Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Manufaktur Vol.

01 Desember 2021 | e-ISSN 2809-5588

ANALISIS BAHAN BAKAR BIOETANOL E100 DARI LIMBAH AIR CUCIAN BERAS
TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR MATIC 4 LANGKAH
Moch Aldino Manako Putra

Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang


e-mail: aldino.manako@gmail.com

Abstrak

Bahan bakar merupakan komponen utama dalam proses pembakaran di ruang bakar kendaraan. Untuk meminimalisir
penggunaanbahan bakar fosil yang semakin meningkat maka diperlukan bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. Bioetanol
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi. Bioetanol adalah cairan tak berwarna yang memiliki nilai
oktan108 yang hasil pembakarannya minim nilai gas HC yang dihasilkan serta terbuat dari bahan nabati seperti air cucian beras
(air leri) sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar
bioetanol terhadap daya dan torsi serta Specific FuelConsumption (SFC). Variabel bebas pada penelitian adalah putaran mesin
dimulai dari 4000 RPM, 4500 RPM, 5000 RPM, 5500 RPM, 6000 RPM, 6500 RPM. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
performa mesin yaitu daya, torsi dan SFC. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang melakukan pengujian
secara langsung terhadap objek kajian dalam periode tertentu dan melakukan pencatatan secara sistematis pada hal hal yang diuji.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh dari penggunaan bahan bakar bioetanol yang memiliki kadar 96% pada variasi
putaran mesin. Daya maksimal yang dihasilkan sebesar 8,28 Hp pada putaran mesin 6500 rpm dan torsi maksimal 9,07 Nm pada
putaran mesin 4250 rpm serta SFC sebesar 0,86 kg/Hp.jam.
Kata kunci : bioetanol, etanol, air leri, bahan bakar alternatif

I. PENDAHULUAN judul “Analisis Bahan Bakar Bioetanol E100 dari Limbah Air
Permasalahan lingkungan yang terjadi mengenai menipisnya Cucian Beras Terhadap Performa Mesin Sepeda Motor Matic
bahan bakar fosil dan pemanasan global salah satunya 4 Langkah” untuk mengetahui pengaruh bioetanol dari limbah
disebabkan oleh penggunaan berlebih bahan bakarfosil. Oleh air cucian beras terhadap performa motor bensin 4 langkah 119
karena itu saat perlu dilakukan usaha observasi dan cc dan mengatahui konsumsi bahan bakar dari penggunaan
pengembangan teknologi mengenan bahan bakar alternatif.
Salah satu bahan bakar alternatif pengganti BBM adalah etanol. II. METODOLOGI PENELITIAN
Etanol merupakan zat cair tidak berwarna, mudah menguap, Metode pengambilan data yang digunakan adalah penelitian
dan dapat terbakar. Karena etanol terbuat dari bahankimia yang eksperimental yang merupakan penelitian kuantitatif analisis data
berbahaya bagi lingkungan maka digunakanlahbioetanol yang dengan pengamatan secara langsung perubahan performa mesin dengan
berasal dari bahan nabati dan dapat mengurangisampah yang menggunakan bioetanol dengan etanol yang kemudian dilakukan
tidak terpakai oleh masyarakat untuk mengurangipencemaran pengujian performa kendaraan menggunakan dynamometer yang akan
lingungan akibat sampah rumah tangga. Salah satu bahan mengeluarkan feedbackberupa grafik daya dan torsi yang dihasilkan.
pembuat bioetanol adalah air dari cucian beras. Aircucian beras Pengujian performa mesin pada kendaraan empat langkah satu silinder
mengandung bahan yang diperlukan untuk menhasilkan 119 cc dengan ratio kompresi 13:1 menggunakan metode P- Max Full
bioetanol yaitu karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral Open Throttle pada putaran 3000 rpm – 8000 rpm.
lainnya. Karbohidrat yang terkandung dalam air cucianberas Air dari hasil cucian beras diukur pH awalnya menggunakan pH meter
dapat dihidrolisis untuk menghasilkan glukosa. Glukosa digital sehingga dapat diketahui pH awal air cucian beras yaitu 6,68
kemudian difermentasi menjadi bioetanol menggunakan yang merupakan pH netral.
mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae. Berdasarkan dari
permasalahan itu, maka peneliti mengadakan penelitian dengan

22
Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Manufaktur Vol. 01 Desember 2021 | e-ISSN 2809-5588

Berdasarkan pH awal tersebut, maka sebelum proses fermentasi lama menyebabkan timbulnya bau tidak sedap ini dikarenakan
perlu dilakukan proses peningkatan derajat keasaman dengan bioetanol yang dihasilkan belum maksimal karena pertumbuhan
menambahkan HCL sehingga pH turun menjadi 1 – 2 secara mikroorganisme Saccharomuces cerevisiae belum tumbuh secara baik
hidrolisis. karena waktu fermentasi yang relatif singkat. Berdasarkan hasil
penelitian ini waktu fermentasi dan jumlah ragi memiliki pengaruh
terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. Jumlah ragi yang semakin
banyak dan waktu yang semakin lama maka semakin besar pula kadar
bioetanol yang dihasilkan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan banyak ragi
tape yang ditambahkan, maka semakin banyak pula khamir yang
dihasilkan. Waktu fermentasi yang digunakan lama, maka semakin
banyak mikroorganisme Saccharomyces cevisiae yangberkembang biak
sehingga kadar etanol yang dihasilkan semakin banyak. Karena sifat
dari bakteri semakin aktif dan semakin banyak jumlahnya, sehingga
mempunyai kemampuan memecah substrat semakin tinggi.
Selanjutnya dilakukan destilasi untuk memisahkan bioetanol dengan
zat lain yang terkadung didalam hasil fermentasi. Destilasi pada
penelitian ini dilakukan sebanyak empat kali dengan menggunakan
destilator sederhana dengan pengatur suhu pada 80°C, pada proses
destilasi yang pertama bioetanol yang dihasilkan memiliki kadar
sebesar 55,5%. Olehkarena itu untuk mendapatkan kadar yang lebih
tinggi dilakukan destilasi berulang sebanyak empat kali. Setelah
didestilasi bahan baku yang pada awalnya berwarna putih keruh
Gambar 1 Grafik perbandingan pH sebelum dan setelah hidrolisis menjadi jernih dan tercium aroma alkoholnya.
Berdasarkan Gambar 1, nilai pH sampel turun setelah
dihidrolisis. pH yang awal sebesar 6,68 turun menjadi 1,13
dikarenakan proses pemecahan zat pati secara hidrolisis
menggunakan asam kuat HCl. Penambahan asam akan
mempengaruhi pH (Machbubatul, 2008).

Gambar 3 Grafik kadar bioetanol setelah destilasi

Dari Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa kandungan bioetanol


hasil destilasi pertama yaitu sebesar 55%. Setelah dilakukan
proses destilasi kedua, kandungan kadar bioetanol meningkat
hingga mencapai kadar 70%. Destilasi ketiga menghasilkan
kadar bioetanol sebesar 90%. Destilasi keempat menghasilkan
kadar bioetanol sebesar 96%. Kadar tertinggi inisudah sesuai
dengan fuel grade dan dapat digunakan sebagai bahan bakar
Gambar 2 Grafik perbandingan pH setelah hidrolisis dan setelah netralisasi
Berdasarkan Gambar 2, diatas dapat dilihat bahwa pH setelah kendaraan.
dilakukan proses hidrolisis 1,31 dinetralkan menjadi 4,37. Proses
netralisasi pada penelitian ini berhasil sesuai dengan tujuan
netralisasi yaitu menghilangkan sisa asam kuat yang tinggi akibat
dari proses hidrolisis sehingga diperoleh pH yang sesuai untuk
dilakukan proses fermentasi. Proses netralisasi dilakukan dengan
menambahkan NaOH hingga pH hidrolisat menjadi 4 – 4,5 yang
merupakan pH terbaik untuk pertumbuhan Saccharomyces
cerevisiae.
Setelah dilakukan proses hidrolisis selanjutnya dilakukan proses
fermentasi dengan menambahkan bakteri Saccharomyces Gambar 4 Kuantitas volume bioetanol
cerevisiae kedalam limbah air cucian beras yang telah dihidrolisis.
Bau menyengat dan tidak sedap mulai keluar pada fermentasi hari
ketiga. Fermentasi yang belum

23
Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Manufaktur Vol. 01 Desember 2021 | e-ISSN 2809-5588

Dilakukan proses modifikasi ruang bakar standar pada


kendaraan yang akan digunakan sebagai objek penelitian
memilik volume silinder 119 cc dengan ratio kompresi sebesar
10:1. Pada penelitian ini ratio kompresi dinaikkan menjadi 13:1
dengan cara dilakukan pemotongan blok silinder yang semula
berukuran 57,9 mm sebesar 2,37 mm sehingga menjadi 55,3
mm dengan diameter 50 mm.

Gambar 5 Hasil pemotongan blok silinder


Gambar 7 Pompa bahan bakar eksternal
Sebelum menguji kendaraan maka dilakukan konfigurasi pada
ECU. ECU yang digunakan pada penelitian ini yaituJUKEN 5 Setelah semua persiapan bahan dilakukan maka dilakukan
dengan mapping ignition time dimajukan 80%. Hal ini proses pengujian performa kendaraan untuk mendapatkan daya
bertujuan untuk mengimbangi nilai oktan pada bahan bakar dan torsi serta SFC menggunakan alat dinamometer jenis
etanol dan bioetanol yang sebesar 108. Kemampuan ECU leadsdyno. Metode yang digunakan adalah P-Max Full Open
standar tidak dapat mengimbangi proses pembakaran karena Throttle pada putaran 3000 – 8000 rpm. Skema pengujian alat
ignition time yang terlambat sehingga menyebabkan bahan dapat dilihat dari gambar 8 berikut:
bakar tidak terbakar sepenuhnya dan mengakibatkan kendaraan
mati.

Gambar 6 Mapping ECU JUKEN 5

Dalam penelitian ini menggunakan pompa eksternal dengan


tekanan bahan bakar yang digunakan sebesar 3 bar. Hal ini
dimaksudkan agar injector dapat menyemprotkan bahan bakar Gambar 8 Skema pengujian kendaraan
etanol dan bioetanol dengan baik sehingga dapat terjadi
pengkabutan yang sempurna. Pengambilan data dilakukan melakukan Full Open Throttle
secara spontan pada 3000 rpm hingga 8000 rpm. Hasil dari
dynotest akan langsung ditampilkan pada komputer berupadata
grafik.

24
Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Manufaktur Vol. 01 Desember 2021 | e-ISSN 2809-5588

Tabel diatas merupakan data daya mesin pada pengunaan bahan


bakar bioetanol dan etanol pada pengujian dynotest.

Gambar 9 Tampilan layar komputer operator dynotest

Gambar 10 Grafik perbandingan daya penggunaan bahan bakar bioetanol danetanol


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Grafik perbandingan penggunaan bahan bakar bioetanol dan
Pengambilan data yang dilakukan berdasarkan metode
etanol terhadap daya, dapat kita simpulkan bahwapenggunaan
penelitian yang telah disampaikan sebelumnya dan akan
bahan bakar dari bioetanol menghasilkan dayasebesar 8,28 Hp
ditunjukkan data hasil pengujian performa kendaraan dan SFC
pada putaran mesin 6500 rpm sementara etanol mnghasilkan
beserta analisis grafik sebagai berikut:
Tabel I. Daya Kendaraan Pada Bahan Bakar Bioetanol Dan Etanol daya sebesar 8,15 Hp pada putaran mesin 6500 rpm. Hal ini
menunjukkan bahawa penggunaan bahan bakar bioetanol
menghasilkan daya yang lebih tinggi daripada penggunaan
Daya (HP) bahan bakar etanol.
Putaran Mesin Tabel Ii. Torsi Kendaraan Pada Bahan Bakar Bioetanol Dan
Bioetanol Etanol Etanol

0.2 0.2
Torsi (Nm)
4000 0.2 0.1 Putaran Mesin
Bioetanol Etanol
0.1 0.1
0.1 0.1
2.4 2.2 4000 0.1 0.05
4500 2.5 2.25 0.1 0.1

2.6 2.3 3.7 3.5


4500 3.8 3.6
4.3 4.2
3.85 3.9
5000 4.33 4.2
6.1 6
4.34 4.4 5000 6.18 6

6.5 6.4 6.19 6.18


8.3 8.2
5500 6.53 6.4
5500 8.4 8.19
6.5 6.4
8.29 8.21
7.55 7.5 8.9 8.9
6000 7.6 7.5 6000 9 8.95
7.7 7.6 9.05 8.95
9 8.95
8.2 8.1
6500 9.1 9.05
6500 8.3 8.15
9.12 9
8.35 8.2

25
0.797424 0.792143
Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Manufaktur (SNRTM) 2021 - JTM Polinema
0.58865 0.792143
6000
Tabel diatas menunjukkan torsi yang dihasilkan pada 0.993992 0.869597
penggunaan bahan bakar etanol dan bioetanol pada pengujian
kendaraan dengan dynotest. 0.866076 0.855514

0.642868 0.688636
6500
1.077901 0.938249

Tabel diatas menunjukkan specific fuel consumption yang


dihasilkan karena penggunaan bahan bakar bioetanol dan etanol
memiliki nilai maksimum sebesar 0,86 kg/Hp.jam untuk
bioetanol dan 0.83 kg/Hp.jam untuk etanol 96%.

Gambar 11 Grafik perbandingan torsi penggunaan bahan bakar bioetanol dan


etanol

Grafik perbandingan menggunakkan bahan bakar etanol dan


bioetanol dan putaran mesin terhadap torsi, dapat kitasimpulkan
bahwa pada penggunaan bahan bakar bioetanol menghasilkan
torsi sebesar 9,07 Nm pada putaran 6500 rpm sementara
penggunaan bahan bakar etanol menghasilkan torsi sebesar 9,0
Nm pada putaran putaran 6500 rpm. Hal ini menunjukkan
penggunaan bahan bakar bioetanol menghasilkan torsi yang
lebih tinggi daripada penggunaan bahan bakar etanol.
Tabel Iii. Specific Fuel Consumption Bahan Bakar Bioetanol Dan Gambar 12 Grafik perbandingan specific fuel consumption bioetanol dan etanol
Etanol
Specific Fuel Consumption Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui meskipun bioetanol
(kg/Hp.jam) memiliki daya dan torsi yang lebih besar dibandingkan dengan
Putaran Mesin etanol namun bioetanol memiliki nilai SFC yang lebih rendah
Bioetanol Etanol
dibandingkan dengan etanol. Hal ini membuktikan bahwa
0.021124 0.021124 penggunaan bahan bakar bioetanol lebih hemat dan ramah
lingkungan.
0.015491 0.00845 IV. KESIMPULAN
4000
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah
0.012909 0.011442 dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan bahan bakar bioetenaol
0.253486 0.232362
limbah air cucian beras terhadap daya dan torsi yang
0.193635 0.190114 dihasilkan oleh mesin empat langkah matic 119 cc. pada
4500 penggunaan bahan bakar bioetanol limbah air cucian beras
0.335634 0.263167 menghasilkan daya tertinggi pada putaran 6500 rpmdengan
daya sebesar 8,28 HP. Pada penggunaan bahan bakar
0.454162 0.4436 bioetanol limbah air cucian beras menghasilkan torsi
tertinggi pada putaran mesin 6500 rpm dengan torsi sebesar
0.335376 0.35488 9,07 Nm.
5000
2. Terdapat pengaruh penggunaan bahan bakar bioetanol
0.56025 0.503451 terhadap specific fuel consumption kendaraan yakni pada
putaran mesin 6500 menghasilkan rata – rata nilai SFC
0.686524 0.675962 sebesar 0,86 kg/Hp.jam.
0.505774 0.540769
5500
0.839084 0.732292

26
Seminar Nasional Rekayasa Teknologi Manufaktur (SNRTM) 2021 - JTM Polinema
V. SARAN
Berdasarkan hasil dan pengolahan data yang telah dilakukan,
dapat diambil saran sebagai berikut:
1. Untuk proses destilasi dapat dilakukan dengan
menggunakan destilator bertingkat untuk mengurangi
proses destilasi berulang yang banyak.
2. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan
menambahkan variasi ragi yang berbeda untuk
menghasilkan kadar alkohol yang berbeda juga.
3. Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar masih perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut lagi untuk mendapat hasil
yang lebih baik.
REFRENSI
[1] Abiskusna, S., B, Sugiarto, RmMonasari, R.Aditya, and D.Hendrawan.
(2017). Performance Analysis (WHP and Torque) on SI Engine Fueled
with LowGrade Bioethanol and Oxygenated Fuel Additive. IOP
Conference Science : Earth and Environmental Science, 105, pp. 1-7.
[2] Aiman, S. Perkembangan Teknologi dan Tantangan Dalam Riset
Bioethanol di Indonesia. Jurnal Kimia Terapan Indonesia (16:108-117).
[3] Boedoyo, M.S., 2014. Prospek Pemanfaatan Bioethanol Sebagai
Pengganti BBM di Indonesia 10.
[4] Irawan, Bambang. (2017). “Perhitungan Energi Pembakaran Bahan Bakar
di Dalam Silinder Mesin Bensin”. Jurnal SNTT 3, 13-16.
[5] Oktavia Tri Hervina, Sumiyati Sri, Sutrisno Endro. 2012. Pemanfaatan
Limbah Air Cucian Beras Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol
Padat Secara Fermentasi Oleh Saccharomyces Cerevisiae, hal. 6.
[6] Sebayang, A. H., H. H. Masjuki., Hwai Chyuan Ong., S. Dharma., A. S.
Silitonga., F. Kusumo., Jassinnee Milano. (2017). Prediction of Engine
Performanceand Emissions with Manihot Glaziovii Bioethanol-Gasoline
Blended Using Extreme Learning Machine. Journal of Fuel, 210, pp. 914-
921.
[7] Manihot Glaziovii Bioethanol-Gasoline Blended Using Extreme Learning
Machine. Journal of Fuel, 210, pp. 914-921.
[8] Winoko, Agus, Y., Kasijanto., Santoso. (2018). Pengujian Daya dan
Emisi Gas Buang (Edisi Revisi). Malang : Polinema Press.
[9] Wulandari, Anindita Etri. 2011. Pemanfaatan Sampah Buah Menjadi
Bioetanol Dengan Proses Fermentasi. Skripsi Jurusan Teknik
Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang.
[10] I.S. Jacobs and C.P. Bean, “Fine particles, thin films and exchange
anisotropy,” in Magnetism, vol. III, G.T. Rado and H. Suhl, Eds. New
York: Academic, 1963, pp. 271-350.
[11] K. Elissa, “Title of paper if known,” belum dipublikasikan.
[12] R. Nicole, “Title of paper with only first word capitalized,” J. Name Stand.
Abbrev., in press.

27

Anda mungkin juga menyukai