1, January 2020
Abstract. Research on the use of antioxidants as an effort to inhibit the oxidation of bioethanol
rubber cassava (Manihot glaziovii). Bioethanol is volatile, can mix with water, and undergo
oxidation. The bioethanol oxidation process causes ethanol to turn into aldehydes, and further
oxidation will turn into carboxylic acids. The purpose of this study was to determine the effect of the
Tertiery Buthyl Hidrxoy Quinolin (TBHQ) on the levels and pH of the bioethanol produced from the
synthesis. The research was carried out in three stages, namely 1) the manufacture of bioethanol
from rubber cassava 2) the addition of antioxidant TBHQ with a concentration of 0%; 0.03%;
0.05%; 0.07%; and 0.1% into the synthesized bioethanol, and 3) analysis of bioethanol content data
with the Kruskall-Wallis test. The results showed that 1) the ethanol content of the synthesis product
was 47% and the pH of the ethanol synthesis result was 6.51 2) the bioethanol results of the
synthesis which were not added by the antioxidant TBHQ had decreased levels to 37% and the pH
decreased to 5.38, while the bioethanol level results synthesis which is added by antioxidant TBHQ
as much as 0.03%; 0.05%; 0.07%; 0.1% decreased in a row to 45%; 45%; 46.5%; 46% and
decreased pH to 6.48; 6.46; 6.45; 6,41 and 3) Kruskall-Wallis test results state that there is no
significant difference in the various variations of the TBHQ antioxidant levels. The synthesized
bioethanol can be stored with the addition of antioxidant TBHQ at 0.03%
36
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020
37
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020
38
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020
molekul H2O membentuk struktur yang stabil Kadar glukosa diharapkan dapat meningkat
dan membebaskan ion H+ [8]. dengan adanya enzim jenis ini karena
kemampuannya dalam menghidrolisis sisa pati
yang masih tersisa. Enzim zimase selanjutnya
mengubah glukosa menjadi etanol dengan
proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan
dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen) untuk
menghasilkan etanol. Proses fermentasi
dilakukan selama 7 hari dan diletakkan pada
inkubator bersuhu 37oC, hal ini dilakukan agar
proses fermentasi berjalan maksimal sesuai
dengan pra-penelitian yang dilakukan sebelum
penelitian.
Gambar 1. Mekanisme reaksi hidrolisis pati
Hasil yang diamati berdasarkan proses
dengan bantuan katalis asam
fermentasi ini adalah timbulnya gelembung
(Praputri dkk, 2018)
udara di dalam sampel serta aroma fermentasi
seperti tape. Hal ini menandakan bahwa proses
Proses pemanasan pada suhu 80⁰C selama 60 fermentasi berjalan dengan baik. Mekanisme
menit dilakukan untuk memercepat proses proses fermentasi disajikan dalam Gambar 2.
hidrolisis. Suhu pemanasan yang digunakan
dalam proses hidrolisis diatur pada angka 80oC
(tidak melebihi titik didih air), agar air yang
berperan sebagai zat penghidrolisis tetap berada
pada fase cair sehingga reaksi antara pati dan air
berjalan baik. Hasil hidrolisis didiamkan pada
suhu ruang dan disaring hingga didapatkan Gambar 2. Mekanisme reaksi fermentasi
larutan hasil hidrolisis yang siap untuk tahap (Praputri dkk, 2018)
fermentasi etanol.
d. Pemurnian Bioetanol
c. Fermentasi Glukosa Fermentan disaring menggunakan vacum
Larutan hasil hidrolisis dimasukkan ke filter kemudian didistilasi. Tahap pemurnian
dalam erlenmeyer dan diukur pH-nya. Dalam ini bertujuan untuk memisahkan etanol hasil
proses ini dilakukan pengukuran pH dan fermentasi dari komponen lain seperti air,
didapatkan pH larutan sebesar 3. Larutan hasil sehingga diperoleh etanol yang murni. Distilat
hidrolisis ini kemudian diatur pH-nya hingga yang didapatkan sebanyak 93, 91, 92, 92, 91,
menjadi 4,5 dengan menggunakan NaOH 0,1 90 mL. Bioetanol dikumpulkan menjadi satu
M. pH optimum untuk pertumbuhan khamir kemudian diambil secara acak untuk proses
terjadi antar pH 4-5 sedangkan suhu penyimpanan dan penambahahan konsentrasi
optimumnya berkisar antara 25-30oC dan antioksidan. Sebelum disimpan, etanol hasil
maksimumnya pada 35-47oC [9]. distilasi diukur pH dan juga kadarnya. pH
Pertumbuhan khamir akan terhambat jika `etanol hasil sintesis adalah 6,51. Rentang pH
pH dan suhu fermentasi melampaui kondisi yang tepat untuk bioetanol berdasarkan SNI
optimumnya, sehingga di dalam penelitian ini 7390:2012 antara 6,5-9,0 sehingga pH yang
digunakan pH 4,5 dan suhu 37oC. Larutan didapatkan dari hasil destilasi ini telah
hasil hidrolisis ditambahkan dengan 1 gram memenuhi syarat SNI.
Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces Kadar bioetanol diukur menggunakan alat
cerevisiae berperan dalam proses sakarifikasi alkoholmeter. Prinsip kerja alkoholmeter
dan juga fermentasi. Saccharomyces adalah perbedaan berat jenis campuran antara
merupakan spesies yang dikenal dapat alkohol dengan air, dengan berdasar hukum
berperan ganda dalam fermentasi. archimedes. Hukum tersebut menjelaskan
Saccharomyces dapat menghasilkan enzim bahwa suspensi suatu fluida akan didorong
invertase dan zimase yang dibutuhkan dalam oleh kekuatan yang sama dengan berat fluida
proses fermentasi [3]. yang dipindahkan. Semakin rendah massa
jenis suatu zat, maka alkoholmeter akan lebih
39
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020
jauh tenggelam. Berat jenis etanol lebih rendah (%).Berdasarkan uji organolpetik, kadar, dan
daripada air. Etanol memiliki massa jenis pH, bioetanol hasil sintesis ini telah memenuhi
sebesar 0,7893 g/ml, sedangkan air sebesar 1 standar etanol sesuai SNI 7390:2012
g/ml. Komposisi etanol yang dihasilkan dari sedangkan untuk kadar belum terpenuhi karena
distilasi sebanding dengan gaya dorong ke atas masih ada kandungan air di dalamnya. Data
dari alkoholmeter, jika kadar etanol semakin hasil pengamatan ditampilkan pada Tabel 1.
besar maka skala pada alkoholmeter juga akan Tabel 1. Data hasil pengujian sebelum
semakin tinggi. penyimpanan
Kadar etanol hasil sintesis yang diukur
No. Karakteristik Hasil
menggunakan alkoholmeter adalah sebesar 1. Organoleptik Jernih tidak berwarna,
47%. Kadar bioetanol yang sesuai SNI berbau menyengat khas
7390:2012 adalah 99,5% (sebelum denaturasi) alkohol
dan 94,0% (setelah denaturasi). Kadar etanol 2. pH 6,51
yang tinggi dapat diperoleh dari tahap distilasi 3. Kadar etanol % 47%
berulang dan kadar etanol mengalami
peningkatan dari 18% menjadi 95,40% setelah Bioetanol hasil sintesis disimpan di dalam
dilakukan proses distilasi sebanyak 7 kali [10] botol tertutup dan disimpan selama 21 hari.
Etanol hasil sintesis sebanyak 50 ml diambil
e. Penyimpanan dan Pengujian Bioetanol secara acak dan dimasukkan ke dalam 5 botol
Hasil Sintesis penyimpanan yang berbeda. Masing-masing
Tahap penyimpanan dilakukan dengan botol yang berisi etanol ditambah antioksidan
tujuan untuk mengetahui bagaimana berbagai konsentrasi yang berbeda yaitu 0;
perubahan kualitas bioetanol hasil sintesis. 0,03; 0,05; 0,07; dan 0,1% dan dilakukan
Berdasarkan uji pendahuluan, telah diketahui replikasi sebanyak 2 kali.
bahwa kadar dan pH bioetanol mulai berubah Bioetanol yang telah disimpan kemudian
pada saat penyimpanan di atas 21 hari. diuji organoleptik, pH, dan kadarnya lagi
Bioetanol sebanyak 50 mL ditambah dengan untuk dibandingkan dengan data sebelum
antioksidan TBHQ sebanyak 0,03; 0,05; 0,07; proses penyimpanan. Untuk uji organoleptik,
dan 0,1%. Proses penambahan konsentrasi bioetanol yang disimpan dengan penambahan
antioksidan TBHQ ini bertujuan untuk antioksidan menjadi cenderung berwarna
menghambat proses perubahan struktur kekuningan sedangkan bioetanol tanpa
bioetanol menjadi asam karboksilat yang antioksidan tetap jernih dan tidak berwarna.
diakibatkan oleh oksidasi. Ada 2 hal yang Antioksidan TBHQ menyebabkan warna
menyebabkan oksidasi etanol, yaitu kekuningan setelah proses penyimpanan. Hal
mikroorganisme pada ragi dan oksigen di ini berbanding terbalik dengan standar kualitas
dalam tempat penyimpanan etanol hasil yang harus dimiliki oleh bioetanol sesuai SNI
sintesis yang menyebabkan etanol berubah 7390:2012 yaitu jernih, terang, dan tidak ada
menjadi asam karboksilat. Sebelum dilakukan endapan. Untuk hasil uji pH dan kadar etanol
proses penyimpanan, etanol hasil sintesis diuji disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3.
organoleptik, pH, dan kadar etanol
40
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020
Gambar 3 menjelaskan bahwa etanol yang tersebut tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut
bereaksi dengan oksigen dapat menyebabkan menyebabkan molekul alkohol akan melepaskan
terputusnya atom H, sehingga menyebabkan gugus H2O dan membentuk aldehid. Aldehid
atom O bersifat radikal. Atom O* yang dapat teroksidasi lebih lanjut menghasilkan asam
berikatan dengan atom C alfa menyebabkan asetat. Oksigen yang masuk ke dalam
terbentuknya dua gugus alkohol (-OH) pada strukturnya akan berikatan dengan atom H yang
struktur molekulnya. Adanya 2 gugus alkohol (- tidak memiliki pasangan sehingga membentuk
OH) dalam suatu struktur menyebabkan struktur asam karboksilat. Proses tersebut yang dapat
41
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020
menyebabkan nilai pH dan kadar bioetanol Pada uji Kruskall-Wallis diketahui bahwa
menjadi menurun setelah melalui penyimpanan. nilai signifikansi sebesar 0,114. Jika nilai
Antioksidan TBHQ memiliki struktur fenol signifikansi <0,05, maka H0 ditolak dan H1
di dalamnya, sehingga dapat berfungsi sebagai diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh.
penyumbang atom hidrogen pada reaksi radikal Berdasarkan hasil uji tersebut, nilai signifikasi
(R*) dan mengubahnya menjadi bentuk yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
lebih stabil, sehingga reaksi berantai akan signifikan antar berbagai variasi antioksidan
terputus dan proses pembentukan aldehid-asam TBHQ. Bioetanol hasil sintesis dapat disimpan
karboksilat juga tidak terjadi. Kemampuannya dengan penambahan antioksidan TBHQ dengan
dalam menghambat oksidasi dikarenakan adanya kadar 0,03%.
gugus alkil pada posisi meta, orto, atau para
yang dapat meningkatkan densitas elektron KESIMPULAN
pada gugus OH melalui efek induktif. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian dapat
menyebabkan energi ikatan O-H menjadi kecil disimpulkan bahwa konsentrasi antioksidan
dan atom H akan mudah terlepas pada reaksi TBHQ dapat menghambat proses oksidasi
oksidasi etanol [6]. Radikal yang mendapat bioetanol hasil sintesis selama proses
donor atom H tidak akan bereaksi dengan penyimpanan, namun tidak ada perbedaan yang
oksigen karena sudah stabil sehingga dapat signifikan antara berbagai variasi konsentrasi
mencegah terbentuknya aldehid dan asam antioksidan TBHQ.
karboksilat. Mekanisme kerja antioksidan dalam
menghambat oksidasi etanol disajikan dalam SARAN
Gambar 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui cara mempertahankan kadar
bioetanol singkong karet yang disimpan selama
lebih dari 21 hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ernes, A. 2014. Optimasi Fermentasi Bagas
Tebu oleh Zymomonas Mobilis CP4 (NRRL
B-14023) untuk Produksi Bioetanol. Jurnal
AGRITECH (Vol. 34): hlm 247-256
2. Hapsari, Mira Amalia dan Alice Pramashinta.
2013. Pembuatan Bioetanol Singkong Karet
Gambar 4. Mekanisme kerja antioksidan untuk Bahan Bakar Kompor Rumah Tangga
(Hapsari dan Siti, 2014) sebagai Upaya Mempercepat Konversi
Minyak Tanah ke Bahan Bakar Nabati.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2,
konsentrasi antioksidan TBHQ terhadap kadar No. 2, hlm. 240-245
etanol, dilakukan uji statistika menggunakan Uji 3. Judoamidjojo, R. Mulyono. 1990.
Kruskall-Wallis. Uji Kruskal-Wallis merupakan Biokonversi. Bogor: Dikti Pusat Antar
uji non-parametrik yang bertujuan untuk Universitas Bioteknologi.
menentukan ada/tidaknya perbedaan signifikan 4. Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. 1989.
antara dua atau lebih kelompok variabel Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 1.
independen pada variabel dependen dengan Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka.
skala data numerik (interval/rasio) dan skala Erlangga. Jakarta.
ordinal. Hasil uji Kruskall-Wallis disajikan 5. Sherwin, E.R. 1990. Antioxidants for
dalam Tabel 5. Vegetables Oils. J. Am. Oil Chem. Soc.
Tabel 5. Uji Kruskal Wallis 53:430
6. Hapsari, Shinta Budi dan Siti Tjahjani. 2014.
Test Statisticsa,b
Pengaruh Cahaya dan Antioksidan TBHQ
Chi-Square 7.441 terhadap Viskositas Biodiesel Minyak Biji
Df 4 Kapuk. UNESA Journal of Chemistry Vol 3.
Asymp. Sig. .114 No. 1
42
UNESA Journal of Chemistry, Vol. 9 , No. 1, January 2020
7. Anggraini, Arum. 2007. Pengaruh Jenis dan 9. Irhamni, S Pandia, E Purba, W Hasan. 2017.
Konsentrasi Antioksidan terhadap Produksi Bioetanol dari Limbah Kulit
Ketahanan Oksidasi Biodiesel dari Jarak Durian. Jurnal Serambi Engineering 2
Pagar (Jatropha Curcas, L.). Skripsi. Institut (volume 1), 75-84
Pertanian Bogor. 10. Susilo & Yulianingsih. 2018. Pemurnian
8. Praputri, Elmi Sundari, Firdaus, dan Sofyan. alkohol menggunakan proses detilasi-
2018. Penggunaan Katalis Homogen dan adsorpsi dengan penambahan zeolit sintesis 3
Heterogen pada Proses Hidrolisis Pati Umbi angstrom. Jurnal keteknikan pertanian dan
Singkong Karet Menjadi Glukosa. Jurnal biosistem Vol 6 No. 1
Litbang Industri, 105-110.
43