Anda di halaman 1dari 8

UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No.

1, January 2020

PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGHAMBAT


PROSES OKSIDASI BIOETANOL DARI SINGKONG KARET (Manihot glaziovii)

THE USE OF ANTIOXIDANT AS AN EFFORT TO INCREASE BIOETHANOL


OXIDATION PROCESS FROM RUBBER CASSAVA (Manihot glaziovii)

Agnesya Dias Andana, Siti Tjahjani, dan Amaria*


Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
State University of Surabaya
Jl. Ketintang, Surabaya (60231), Telp. 031-8298761
*Corresponding author, email : amaria@unesa.ac.id

Abstrak. Telah dilakukan penelitian mengenai penggunaan antioksidan sebagai upaya


menghambat proses oksidasi bioetanol singkong karet (Manihot glaziovii). Bioetanol bersifat mudah
menguap, dapat bercampur dengan air, dan mengalami oksidasi. Proses oksidasi bioetanol
mengakibatkan etanol berubah menjadi aldehid, dan oksidasi lebih lanjut akan berubah menjadi asam
karboksilat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh konsentrasi antioksidan Tersier Butil
Hidroksi Quinolin (TBHQ) terhadap kadar dan pH bioetanol hasil sintesis. Penelitian dilakukan
melalui tiga tahap yaitu 1) pembuatan bioetanol dari singkong karet 2) penambahan antioksidan
TBHQ dengan konsentrasi 0%; 0,03%; 0,05%; 0,07%; dan 0,1% ke dalam bioetanol hasil sintesis,
dan 3) analisis data kadar bioetanol dengan uji Kruskall-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1) kadar etanol hasil sintesis sebesar 47% dan pH etanol hasil sintesis sebesar 6,51 2) bioetanol hasil
sintesis yang tidak ditambah antioksidan TBHQ mengalami penurunan kadar menjadi 37% dan
penurunan pH menjadi 5,38, sedangkan kadar bioetanol hasil sintesis yang ditambah antioksidan
TBHQ sebanyak 0,03%; 0,05%; 0,07%; 0,1% berturut-turut mengalami penurunan kadar menjadi
45%; 45%; 46,5%; 46% serta penurunan pH menjadi 6,48; 6,46; 6,45; 6,41 dan 3) hasil uji Kruskall-
Wallis menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada berbagai variasi kadar
antioksidan TBHQ. Bioetanol hasil sintesis dapat disimpan dengan penambahan antioksidan TBHQ
dengan kadar 0,03%.

Kata kunci: Bioetanol, oksidasi, antioksidan

Abstract. Research on the use of antioxidants as an effort to inhibit the oxidation of bioethanol
rubber cassava (Manihot glaziovii). Bioethanol is volatile, can mix with water, and undergo
oxidation. The bioethanol oxidation process causes ethanol to turn into aldehydes, and further
oxidation will turn into carboxylic acids. The purpose of this study was to determine the effect of the
Tertiery Buthyl Hidrxoy Quinolin (TBHQ) on the levels and pH of the bioethanol produced from the
synthesis. The research was carried out in three stages, namely 1) the manufacture of bioethanol
from rubber cassava 2) the addition of antioxidant TBHQ with a concentration of 0%; 0.03%;
0.05%; 0.07%; and 0.1% into the synthesized bioethanol, and 3) analysis of bioethanol content data
with the Kruskall-Wallis test. The results showed that 1) the ethanol content of the synthesis product
was 47% and the pH of the ethanol synthesis result was 6.51 2) the bioethanol results of the
synthesis which were not added by the antioxidant TBHQ had decreased levels to 37% and the pH
decreased to 5.38, while the bioethanol level results synthesis which is added by antioxidant TBHQ
as much as 0.03%; 0.05%; 0.07%; 0.1% decreased in a row to 45%; 45%; 46.5%; 46% and
decreased pH to 6.48; 6.46; 6.45; 6,41 and 3) Kruskall-Wallis test results state that there is no
significant difference in the various variations of the TBHQ antioxidant levels. The synthesized
bioethanol can be stored with the addition of antioxidant TBHQ at 0.03%

Keywords: bioethanol, oxidation, antioxidant

36
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020

Umumnya, bioetanol memiliki sifat mudah


menguap, tidak berwarna, dapat bercampur dengan
PENDAHULUAN air, dan dapat mengalami oksidasi. Pada proses
sintesis etanol, kadar etanol tinggi yang diperoleh
Bioetanol merupakan salah satu sumber energi dari proses fermentasi menyebabkan tumbuhnya
alternatif yang berpotensi sebagai biofuel untuk bakteri Acetobacter yang tidak terduga, yang dapat
menggantikan bahan bakar fosil dan bersifat ramah mengubah etanol menjadi asam asetat. Selain itu,
lingkungan. Menurut organisasi kesehatan dunia O* yang menyerang etanol dapat menyebabkan
(WHO) pada tahun 2017, kontribusi gas buang terputusnya atom H pada C alfa, sehingga O*
kendaraan bermotor mencapai 60-70% dari sumber berikatan dengan atom C alfa dan menyebabkan
polusi udara. Gas buang yang berasal dari struktur tersebut tidak stabil. Ketidakstabilan
penggunaan bahan bakar premium dapat dikurangi tersebut menyebabkan molekul etanol akan
dengan menggunakan bioetanol sebagai campuran melepaskan gugus H2O dan membentuk aldehid.
di dalamnya. Campuran bioetanol 10% dalam Aldehid dapat teroksidasi lebih lanjut menghasilkan
bahan bakar premium mampu menurunkan emisi asam karboksilat [4].
karbon monoksida hingga 25-30%. Hal ini Proses oksidasi etanol dapat dihambat
membuat bioetanol memiliki nilai fungsi yang lebih menggunakan antioksidan. Antioksidan merupakan
dibanding dengan bahan bakar premium, sehingga senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi.
keberadaannya perlu diperhatikan [1]. Antioksidan dibagi menjadi dua kategori yaitu
Bioetanol dibuat melalui proses fermentasi dari antioksidan primer dan antioksidan sekunder.
bahan baku tumbuhan yang mengandung Antioksidan primer merupakan substansi yang
karbohidrat, gula, pati atau selulosa. Salah satu dapat berperan sebagai akseptor radikal bebas
tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat sehingga dapat menghambat proses oksidasi [5].
adalah singkong karet, yaitu sebesar 98,4674%. Berdasarkan Material Safety Data Sheet, jenis
Selain memiliki kadar karbohidrat yang tinggi, antioksidan TBHQ merupakan agen pereduksi yang
selama ini singkong karet juga masih belum banyak kuat sehingga bersifat lebih mudah teroksidasi
dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki dibandingkan dengan etanol. Antioksidan tersebut
kandungan HCN di dalamnya. Singkong karet juga memiliki konfigurasi fenol di dalam
dapat tumbuh di lahan yang kurang subur dan masa strukturnya. Struktur tersebut membuat antioksidan
panennya tidak tergantung pada musim, sehingga TBHQ memiliki kecenderungan melepaskan proton
ketersediaan singkong karet cukup aman untuk H untuk diberikan pada rantai reaksi radikal dan
digunakan sebagai bahan baku bioetanol [2]. memungkinkan reaksi radikal stabil kembali [6].
Sintesis bioetanol dilakukan melalui 4 tahap Kadar antioksidan TBHQ yang optimum untuk
yaitu pembuatan tepung pati, hidrolisis pati, ketahanan oksidasi biodiesel jarak pagar adalah
fermentasi glukosa, dan distilasi. Tahap hidrolisis sebesar 0,1% dalam menghambat proses oksidasi.
pati dilakukan menggunakan H2SO4 dan tahap Akan tetapi, antioksidan sendiri merupakan agen
fermentasi glukosa dilakukan menggunakan yang dapat menghambat proses oksidasi walau
Saccharomyces cerevisiae. Pemilihan dengan konsentrasi yang kecil [7].
Saccharomyces cerevisiae ini didasarkan pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuannya dalam proses sintesis bioetanol. pengaruh konsentrasi antioksidan TBHQ dalam
Saccharomyces cerevisiae menghasilkan 2 enzim menghambat proses oksidasi bioetanol hasil
yaitu zimase dan invertase. Fungsi enzim invertase sintesis.
adalah untuk memecah pati menjadi glukosa dan
enzim zimase mengubah glukosa menjadi etanol METODE PENELITIAN
dengan tahap fermentasi [3]. Alat
Tahap fermentasi dilakukan selama 168 jam. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
Waktu fermentasi yang optimum untuk adalah gelas kimia 1000 ml, gelas kimia 500 mL,
menghasilkan etanol adalah 168 jam dengan massa gelas ukur 10 ml, labu ukur 100 ml, alkoholmeter,
ragi sebanyak 15 gram dengan kadar etanol sebesar pH meter, termometer, magnetic stirer, oven,
94%. Pada tahap pemurnian digunakan metode evaporator, neraca analitik, spatula, kertas saring,
distilasi pada suhu 78oC. Tahap distilasi ini corong, aluminium foil, baskom, dan botol.
bertujuan untuk memisahkan etanol dengan air
berdasarkan titik didihnya [2].

37
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020

Bahan ditambahkan antioksidan TBHQ sebanyak


Singkong karet (Manihot glaziovii), akuades, 0,03%; 0,05%; 0,07%; 0,1%. Kemudian
mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae, dimasukkan ke dalam botol tertutup dan
antioksidan TBHQ disimpan selama 21 hari kemudian
dilakukan pengujian organoleptik, pH,
PROSEDUR PENELITIAN kadar alkohol (%).
a. Pembuatan Tepung Pati
Singkong karet dikupas dan dicuci hingga 2) Tanpa antioksidan
bersih. Singkong yang telah bersih dipotong- Bioetanol yang telah sesuai standar SNI
potong menjadi berukuran kecil. Singkong 7390:2012 dimasukkan ke dalam gelas
karet ditambah air dan dihaluskan. Singkong kimia (tertutup) sebanyak 100 ml dan
karet yang telah halus diperas menggunakan dimasukkan ke dalam botol tertutup dan
kain bersih dan dipisahkan antara residu dan disimpan selama 21 hari kemudian diuji
filtratnya. Filtrat dimasukkan ke dalam tampakan, pH, kadar etanol (%).
baskom dan diendapkan selama 48 jam,
kemudian didekantasi. Endapan diambil lalu HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan ke dalam baskom kemudian a. Pembuatan Tepung Pati
dikeringkan di bawah sinar matahari. Pati Pada proses preparasi, singkong karet
singkong karet ditimbang massanya. dipotong-potong menjadi berukuran kecil
kemudian dihaluskan. Singkong karet yang
b. Hidrolisis Pati telah halus ditambah air dan diperas. Air
Lima puluh gram tepung pati singkong perasan singkong karet diendapkan selama 48
karet dan akuades (1:10) dimasukkan ke dalam jam kemudian dipisahkan antara filtrat dan
gelas kimia 1000 ml dan ditambah H2SO4 0,15 residunya. Residu dikeringkan di bawah sinar
N sebanyak 100 ml kemudian diaduk hingga matahari kemudian dihaluskan menggunakan
homogen. Gelas kimia ditutup mengunakan ayakan 100 mesh. Proses pengayakan
aluminium foil, lalu dipanaskan pada suhu ditujukan agar ukuran pati menjadi lebih kecil
80oC selama 60 menit. Pati terhidrolisis dan homogen, sehingga didapatkan pati yang
didinginkan hingga suhu kamar (25-30oC), tidak bergerindil dan siap untuk digunakan
kemudian dilakukan pemisahan antara larutan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
glukosa dan sisa sampel yang tidak Proses pembuatan tepung pati ini bertujuan
terhidrolisis dengan penyaringan. agar enzim invertase yang terdapat dalam
Saccharomyces cerevisiae memiliki akses
c. Fermentasi Glukosa yang lebih mudah untuk memecah polisakarida
Larutan hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam (pati) menjadi monosakarida (glukosa) yang
erlenmeyer dan diatur pH menjadi 4-5 sederhana.
menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Larutan
hasil hidrolisis difermentasi menggunakan b. Hidrolisis Pati
Saccaromyces cerevisiae sebanyak 1 gram. Tepung pati sebanyak 50 gram ditambah
Tahap fermentasi dilakukan selama 168 jam dengan akuades sebanyak 500 ml. Tahap
hidrolisis pati dilakukan menggunakan 100 ml
d. Pemurnian Bioetanol H2SO4 0,15 N dan pemanasan pada suhu 80oC
Fermentan disaring dengan menggunakan selama 60 menit. Asam sulfat atau H2SO4
vacum filter dan diambil filtratnya. Filtrat memiliki ion H+ yang berfungsi untuk
didistilasi menggunakan evaporator dengan memutuskan ikatan glikosida pada pati dan
suhu 78oC hingga tidak lagi menetes. diubah menjadi rantai sederhana. Proses
hidrolisis terjadi melalui beberapa tahapan. Ion
e. Penyimpanan dan Pengujian Bioetanol H+ yang berasal dari H2SO4 berikatan dengan
Hasil Sintesis atom O pada ikatan glikosida yang
1) Penambahan antioksidan menghubungkan antar glukosa. Kemudian
Bioetanol yang telah sesuai standar SNI terjadi pemutusan ikatan C-O yang
7390:2012 dimasukkan ke dalam gelas menghasilkan zat antara kation karbonium
kimia (tertutup) sebanyak 50 ml dan siklis. Kemudian kation karbonium mengadisi

38
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020

molekul H2O membentuk struktur yang stabil Kadar glukosa diharapkan dapat meningkat
dan membebaskan ion H+ [8]. dengan adanya enzim jenis ini karena
kemampuannya dalam menghidrolisis sisa pati
yang masih tersisa. Enzim zimase selanjutnya
mengubah glukosa menjadi etanol dengan
proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan
dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen) untuk
menghasilkan etanol. Proses fermentasi
dilakukan selama 7 hari dan diletakkan pada
inkubator bersuhu 37oC, hal ini dilakukan agar
proses fermentasi berjalan maksimal sesuai
dengan pra-penelitian yang dilakukan sebelum
penelitian.
Gambar 1. Mekanisme reaksi hidrolisis pati
Hasil yang diamati berdasarkan proses
dengan bantuan katalis asam
fermentasi ini adalah timbulnya gelembung
(Praputri dkk, 2018)
udara di dalam sampel serta aroma fermentasi
seperti tape. Hal ini menandakan bahwa proses
Proses pemanasan pada suhu 80⁰C selama 60 fermentasi berjalan dengan baik. Mekanisme
menit dilakukan untuk memercepat proses proses fermentasi disajikan dalam Gambar 2.
hidrolisis. Suhu pemanasan yang digunakan
dalam proses hidrolisis diatur pada angka 80oC
(tidak melebihi titik didih air), agar air yang
berperan sebagai zat penghidrolisis tetap berada
pada fase cair sehingga reaksi antara pati dan air
berjalan baik. Hasil hidrolisis didiamkan pada
suhu ruang dan disaring hingga didapatkan Gambar 2. Mekanisme reaksi fermentasi
larutan hasil hidrolisis yang siap untuk tahap (Praputri dkk, 2018)
fermentasi etanol.
d. Pemurnian Bioetanol
c. Fermentasi Glukosa Fermentan disaring menggunakan vacum
Larutan hasil hidrolisis dimasukkan ke filter kemudian didistilasi. Tahap pemurnian
dalam erlenmeyer dan diukur pH-nya. Dalam ini bertujuan untuk memisahkan etanol hasil
proses ini dilakukan pengukuran pH dan fermentasi dari komponen lain seperti air,
didapatkan pH larutan sebesar 3. Larutan hasil sehingga diperoleh etanol yang murni. Distilat
hidrolisis ini kemudian diatur pH-nya hingga yang didapatkan sebanyak 93, 91, 92, 92, 91,
menjadi 4,5 dengan menggunakan NaOH 0,1 90 mL. Bioetanol dikumpulkan menjadi satu
M. pH optimum untuk pertumbuhan khamir kemudian diambil secara acak untuk proses
terjadi antar pH 4-5 sedangkan suhu penyimpanan dan penambahahan konsentrasi
optimumnya berkisar antara 25-30oC dan antioksidan. Sebelum disimpan, etanol hasil
maksimumnya pada 35-47oC [9]. distilasi diukur pH dan juga kadarnya. pH
Pertumbuhan khamir akan terhambat jika `etanol hasil sintesis adalah 6,51. Rentang pH
pH dan suhu fermentasi melampaui kondisi yang tepat untuk bioetanol berdasarkan SNI
optimumnya, sehingga di dalam penelitian ini 7390:2012 antara 6,5-9,0 sehingga pH yang
digunakan pH 4,5 dan suhu 37oC. Larutan didapatkan dari hasil destilasi ini telah
hasil hidrolisis ditambahkan dengan 1 gram memenuhi syarat SNI.
Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces Kadar bioetanol diukur menggunakan alat
cerevisiae berperan dalam proses sakarifikasi alkoholmeter. Prinsip kerja alkoholmeter
dan juga fermentasi. Saccharomyces adalah perbedaan berat jenis campuran antara
merupakan spesies yang dikenal dapat alkohol dengan air, dengan berdasar hukum
berperan ganda dalam fermentasi. archimedes. Hukum tersebut menjelaskan
Saccharomyces dapat menghasilkan enzim bahwa suspensi suatu fluida akan didorong
invertase dan zimase yang dibutuhkan dalam oleh kekuatan yang sama dengan berat fluida
proses fermentasi [3]. yang dipindahkan. Semakin rendah massa
jenis suatu zat, maka alkoholmeter akan lebih

39
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020

jauh tenggelam. Berat jenis etanol lebih rendah (%).Berdasarkan uji organolpetik, kadar, dan
daripada air. Etanol memiliki massa jenis pH, bioetanol hasil sintesis ini telah memenuhi
sebesar 0,7893 g/ml, sedangkan air sebesar 1 standar etanol sesuai SNI 7390:2012
g/ml. Komposisi etanol yang dihasilkan dari sedangkan untuk kadar belum terpenuhi karena
distilasi sebanding dengan gaya dorong ke atas masih ada kandungan air di dalamnya. Data
dari alkoholmeter, jika kadar etanol semakin hasil pengamatan ditampilkan pada Tabel 1.
besar maka skala pada alkoholmeter juga akan Tabel 1. Data hasil pengujian sebelum
semakin tinggi. penyimpanan
Kadar etanol hasil sintesis yang diukur
No. Karakteristik Hasil
menggunakan alkoholmeter adalah sebesar 1. Organoleptik Jernih tidak berwarna,
47%. Kadar bioetanol yang sesuai SNI berbau menyengat khas
7390:2012 adalah 99,5% (sebelum denaturasi) alkohol
dan 94,0% (setelah denaturasi). Kadar etanol 2. pH 6,51
yang tinggi dapat diperoleh dari tahap distilasi 3. Kadar etanol % 47%
berulang dan kadar etanol mengalami
peningkatan dari 18% menjadi 95,40% setelah Bioetanol hasil sintesis disimpan di dalam
dilakukan proses distilasi sebanyak 7 kali [10] botol tertutup dan disimpan selama 21 hari.
Etanol hasil sintesis sebanyak 50 ml diambil
e. Penyimpanan dan Pengujian Bioetanol secara acak dan dimasukkan ke dalam 5 botol
Hasil Sintesis penyimpanan yang berbeda. Masing-masing
Tahap penyimpanan dilakukan dengan botol yang berisi etanol ditambah antioksidan
tujuan untuk mengetahui bagaimana berbagai konsentrasi yang berbeda yaitu 0;
perubahan kualitas bioetanol hasil sintesis. 0,03; 0,05; 0,07; dan 0,1% dan dilakukan
Berdasarkan uji pendahuluan, telah diketahui replikasi sebanyak 2 kali.
bahwa kadar dan pH bioetanol mulai berubah Bioetanol yang telah disimpan kemudian
pada saat penyimpanan di atas 21 hari. diuji organoleptik, pH, dan kadarnya lagi
Bioetanol sebanyak 50 mL ditambah dengan untuk dibandingkan dengan data sebelum
antioksidan TBHQ sebanyak 0,03; 0,05; 0,07; proses penyimpanan. Untuk uji organoleptik,
dan 0,1%. Proses penambahan konsentrasi bioetanol yang disimpan dengan penambahan
antioksidan TBHQ ini bertujuan untuk antioksidan menjadi cenderung berwarna
menghambat proses perubahan struktur kekuningan sedangkan bioetanol tanpa
bioetanol menjadi asam karboksilat yang antioksidan tetap jernih dan tidak berwarna.
diakibatkan oleh oksidasi. Ada 2 hal yang Antioksidan TBHQ menyebabkan warna
menyebabkan oksidasi etanol, yaitu kekuningan setelah proses penyimpanan. Hal
mikroorganisme pada ragi dan oksigen di ini berbanding terbalik dengan standar kualitas
dalam tempat penyimpanan etanol hasil yang harus dimiliki oleh bioetanol sesuai SNI
sintesis yang menyebabkan etanol berubah 7390:2012 yaitu jernih, terang, dan tidak ada
menjadi asam karboksilat. Sebelum dilakukan endapan. Untuk hasil uji pH dan kadar etanol
proses penyimpanan, etanol hasil sintesis diuji disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
organoleptik, pH, dan kadar etanol

Tabel 2. pH etanol hasil sintesis setelah penyimpanan


Kadar antioksidan Penurunan pH
Replikasi pH Rata-rata
(%)
1 5,37
0 5,38 1,13
2 5,39
1 6,48
0,03 6,48 0,03
2 6,48
1 6,46
0,05 6,46 0,05
2 6,47
1 6,46
0,07 6,45 0,06
2 6,45
1 6,41
0,1 6,41 0,1
2 6,41

40
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020

Tabel 3. Kadar etanol hasil sintesis setelah penyimpanan


Kadar antioksidan Penurunan
Replikasi Kadar etanol (%) Rata-rata
(%) kadar
1 36
0 37% 10%
2 38
1 45
0,03 45% 2%
2 45
1 44
0,05 45% 2%
2 46
1 47
0,07 46,5% 0,5%
2 46
1 46
0,1 2 46 46% 1%

kadar dan pH namun tidak signifikan. Etanol


Berdasarkan data-data di atas, diketahui hasil sintesis yang ditambah antioksidan TBHQ
bahwa terdapat perbedaan antara sebelum dan sebanyak 0,03%; 0,05%; 0,07%; 0,1% berturut-
sesudah penyimpanan. Nilai pH bioetanol turut mengalami penurunan kadar sebesar 2%;
sebelum dan setelah penyimpanan terjadi 2%; 0,5%; 1% dan penurunan pH sebesar 0,03;
penurunan. Etanol yang disimpan tanpa 0,05; 0,06; 0,1.
ditambah antioksidan terjadi penurunan dari Etanol yang telah mengalami proses
angka 6,51 menjadi 5,38. Hal ini diakibatkan penyimpanan bereaksi dengan oksigen, baik
karena adanya pengaruh kandungan asam oksigen radikal yang berasal dari udara bebas,
karboksilat di dalamnya sehingga nilai pH turun. panas matahari, dan dari kandungan air di
etanol hasil sintesis yang tidak ditambah dalamnya. Proses oksidasi ini menyebabkan
antioksidan mengalami penurunan kadar etanol struktur etanol berubah menjadi aldehid dan
dari 47% menjadi 37%. asam karboksilat jika teroksidasi lebih lanjut.
Etanol yang disimpan dengan penambahan Reaksi oksidasi etanol disajikan dalam Gambar
konsentrasi antioksidan juga terjadi penurunan 3.

Gambar 3. Reaksi oksidasi etanol (Fessenden dan Fessenden, 1989)

Gambar 3 menjelaskan bahwa etanol yang tersebut tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut
bereaksi dengan oksigen dapat menyebabkan menyebabkan molekul alkohol akan melepaskan
terputusnya atom H, sehingga menyebabkan gugus H2O dan membentuk aldehid. Aldehid
atom O bersifat radikal. Atom O* yang dapat teroksidasi lebih lanjut menghasilkan asam
berikatan dengan atom C alfa menyebabkan asetat. Oksigen yang masuk ke dalam
terbentuknya dua gugus alkohol (-OH) pada strukturnya akan berikatan dengan atom H yang
struktur molekulnya. Adanya 2 gugus alkohol (- tidak memiliki pasangan sehingga membentuk
OH) dalam suatu struktur menyebabkan struktur asam karboksilat. Proses tersebut yang dapat

41
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020

menyebabkan nilai pH dan kadar bioetanol Pada uji Kruskall-Wallis diketahui bahwa
menjadi menurun setelah melalui penyimpanan. nilai signifikansi sebesar 0,114. Jika nilai
Antioksidan TBHQ memiliki struktur fenol signifikansi <0,05, maka H0 ditolak dan H1
di dalamnya, sehingga dapat berfungsi sebagai diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh.
penyumbang atom hidrogen pada reaksi radikal Berdasarkan hasil uji tersebut, nilai signifikasi
(R*) dan mengubahnya menjadi bentuk yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
lebih stabil, sehingga reaksi berantai akan signifikan antar berbagai variasi antioksidan
terputus dan proses pembentukan aldehid-asam TBHQ. Bioetanol hasil sintesis dapat disimpan
karboksilat juga tidak terjadi. Kemampuannya dengan penambahan antioksidan TBHQ dengan
dalam menghambat oksidasi dikarenakan adanya kadar 0,03%.
gugus alkil pada posisi meta, orto, atau para
yang dapat meningkatkan densitas elektron KESIMPULAN
pada gugus OH melalui efek induktif. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian dapat
menyebabkan energi ikatan O-H menjadi kecil disimpulkan bahwa konsentrasi antioksidan
dan atom H akan mudah terlepas pada reaksi TBHQ dapat menghambat proses oksidasi
oksidasi etanol [6]. Radikal yang mendapat bioetanol hasil sintesis selama proses
donor atom H tidak akan bereaksi dengan penyimpanan, namun tidak ada perbedaan yang
oksigen karena sudah stabil sehingga dapat signifikan antara berbagai variasi konsentrasi
mencegah terbentuknya aldehid dan asam antioksidan TBHQ.
karboksilat. Mekanisme kerja antioksidan dalam
menghambat oksidasi etanol disajikan dalam SARAN
Gambar 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui cara mempertahankan kadar
bioetanol singkong karet yang disimpan selama
lebih dari 21 hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ernes, A. 2014. Optimasi Fermentasi Bagas
Tebu oleh Zymomonas Mobilis CP4 (NRRL
B-14023) untuk Produksi Bioetanol. Jurnal
AGRITECH (Vol. 34): hlm 247-256
2. Hapsari, Mira Amalia dan Alice Pramashinta.
2013. Pembuatan Bioetanol Singkong Karet
Gambar 4. Mekanisme kerja antioksidan untuk Bahan Bakar Kompor Rumah Tangga
(Hapsari dan Siti, 2014) sebagai Upaya Mempercepat Konversi
Minyak Tanah ke Bahan Bakar Nabati.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2,
konsentrasi antioksidan TBHQ terhadap kadar No. 2, hlm. 240-245
etanol, dilakukan uji statistika menggunakan Uji 3. Judoamidjojo, R. Mulyono. 1990.
Kruskall-Wallis. Uji Kruskal-Wallis merupakan Biokonversi. Bogor: Dikti Pusat Antar
uji non-parametrik yang bertujuan untuk Universitas Bioteknologi.
menentukan ada/tidaknya perbedaan signifikan 4. Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1989.
antara dua atau lebih kelompok variabel Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 1.
independen pada variabel dependen dengan Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka.
skala data numerik (interval/rasio) dan skala Erlangga. Jakarta.
ordinal. Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan 5. Sherwin, E.R. 1990. Antioxidants for
dalam Tabel 5. Vegetables Oils. J. Am. Oil Chem. Soc.
Tabel 5. Uji Kruskal Wallis 53:430
6. Hapsari, Shinta Budi dan Siti Tjahjani. 2014.
Test Statisticsa,b
Pengaruh Cahaya dan Antioksidan TBHQ
Chi-Square 7.441 terhadap Viskositas Biodiesel Minyak Biji
Df 4 Kapuk. UNESA Journal of Chemistry Vol 3.
Asymp. Sig. .114 No. 1

42
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020

7. Anggraini, Arum. 2007. Pengaruh Jenis dan 9. Irhamni, S Pandia, E Purba, W Hasan. 2017.
Konsentrasi Antioksidan terhadap Produksi Bioetanol dari Limbah Kulit
Ketahanan Oksidasi Biodiesel dari Jarak Durian. Jurnal Serambi Engineering 2
Pagar (Jatropha Curcas, L.). Skripsi. Institut (volume 1), 75-84
Pertanian Bogor. 10. Susilo & Yulianingsih. 2018. Pemurnian
8. Praputri, Elmi Sundari, Firdaus, dan Sofyan. alkohol menggunakan proses detilasi-
2018. Penggunaan Katalis Homogen dan adsorpsi dengan penambahan zeolit sintesis 3
Heterogen pada Proses Hidrolisis Pati Umbi angstrom. Jurnal keteknikan pertanian dan
Singkong Karet Menjadi Glukosa. Jurnal biosistem Vol 6 No. 1
Litbang Industri, 105-110.

43

Anda mungkin juga menyukai