PENDAHULUAN
Bahan makanan mengandung beberapa unsur atau senyawa seperti air,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, enzim, pigmen dan lain-lain. Agar mendapatkan
produk pangan yang bercita rasa lezat, berpenampilan menarik, tahan lama dan mudah
dalam pendistribusian maka digunakan bahan pendukung yang biasa disebut bahan
tambahan makanan (BTM). BTM yang sering digunakan yaitu pewarna. Secara umum
pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan yaitu pewarna alami dan pewarna
sintetis.
Produsen makanan dan minuman kerap menggunakan pewarna sintetik untuk
menggantikan dan mengembalikan warna produk pangan yang memudar selama proses
produksi, meningkatkan kualitas warna produk pangan dan menarik minat konsumen
untuk membeli (Gaddam, 2014). Pewarna sintetik ini memiliki efek yang membahayakan
bagi kesehatan dikarenakan dapat menyebabkan alergi, asma dan penyakit lainnya. Selain
itu limbah pewarna sintetis dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan merupakan
bahan berbahaya karena beberapa pewarna dapat terdegradasi menjadi senyawa yang
bersifat karsinogenik dan beracun (Widjajanti dkk., 2011; Kant, 2012). Di samping itu
ketika limbah dibiarkan mengalir akan menyumbat pori- pori tanah yang berakibat pada
hilangnya produktivitas tanah, tekstur tanah mengeras dan mencegah penetrasi akar
tumbuhan (Kant, 2012). Seiring berjalannya waktu masyarakat mulai memperhatikan
kesehatan dan menyadari bahwa pentingnya menggunakan pewarna yang alami. Pewarna
alami merupakan alternatif pewarna yang tidak toksik, dapat diper- baharui (renewable),
mudah terdegradasi dan ramah lingkungan (Yernisa, dkk., 2013).Pewarna alami dapat
berfungsi untuk meningkatkan ketahan dan kualitas pangan dikarenakan pewarna alami
merupakan zat non gizi namun mampu memberikan nutrisi bagi tubuh. Pewarna alami
sangat melimpah pada sebagian besar sumber daya alam lokal Indonesia oleh karena itu
perlu dikembangkan pewarna alami di sekitar.
Hampir semua bagian tumbuhan apabila diekstrak dapat menghasilkan zat warna
seperti; bunga, buah, daun, biji, batang/kayu dan akar. Salah satu pewarna alami berasal
dari karotenoid, karotenoid dapat memberikan warna kuning, jingga hingga merah.
Karotenoid
Karotenoid merupakan zat warna (pigmen) berwarna kuning, merah dan oranye
yang secara alami terdapat dalam tumbuhan dan hewan, seperti dalam wortel, tomat,
jeruk, algae, lobster, dan lain-lain. Lebih dari 100 macam karotenoid terdapat di alam,
tetapi hanya beberapa macam yang telah dapat diisolasi atau disintesa untuk bahan
pewarna makanan. Diantaranya ialah beta-karotein, beta- apo-8’-karotenal, canthaxantin,
bixin dan xantofil. Karotenoid merupakan senyawa yang tidak larut dalam air dan sedikit
larut dalam minyak atau lemak. Karotenoid terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Karoten merupakan unit isoperna (suatu diena) yang terdiri dari hidrokarbon
maupun turunannya. Adapun senyawa karotenoid yang termasuk ke dalam
karoten adalah 𝛼-karoten, 𝛽-karoten, 𝛾-karoten, dan likopen.
2. Xantofil mengandung gugus hidroksil. Senyawa karotenoid pada xantofil dibagi
ke dalam tiga jenis besar yaitu monohidroksikarotena (lutein dan rubixantin),
dihidroksikarotena (zeaxantin), atau dihidroksiepoksikarotena (violaxantin).
Karotenoid relatif stabil pada minyak dan lemak. Karotenoid pada jenis karoten
mempunyai dua bentuk utama yaitu 𝛼-karoten dan 𝛽-karoten sebagai prekursor vitamin
A. 𝛼-karoten dapat ditemui pada sayuran hijau berwarna kuning dalam kondisi yang
sudah tua sedangkan 𝛽-karoten ditemukan dalam buah dan sayuran berwarna kuning,
oranye, dan merah. 𝛽-karoten banyak ditemukan dalam bentuk isomer all-trans yang
mempunyai sifat sangat tidak stabil dan mudah berisomerasi menjadi cis-isomer saat
terkena sinar atau panas.
Likopen merupakan jenis karotenoid asiklik yang tidak jenuh dengan rantai lurus
hidrokarbon yang terdiri dari 11 rangkap ikatan rangkap konjugasi dan 2 ikatan rangkap
tidak terkonjugasi. Likopen tidak mempunyai aktivitas provitamin A karena kekurangan
cicin ionik 𝛽 terminal sebagai struktur dasar vitamin A. Likopen sebagian besar
ditemukan dalam bentuk trans. Warna merah likopen terjadi karena banyaknya ikatan
rangkap karbon terkonjugasi karena menyerap spektrum yang lebih banyak dibandingkan
jenis karoten lainnya.
Xantofil merupakan jenis turunan karoten yang telah teroksidasi dimana
mengandung gugus hidroksil yang lebih polar dibandingkan karoten. Adapun rumus
kimia xantofil secara umum yaitu C40H56O2. Xantofil ditemukan pada daun yang
disintesis dalam plastida hingga muncul warna kuning hingga kemerahan. Vioalaxanthin,
antheraxanthin dan zeaxhantin berpartisipasi dalam siklus xantofil untuk membentuk
pigmen dari non-energi-quenching menjadi energi-quenching (Khoo et al. 2011).
1 Kondisi Perlakuan: metode (m), jenis pelarut (s), ratio solvent to feed (S/F), temperature (T), waktu (t),
tekanan (P)
𝛼 -karoten (41.2 wb)
Antheraxanthin (0.14 wb)
Lutein (4.40 wb)
Lycopin (0.15 wb)
Total karotenoid (94.6 wb)
(Sumber: Prado et al. 2013)
Supercrtical Fluid Extraction (SFE) merupakan proses pemisahan secara fisik-
kimia dimana kontak antarabahan dengan pelarut dalam keadaan superkritis sehingga zat
terlarut atau campurannya dapat dihilangkan dari fase padat. SFE terdiri atas dua langkah
yaitu ekstraksi dan pemisahan.
Tabel 2. Hasil Ektraksi Karotenoid pada Wortel dengan SFE (Supercrtical Fluid
Extraction)
Jenis Wortel Kondisi Perlakuan1 Ekstraksi Karotenoid
Wortel segar s: CO2, etanol; S/F: 16 (w/w); T: 40 𝛽-karoten (99 wb)
oC; P: 34,2 Mpa; t: 30 menit 𝛼-karoten (78 wb)
Wortel yang s: CO2, etanol; S/F: 80 (w/w); 𝛽-karoten (675 wb)
dibekukan T: 30-50 oC; P: 3-50 Mpa; t: 1 jam 𝛼-karoten (420 wb)
(Sumber: Prado et al. 2013)
KESIMPULAN
Karotenoid merupakan senyawa yang tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam
minyak atau lemak. karotenoid dapat memberikan warna kuning, jingga hingga merah
dan karotenoid ini memiliki banyak macam jenis seperti alfakaroten, betakaroten,
astasantin, likopen, lutein, zeasantin, betacriptosantin dan fukosantin. Karotenoid banyak
terdapat dalam buah-buahan dan sayur-sayuran, salah satunya pada wotel. Wortel
(Daucus carota L.) merupakan tanaman sayuran umbi semusim berbentuk semak,
tumbuh sepanjang tahun, musim hujan maupun kemarau. Wortel merupakan salah satu
sumber β-karoten. Kandungan karoten wortel antara 60 – 120 mg/100 g. Karoten yang
terdapat pada wortel itu ada alfa karoten, beta karoten dan alfatokoferol. Beta karoten
adalah jenis karotenoid yang berfungsi sebagai precursor vitamin A, pigmen essensial
untuk Kesehatan mata dan mencegah kebutaan. Karotenoid lebih stabil pada produk
freeze dried wortel karena baru mengalami penurunan sebnayak 40% setelah disimpan
selama 6 bulan. Penurunan tersebut tergolong rendah. Lutein masih ditemukan stabil pada
produk freeze dried sementara 𝛼-karoten dan 𝛽-karoten hilang cukup besar (Macura et
al. 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Dey, S., Rathod, V.K., 2013. Ultrasound assisted extraction of β-carotene from Spirulina
platensis, Ultrasonics Sonochemistry. Page 271 – 276.
Gaddam, C. L. (2014) Food coloring: The natural way, Research Journal of Chemical
Science, 4, 87 – 96.
Heldman DR . 1980. Food process Engineering. AVI publishing Company Inc Westport
Connecticut.
Kant, R. 2012. Textile Dyeing Industry an Environmental Hazard, Open Access journal
Natural Science, 4(1), Aticle ID :17027, 5 pages, DOI: 10.4236/ns.2012 .41004
Khoo, Hock Eng, K. Nagendra Prasad, Kin Weng Kong, Yueming Jiang, dan Amin
Ismail. 2011. “Carotenoids and their isomers: Color pigments in fruits and
vegetables.” Molecules 16(2):1710–38.
Liu, Xuan, Jianing Liu, Jinfeng Bi, Feng Cao, Yingying Ding, dan Jian Peng. 2019.
“Effects of high pressure homogenization on physical stability and carotenoid
degradation kinetics of carrot beverage during storage.” Journal of Food
Engineering 263(February):63–69.
Lindahl, S., Liu, J., Khan, S., Karlsson, E. N., Turner, C., 2013. An on-line method for
pressurized hot water extraction and enzymatic hydrolysis of quercetin glucosides
from onions. Analytica Chimica Acta, 785, 50 – 59.
Macura, R., Michalczyk, M., Fiutak, G., Maciejaszek, I. 2019. Effect of freeze-drying
and air-drying on the content of carotenoids and anthocyanins in stored purple
carrot. Acta Sci. Pol. Technol. Aliment., 18(2), 135–142.
http://dx.doi.org/10.17306/ J.AFS.2019.0637
Mamidipally, P.K.; Liu, S.X. 2004. First approach on rice bran oil extraction using
limonene. Eur. J. Lipid Sci. Tech. 106, 122-125.
Naidu, M. M., Sowbhagya, H. B., 2012. Technological advances in food colours.
Chemical Industry Digest, 79 – 88.
Ngamwonglumlert, Luxsika, Sakamon Devahastin, dan Naphaporn Chiewchan. 2017.
“Natural colorants: Pigment stability and extraction yield enhancement via
utilization of appropriate pretreatment and extraction methods.” Critical Reviews
in Food Science and Nutrition 57(15):3243–59.
Prado, Juliana, Priscilla Veggi, dan M. Meireles. 2013. “Extraction Methods for
Obtaining Carotenoids from Vegetables - Review.” Current Analytical Chemistry
10(1):29–66.
Puri, M., Sharma, D., Barrow, C. J. 2012. Enzyme-assisted extraction of bioactives from
plants. Cell Press, 3, 37 – 44.
Rostagno, M. A., Prado, J. M. 2013. Natural products extraction: Principles and
applications. RSC Publishing, Cambridge.
Sowbhagya, H. B., Sushma, S. B., Rastogi, N. K., Naidu, M. M.. 2013. Effect of
pretreatment on extraction of pigment from marigold flower. J Food Sci Technol,
50, 122 – 128
Sun, Y., Liu, D., Chen, J., Ye, X., Yu, D. 2011. Effects of different factors of ultrasound
treatment on the extraction yield of the all-trans-β-carotene from citrus peels.
Ultrasonics Sonochemistry, 18, 243 – 249.
Takeuchi, T.M.; Pereira, C.G.; Braga, M.E.M.; Maróstica Jr., M.R.; Leal, P.F.; Meireles,
M.A.A. 2009, . Low-pressure solvent extraction (solid-liquid extraction,
microwave assisted, and ultrasound assisted) from condimentary plants. In:
Extracting bioactive compounds for food products; Meireles, M.A.A.; Ed.; CRC
Press/Taylor & Francis Group: Boca Raton, FL, pp. 137- 218.
Vinatoru, M. An overview of the ultrasonically assisted extraction of bioactive principles
from herbs. 2001. Ultrason. Sonochem 8, 303-313.
Widjajanti, E., Regina T.P., dan Utomo, M. P. 2011.Pola Adsorpsi Zeolit Terhadap
Pewarna Azo Metil Merah dan Metil Jingga. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.hal K115-K122, Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta,.
Yernisa, Gumbira-Sa’id, E. dan Syamsu,K.2013. Aplikasi Pewarna Bubuk Alami dari
Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) pada Pewarnaan Sabun Transparan. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian, 23 (3): 190-198.