dan 14,46 ± (Obianwa pemisahan terlebih dahulu dengan mendestilasi hasil
g fermentasi 2,08 et al., fermentasi dan dianalisa kadar bioetanolnya.
anaerob g/cm 3 2016) Didapatkan kadar bioethanol pada hidrolisis asam yaitu
dengan S. 11% sedangkan pada hidrolisis enzim yaiu 22,54%.
cereviciae,
Rhizopus Adapun komperasi jurnal hasil bioethanol dari bahan
nigricans, baku kulit pisang pada Tabel 4.
Aspergillus
Tabel 4. Hasil bioethanol dari bahan baku kulit pisang
nige, &
Spirogyra Bahan Metode Kadar Referen
africana baku bioetanol si
Singkon Hidrolisis 9,39% Kulit Hidrolisis 0,786% (Hikmah
g asam dan (Kusmiyat pisang asam dan dkk ,
fermentasi i & kepok Fermentasi 2019)
anaerob Shitophyta (Musa anaerob
dengan S. , 2014) paradisiac menggunakan
cereviciae a) S. cerevicae
Singkon Hidrolisis dan 0,39 % (Arnata Kulit Hidrolisis 57% (Bahri
g fermentasi dkk, 2015) pisang raja asam dan dkk,
anaerob (Musa Fermentasi 2019)
dengan S. Sapientum) anaerob
cereviciae dan menggunakan
Trichoderma S. cerevicae
viride
Kulit Hidrolisis 32,7% (Melly,
pisang asam dan A.
kepok Fermentasi Septyana
5. PRODUKSI BIOETANOL DARI KULIT (Musa anaerob , A. P.
PISANG
acuminata menggunakan Moeksin Limbah Sakarifikasi 11,3 (Efunwoye,
B.C) S. cerevicae , 2015) nanas dan fermentasi % v/v O.O. dan
Kulit Hidrolisis 40% (Bahri & padat dengan Oluwole, 2019)
pisang asam dan Hartono, A. niger & S.
kepok Fermentasi 2019) cereviciae
(Musa anaerob
paradisiac menggunakan Limbah Pretreatment 5,98 ± (Casabar dkk,
a) S. cerevicae nanas Alkali, 1,01 2019)
Kulit Hidrolisis 2,4 (Sukowa hidrolisis g/L
pisang asam dan mg/100m ti dkk, mikroba &
kapok Fermentasi L 2014) fermentasi
(Musa anaerob dengan S.
paradisiac menggunakan cereviciae
a S. cerevicae
Kulit Hidrolisis 19%. (Kalsum Limbah Hidrolisis 70% (Yusmartini
pisang raja asam dan dkk, nanas asam dan v/v dkk, 2020)
(Musa Fermentasi 2022) fermentasi
Sapientum) anaerob dengan S.
menggunakaS cereviciae
S. cereviciae
Limbah Sakarifikasi 85 % (Salafia dkk,
nanas dan fermentasi v/v 2022)
secara
6. PRODUKSI BIOETANOL DARI NANAS simultan
Kulit nanas mengandung kadar karbohidrat sebesar dengan S.
10,54% dan pada produksi bioethanol menggunakan sari cereviciae
kulit nanas diketahui kaddar gula dari sari kulit nanas
yaitu sebesar 17% (Susanti, 2013b).

(Syauqi, Anis; Inasari, 2020) produksi bioethanol dengan 7. PRODUKSI BIOETANOL DARI TEBU
bahan baku kulit nanas menggunakan metode Rancangan
Tetes tebu merupakan salah satu bahan baku yang
Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ragi yang
berpontesi untuk memproduksi bioethanol karena
berbeda dalam pembuatan bioethanol. Proses fermentasi
mengandung gula sederhana yang dapat
dengaan menambahkan S.cereviciae kedalam ekstrak
difermentasikan langsung oleh yeast menjadi etanol.
kulit nanas. Ragi tape ditambahkan dengan konsentrasi
Namun, tetes tebu juga mengandung komponen
yang berbeda -beda (75, 100, 125 gr). Fermentasi
pengotor seperti abu dan logam -logam yang dapat
dilakukan selama 4 hari pada suhu ruang dan dalam
menghambat proses fermentasi (Wardani & Eka Pertiwi,
kondisi anaerobic. Kadar alcohol tertinggi diperoleh
2013).
dengan penambahan ragi sebanyak 100 gram yaitu
49,00%. Dengan ini dapat disimpulkan pada (Irvan et al., 2015) memproduksi etanol dari bahan
penambahan ragi yang lebih banyak menghasilkan pH lignoselulosa dari tebu. Metode yang digunakan
yang lebih rendah dan kadar alcohol yang lebih tinggi. meliputi pembukaan ikatan lignoselulosa, hidrolisis
polimer, fermentasi gula menjadi etanol dan pemurnian
Adapun komperasi jurnal hasil bioethanol dari bahan
etanol. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
baku nanas pada Tabel 5 produksi bioethanol dari a mpas tebu dapat dilakukan
Tabel 5. Hasil bioethanol dari nanas dengan menggunakan ragi roti dan ragi tape.
Penggunaan ragi roti menghasilkan kadar biooetanol
Bahan Metode Kadar Referensi yang lebih tinggi yaitu 28,55% dibandingkan dengan
Baku etanol ragi tape, karena ragi roti memiliki lebih banyak
mikroorganisme yang dpaat menguraikan glukosa
Nanas Hidrolisis dan 7,5 % (Jayaprakashvel menjadi gula -gula yang lebih sederhana. Selain itu, pH
fermentasi v/v dkk, 2014) juga mempengaruhi produksi bioethanol. Waktu
dengan S. produksi juga berperan penting dengan waktu
cereviciae fermentasi 4 hari menghasilkan kadar etanol yang
optimal
Jus Hidrolisis dan 9,08 (Pornpunyapat
nanas fermentasi g/L dkk, 2014) Adapun komperasi jurnal hasil bioethanol da ri bahan
dengan S. baku tebu pada Tabel 6
cereviciae
Tabel 6. Hasil bioethanol dari tebu
Bahan Metode Hasil Referensi fermentasi yang berbeda. Sekam jagung dihidrolisis
Baku kadar dengan HCl pada konsentrasi 7%, 14%, 21%, dan 28%.
bioetanol Kandungan glukosa sampel hasil hidrolisis dianalisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Proses
Ampas Pretreatment 81 % (Goshadrou fermentasi meliputi penambahan NaOH, amonium
Tebu alkali dan dkk, 2011) sulfat, urea, dan ragi (saccharomyces cerevisiae) ke
fermentasi dalam larutan yang telah terhidrolisis. Campuran
anaerob dengan tersebut kemudian dipasteurisasi, didinginkan, dan
enzim dibiarkan berfermentasi selama 2-8 hari pada suhu
zygomycetes kamar. Proses pemisahan melibatkan penguapan larutan
hasil fermentasi menggunakan alat evaporator. Secara
Ampas Hidrolisis dan 39,571% (Novitasari keseluruhan, penelitian ini menggunakan kombinasi
Tebu fermentasi dkk, 2012) metode hidrolisis, fermentasi, dan distilasi untuk
anaerob dengan menentukan kadar etanol kulit jagung manis. Hasil dari
S. cereviciae penelitian ini adalah bahwa waktu fermentasi yang
optimal untuk kulit jagung manis adalah 6 hari, dengan
Ampas Hidrolisis 14,8% (Wong & tingkat bioethanol sebesar 4,50%. Penelitian ini juga
Tebu fermentasi Sanggari, menunjukkan bahwa kulit jagung manis memiliki
anaerob dengan 2014) potensi sebagai sumber bioethanol yang dapat
Saccharomyces membantu mengurangi maslah lingkungan.
cereviciae
Adapun komperasi jurnal hasil bioethanol dari bahan
Nira Hidrolisis dan 30,177% (Utama dkk, baku jagung pada Tabel 7
Tebu fermentasi 2016)
anaerob dengan Tabel 7. Hasil bioethanol dari jagung
Saccharomyces
cereviciae Bahan Metode Hasil Referensi
Baku kadar
Ampas Hidrolisis dan 88% (de Araujo bioetano
Tebu fermentasi Guilherme l
anaerob dengan dkk, 2019)
S. cereviciae Tongkol Hidrolisis 6% v/v (Fitriani
dan jagung asam dan dkk, 2013)
Kluyveromyces fermentasi
marxianus anaerob
dengan S.
Sari Hidrolisis asam 10,46% (Soeprijanto cereviciae
Tebu dan fermentasi dkk, 2022)
anaerob dengan Jagung Hidrolisis 79,94 (Kusmiyati
S. cereviciae enzim dan g/L &
fermentasi Shitophyta,
dengan S. 2014)
cereviciae
8. PRODUKSI BIOETANOL DARI JAGUNG
Brangkasa Pretreatmen 12 % (De Bari
Tanaman jagung memiliki kemampuan adaptasi yang n jagung t alkali, v/v dkk, 2014)
baik terhadap berbagai kondisi iklim tanah, sehingga hidrolisis
dapat tumbuh di berbagai wilayah di dunia. Jagung juga dan
merupakan salah satu sumber pangan yang kaya akan fermentasi
karbohidrat, serat dan beberapa nutrisi lainnya. Selain dengan S.
sebagai bahan pangan, jagung juga memiliki potensi cereviciae
sebagai bahan baku dalam industry. Bagian-bagian
tanaman jagung seperti tongkol, Jerami, dan daun dapat Kompor Pretreatmen 0,14315 (Evuensiri
dimanfaatkan dalam produksi bioethanol, pekan ternak jagung t alkali, g/L Onoghwarit
dll (Indriany et al., 2013) hidrolisis e dkk, 2016)
dan
(Agustina M. et al., 2017) pada produksi bioethanol dari fermentasi
kulit jagung, metode yang digunakan dalam penelitian dengan S.
ini adalah kombinasi hidrolisis, fermentasi, dan distilasi. cereviciae
Proses hidrolisis melibatkan penggunaan berbagai
konsentrasi HCl dan fermentasi dengan waktu
Nira Hidrolisis 47,39 (Bautista https://doi.org/10.22146/agritech.9323
jagung dan g/L-1 dkk, 2019)
fermentasi Bahri, S., Aji, A., & Yani, F. (2019). Pembuatan
anaerob Bioetanol dari Kulit Pisang Kepok dengan Cara
dengan S. Fermentasi menggunakan Ragi Roti. Jurnal
cereviciae Teknologi Kimia Unimal, 7(2), 85.
https://doi.org/10.29103/jtku.v7i2.1252
Jerami Hidrolisis 54,86 % (Liu dkk,
jagung enzim dan v/v 2023) Bahri, S., & Hartono, D. (2019). Jurnal Teknologi
fermentasi Kimia Unimal Proses Pembuatan Bioetanol dari
anaerob Kulit Pisang Kepok ( Musa acuminata B . C )
dengan S. secara Fermentasi. Jurnal Teknologi Kimia
cereviciae Unimal, 1(Mei), 48–56.

Bautista, K., Unpaprom, Y., & Ramaraj, R. (2019).


Bioethanol production from corn stalk juice
using Saccharomyces cerevisiae TISTR 5020.
Energy Sources, Part A: Recovery, Utilization
9. KESIMPULAN and Environmental Effects, 41(13), 1615–1621.
https://doi.org/10.1080/15567036.2018.1549136

Casabar, J. T., Unpaprom, Y., & Ramaraj, R. (2019).


Fermentation of pineapple fruit peel wastes for
bioethanol production. Biomass Conversion and
DAFTAR PUSTAKA Biorefinery, 9(4), 761–765.
https://doi.org/10.1007/s13399-019-00436-y

Agustina M., R., Ratman, R., & Said, I. (2017). Chavhan Aniket Santosh, Gaikwad Rutuja Santosh, &
Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kadar Pate Shubham Santosh. (2023). Bioethanol
Bioetanol Dari Kulit Jagung Manis (Zea mays production from banana peels. World Journal of
saccharata). Jurnal Akademika Kimia, 5(4), 197. Biology Pharmacy and Health Sciences, 13(1),
https://doi.org/10.22487/j24775185.2016.v5.i4.8 440–444.
070 https://doi.org/10.30574/wjbphs.2023.13.1.0049

Amalia, M., Lc, H., Pramashinta, A., Kimia, J. T., de Araujo Guilherme, A., Dantas, P. V. F., Padilha, C.
Teknik, F., Diponegoro, U., Soedarto, J. P., Fax, E. de A., dos Santos, E. S., & de Macedo, G. R.
T., & Purbasari, P. A. (2013). Pembuatan (2019). Ethanol production from sugarcane
Bioetanhol dari Singkong Karet ( Manihot ) bagasse: Use of different fermentation strategies
Sebagai Upaya Mempercepat Konversi Minyak to enhance an environmental-friendly process.
Tanah ke Bahan Bakar Nabati. Jurnal Teknologi Journal of Environmental Management,
Kimia Dan Insdustri, 2(2). 234(December 2018), 44–51.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2018.12.102
Arifwan, Erwin, & Kartika, R. (2016). Pembuatan
Bioetanol dari Singkong Karet (Manihot De Bari, I., Cuna, D., Di Matteo, V., & Liuzzi, F.
Glaziovii Muell) dengan Hidrolisis Enzimatik (2014). Bioethanol production from steam -
dan Difermentasi Menggunakan Saccharomyces pretreated corn stover through an isomerase
Cerevisiae. Jurnal Atomik, 1(1), 10–12. mediated process. New Biotechnology, 31(2),
185–195.
Arlianti, L. (2018). Bioetanol Sebagai Sumber Green https://doi.org/10.1016/j.nbt.2013.12.003
Energy Alternatif yang Potensial Di Indonesia.
Unistek, 5(1), 16–22. Efunwoye, O.O. and Oluwole, O. R. . (2019).
https://doi.org/10.33592/unistek.v5i1.280 Bioethanol Production from Pineapple Waste by
Solid State Fermentation Method. Angewandte
Arnata, I. W., Setyaningsih, D., & Richana, N. (2015). Chemie International Edition, 6(11), 951–952.,
PRODUKSI BIOETANOL DARI HIDROLISAT 33(2), 10–27.
ASAM TEPUNG UBI KAYU DENGAN
KULTUR CAMPURAN Trichoderma viride dan Erna, Said, I., & Abram, P. H. (2016). Bioetanol Dari
Saccharomyces cerevisiae (Ethanol Production Limbah Kulit Singkong (Manihot esculenta
From Acid Hydrolysate Cassava Flour with Crantz) Melalui Proses Fermentasi Bioethanol
Mixed Culture Trichoderma viride and from Waste of Cassava Peel (Manihot esculenta
Saccharomyces cerevisiae). Jurnal Agritech, Crantz) through Fermentation. Jurnal Akademik
35(04), 396. Kimia Pendidikan Kimia /FKIP -UIVERSITAS
Tadulako, Palu-Indonesia 94118, 5(3), 121–126. Bioethanol from Plaintain Peel by Fermentation
Using Saccharomyces cerevisiae. 13(01), 33–38.
Evuensiri Onoghwarite, O., Victor Ifeanyichukwu
Obiora, N., Akachukwu Ben, E., & Ekpe Moses, Kusmiyati, K., & Shitophyta, L. M. (2014). Produksi
N.-O. (2016). Bioethanol production from corn Bioetanol dari Bahan Baku Singkong, Jagung
stover using Saccharomyces cerevisiae. dan Iles-iles :Pengaruh Suhu Fermentasi dan
International Journal of Scientific & Engineering Berat Yeast Saccharomyces cerevisiae. Reaktor,
Research, 7(8), 290–293. http://www.ijser.org 15(2), 97.
https://doi.org/10.14710/reaktor.15.2.97-103
Fitriani, Bahri, S., & Nurhaeni. (2013). Produksi
Bioetanol Tongkol Jagung ( Zea Mays ) dari Lay, A., Pasang, P. M., & Iqbal, T. A. (2018).
Hasil Proses Delignifikasi. Journal of Nature Destilation-Dehidration of Bioethanol from
Science, 2(3), 66–74. Sugar Palm Sap and its Characteristics. Buletin
Palma, 39(39), 197–205.
Goshadrou, A., Karimi, K., & Taherzadeh, M. J.
(2011). Bioethanol production from sweet Liu, J., Wang, C., Zhao, X., Yin, F., Yang, H., Wu, K.,
sorghum bagasse by Mucor hiemalis. Industrial Liang, C., Yang, B., & Zhang, W. (2023).
Crops and Products, 34(1), 1219–1225. Bioethanol production from corn straw pretreated
https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2011.04.018 with deep eutectic solvents. Electronic Journal of
Biotechnology, 62, 27–35.
Hikmah, H., Fadhillah, H. N., & Putra, M. D. (2019). https://doi.org/10.1016/j.ejbt.2022.12.004
BIOETANOL HASIL FERMENTASI KULIT
PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) DENGAN Melly, A. Septyana, A. P. Moeksin, R. (2015).
VARIASI RAGI MELALUI HIDROLISIS Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Raja
ASAM SULFAT. EnviroScienteae, 15(2), 195. (Musa sapientum) Menggunakan Metode
https://doi.org/10.20527/es.v15i2.6950 Hidrolisis Asam dan Fermentasi). Jurnal Teknik
Kimia, 21(2), 1–7.
Huda, M. S., Rahmasari, K. S., Nur, A. V., & Pambudi,
D. B. (2022). Pemanfaatan Kulit Pisang Kapas ( Novitasari, C. D., Ani, A., & Ekawati, R. (2012).
Musa paradisiaca Linn.) Sebagai Bioetanol. The Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu (Bagasse)
16th University Research Colloqium, 589–595. Untuk Produksi Bioetanol Melalui Proses
Sakarifikasi Dan Fermentasi Serentak. Pelita,
Indriany, D., Mappiratu, & Nurhaeni. (2013). 8(2), 65–74.
Pemanfaatan LIMBAH TONGKOL JAGUNG
(Zea Mays) UNTUK PRODUKSI BIOETANOL Obianwa, C., Edak, A. U., & Godwin, I. (2016).
MENGGUNAKAN SEL RAGI AMOBIL Bioethanol production from cassava peels using
SECARA BERULANG. Online Jurnal of different microbial inoculants. African Journal of
Natural Science, 2(3), 54–65. Biotechnology, 15(30), 1608–1612.
https://doi.org/10.5897/ajb2016.15391
Irvan, Popphy Prawati, & Bambang Trisakti. (2015).
Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas Tebu Oyeleke, S. B., Dauda, B. E. N., Oyewole, Okoliegbe,
Melalui Proses Hidrolisis Termal Dan I. N., & Ojebode, T. (2012). Corresponding
Fermentasi: Pengaruh Ph, Jenis Ragi, Dan Waktu Author Production of Bioethanol From Cassava
Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia USU, 4(2), 27– and Sweet Potato Peels 1 Production of
31. https://doi.org/10.32734/jtk.v4i2.1467 Bioethanol From Cassava and Sweet Potato
Peels. Advances in Environmental Biology, 6(1),
Jayaprakashvel, M., Akila, S., Venkatramani, M., 241–245.
Vinothini, S., Bhagat, S. J., & Hussain, A. J.
(2014). Production of bioethanol from papaya Pervez, S., Aman, A., Iqbal, S., Siddiqui, N. N., & Ul
and pineapple wastes using marine associated Qader, S. A. (2014). Saccharification and
microorganisms. Biosciences Biotechnology liquefaction of cassava starch: An alternative
Research Asia, 11(SepcialEdition), 193–199. source for the production of bioethanol using
https://doi.org/10.13005/bbra/1410 amylolytic enzymes by double fermentation
process. BMC Biotechnology, 14, 1–10.
Jenderal, D., Dan, M., & Bumi, G. A. S. (2008). https://doi.org/10.1186/1472-6750-14-49
Standar Dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar
Nabati (Biofuel). 1, 7961. Pornpunyapat, J., Chotigeat, W., & Chetpattananondh,
P. (2014). Bioethanol production from pineapple
Kalsum, U., Safitri, L., Program, ), & Kimia, S. T. peel juice using saccharomyces cerevisiae.
(2022). Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang Advanced Materials Research, 875–877, 242–
Raja Secara Fermentasi Menggunakan 245.
Saccharomyces cerevisiae Production of https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/AMR.
875-877.242 production from sugarcane bagasse using
fermentation process. Oriental Journal of
Salafia, F., Ferracane, A., & Tropea, A. (2022). Chemistry, 30(2), 507–513.
Pineapple Waste Cell Wall Sugar Fermentation https://doi.org/10.13005/ojc/300214
by Saccharomyces cerevisiae for Second
Generation Bioethanol Production. Fermentation, Yusmartini, E. S., Mardwita, M., & Marza, J. (2020).
8(3). Bioethanol from Pineapple Peel with Variation of
https://doi.org/10.3390/fermentation8030100 Saccharomyces Cerevisiae Mass and
Fermentation Time. Indonesian Journal of
Seftian, D., Antonius, F., & Faizal, M. (2012). Dan Fundamental and Applied Chemistry, 6(3), 103–
Fermentasi. 18(1), 10–16. 108. https://doi.org/10.24845/ijfac.v6.i3.103

Soeprijanto, S., Mellina, A. P., & Fauzia, R. (2022). Zalnia, R. P., Sumaryati, S., & Purwati, E. (2013).
PEMANFAATAN SARI TEBU (Saccharum Pengaruh Pemberian Probiotik Weisella
officinarum) DALAM MENGHASILKAN paramesenteroides Isolat Dadiah sebagai Anti
BIOETANOL MELALUI PROSES Diare pada Mencit (Mus Muscullus). Jurnal
FERMENTASI. Jurnal Teknik Kimia, 16(2), 67– Kimia Unand, 2(2303), 68–76.
72. http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/7546
https://doi.org/10.33005/jurnal_tekkim.v16i2.304
7 Kirk, R.E and Othmer, D.E., 1994,
"Encyclopedia of Chemical T
Sukowati, A., Sutikno, S., & Rizal, S. (2014). Produksi echnology", 4th ed, Vol.12, p 685
Bioetanol dari Kulit Pisang Melalui Hidrolisis - 688, lnterscience Encyclopedia Inc,
Asam Sulfat [The Production of Bioetanol from New York
Banana Peel Trough Sulphuric Acid Hidrolisis].
Jurnal Teknologi Dan Industri Hasil Pertanian,
19(3), 274–288.

Susanti, A. D. (2013a). Pembuatan Bioetanol Dari


Kulit Nanas Melalui Hidrolisis Dengan Asam.
Ekuilibium, 12(1), 11–16.
https://doi.org/10.20961/ekuilibrium.v12i1.2170

Susanti, A. D. (2013b). Pembuatan Bioetanol Dari


Kulit Nanas Melalui Hidrolisis Dengan Asam.
Ekuilibium, 12(1), 81–86.
https://doi.org/10.20961/ekuilibrium.v12i1.2170

Syauqi, Anis; Inasari, S. S. (2020). Pemanfaatan


Limbah Kulit Nana s (Ananas comosus L.)
Menjadi Bioetanol dengan Penambahan Ragi
(Saccharomyces cerevisiae) yang Berbeda.
Buletin Loupe, 16(02), 67–73.

Utama, W. B., Kartika, R., & Akkas, E. (2016).


PEMBUATAN BIOETANOL MELALUI
FERMENTASI NIRA TEBU ( Saccharum
officinarum ) MENGGUNAKAN
Saccharomyces cerevisiae. Jurnal Kimia
Mulawarman, 13(2), 73–77.

Wardani, A. K., & Eka Pertiwi, F. N. (2013). Produksi


Etanol dari Tetes Tebu oleh Saccharomyces
cerevisiae Pembentuk Flok (NRRL – Y 265).
AgriTECH, 33(2), 131–139.
https://doi.org/10.22146/agritech.9810

Widyastuti, P. (2019). Pengolahan Limbah Kulit


Singkong Sebagai Bahan. Jurnal Kompetensi
Teknik, 11(1), 41–46.

Wong, Y. C., & Sanggari, V. (2014). Bioethanol

Anda mungkin juga menyukai