JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
LAPORAN PRAKTIKUM
(Anredera cordifolia)
DISUSUN OLEH :
NIM : PO713251181051
KELOMPOK : B1
JURUSAN FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sehingga tidak lagi merusak sel-sel dan jaringan sehat. Selain antioksidan juga
berguna untuk mengatur agar tidak terjadi proses oksidasi berkelanjutan di dalam
tubuh. Cordifolia anredera lokal dikenal sebagai binahong yang berpotensi
sebagai tanaman obat karena senyawa bioaktif dari tanaman ini. Skrining
Maksud percobaan
metode KLT.
Tujuan Percobaan
b. Untuk menentukan jumlah komponen kimia dalam ekstrak metanol, eter dan
n-butanol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat
Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari
bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut.
Komponen kimia yang terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis ikan
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka
larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di
a. Air
Termasuk yang mudah dan murah dengan pemakaian yang luas, pada suhu
kamar adalah pelarut yang baik untuk bermacam-macam zat misalnya : garam-
mineral.
misalnya pada condurangin, Ca hidrat, garam glauber dll. Keburukan dari air
adalah banyak jenis zat-zat yang tertarik dimana zat-zat tersebut meripakan
makanan yang baik untuk jamur atau bakteri dan dapat menyebabkan
b. Etanol
baik untuk alkaloida, glikosida, damar-damar, minyak atsiri tetapi bukan untuk
jenis-jenis gom, gula dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzym-enzym tidak
pengawet. Campuran air-etanol (hidroalkoholic menstrum) lebih baik dari pada air
sendiri.
c. Gycerinum (Gliserin)
untuk penarikan simplisia yang mengandung zat samak. Gliserin adalah pelarut
yang baik untuk tanin-tanin dan hasil-hasil oksidanya, jenis-jenis gom dan
albumin juga larut dalam gliserin. Karena cairan ini tidak atsiri, tidak sesuai untuk
d. Eter
Sangat mudah menguap sehingga cairan ini kurang tepat untuk pembuatan
sediaan untuk obat dalam atau sediaan yang nantinya disimpan lama.
e. Solvent Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari penyulingan minyak tanah kasar.
f. Acetonum
Tidak dipergunakan untuk sediaan galenik obat dalam, pelarut yang baik
untuk bermacam-macam lemak, minyak atsiri, damar. Baunya kurang enak dan
sukar hilang dari sediaan. Dipakai misalnya pada pembuatan Capsicum oleoresin
(N.F.XI)
g. Chloroform
Bahan pelarut yang baik untuk basa alkaloida, damar, minyak lemak dan minyak
atsiri.
h. Diklorometana
Diklorometana (CH2Cl2) adalah pelarut organik sering menggunakan untuk
mengekstrak senyawa organik dari sampel. Ini adalah racun tapi lebih sedikit
daripada kloroform.
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah (Tobo, 2001) :
a. Secara panas seperti refluks dan destilasi uap air karena sampel langsung
dengan cara cairam penyari dipanaskan dan uap cairan penyari naik ke
1. Maserasi
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Adrian, 2000).
a. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
c. Remaserasi
d. Maserasi melingkar
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali
aktifnya.
2. Perkolasi
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi). Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk
menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari
Cara perkolator lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Tobo,
2001) :
cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Dalam proses perkolasi biasa,
perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal (Tobo, 2001).
yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi
dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan
berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari
yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan
2001).
3. Soxhletasi
menjadi molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia di
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses penyarian zat aktif
sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa
siphon tersebut atau jika diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda lagi
(Adrian, 2000).
zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok (Adrian, 2000).
Metode soxhlet bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas namun
mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya.
Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap
(Tobo, 2001).
Kingdom : Plantae
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
1) Daun
(subsessile), bentuk jantung (cordata), panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm, ujung
runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, helaian daun tipis lemas,
2) Batang
merah, dan bagian solid dengan permukaan halus (Utami dan Desty, 2013).
3) Akar
4) Bunga
berlekatan dan panjang helaian mahkota 0,5-1 cm, berbau harum (Susetya, 2012).
Kandungan Kimia Tanaman Binahong
Nanik, (2011), menyatakan bahwa hasil skrining fitokimia ekstrak etanol 70%
Flavonoid adalah senyawa fenol yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya
tersebar di dunia tumbuhan. Senyawa - senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu, biru, dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan (Susetya, 2012).
terkandung pada ekstrak daun binahong dari sampel segar dan kering adalah
7,81% mg/kg dan 11,23 mg/kg (Selawa, et al., 2013). Menurut penelitian
Sugiyarto dan Paramita, (2014), kadar flavonoid total sampel kalus daun binahong
bertekstur kompak diperoleh 0,0019%, sampel kalus remah sekitar 0,0017%, dan
Alkaloid padat umumnya berwarna putih atau tidak berwarna, tetapi ada pula
al., (2013) menunjukkan bahwa alkaloid total daun binahong menunjukkan sifat
senyawa berbentuk Kristal, tidak berwarna, dan memiliki titik leleh yang tinggi
sekunder yang banyak terdapat di alam, terdiri dari gugus gula yang berkaitan
dengan aglikon atau sapogen. Saponin memiliki sifat antibakteri dan antivirus
2013).
BAB III
METODE KERJA
a. Bejana (Toples)
b. Beaker Glass
c. Timbangan
d. Batang pengaduk
e. Gunting
f. Kertas Lempeng
a. Air g. Kloroform
c. Metanol i. Eter
f. Etanol
A. Cara Kerja
1. Metode Maserasi
kertas saring
2. Pembuatan Ekstrak
c. Setelah itu larutan dalam beaker gelas di panaskan di atas water bath,
g. Air yang sudah dipiasah dari eter dimasukkan ke dalam beaker gelas
3. KLT Sampel
b. Dibuat eluen non polar dan polar, dimasukkan dalam camber 1cm dan
eluen polar
e. Didiamkan hingga eluen terserap sampai batas atas dari lempeng KLT
bawah sinar UV
g. Terakhir di lakukan perhitungan nilai Rf dari masing-masing noda
yang muncul.