Anda di halaman 1dari 10

Makalah Ekstraksi Curcumin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000
jenis tumbuhan, daru jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan sebagai obat
tradisional. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat
trandisional adalah kunyit (Curcuma longa L), yang berasal dari keluarga jahe (Zingiberaceae
family). Di dalam kunyit mengandung senyawa kurkumin berada pada kesetimbangan antara
diketo dan keto-enol.
Kurkumin (1,7-bis-4 (4-hidroksi-3-metoksi fenil) hepta-1,6-diene-3,5- dion dikenal
sebagai bahan alam yang memiliki aktivitas biologis dengan spektrum luas, seperti: antioksidan,
antiinflamasi, antikanker dan antimutagen. Kurkumin dapat kita peroleh dari bahan alam, yaitu
Curcuma longa L, Curcuma domestica maupun Curcuma xanthorrhiza R, yang oleh masyarakat
zat warna kuning dari tanaman kurkuma ini sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan,
bumbu atau obat-obatan dan tidak menunjukkan efek toksik.
Wahyuni (2004) melakukan ekstraksi kurkumin dari kunyit menggunakan pelarut asam
asetat glasial 98 %. Ekstraksi dilakukan pada jumlah pelarut 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 ml
serta waktu ekstraksi 25, 50, 75, 100 dan 125 menit. Dari penelitian ini diperoleh hubungan
antara waktu ekstraksi dengan % hasil pada berbagai volume pelarut. Semakin lama waktu
ekstraksi maka % hasil yang diperoleh semakin besar, begitu pula semakin banyak pelarut yang
digunakan maka % hasil yang diperoleh juga semakin besar. Akan tetapi pada waktu tertentu %
hasil yang diperoleh menurun. Hal ini disebabkan kandungan kurkumin pada kunyit sudah
menurun. Oleh karena itu untuk analisa diambil kondisi optimum, yaitu pada volum pelarut 300
ml dengan waktu ekstraksi yang berbeda-beda. Pada penelitian ini terlihat bahwa untuk waktu
ekstraksi 75 menit total kurkumin yang terambil sebesar 21600,39 ppm atau 2,16 %.
Untuk itu penelitian Isolasi Kurkumin dan Derivatnya dari Kunyit ini akan dicari
kandungan serta derivat kurkumin yang terkandung dalam kunyit(Curcuma domestica Val.).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengisolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara mengisolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tanaman kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian rimpang kunyit
2. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi soxhlet adalah etanol 96%
1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
pemanfaatan kunyit sebagai senyawa yang berkhasiat sebagai obat yang disebut kurkumin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Kunyit (Curcuma Domestica)

Gambar 2.1.1 Kunyit (Curcuma Domestika)


Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang
tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya
India, Cina, Taiwan, Indonesia (Jawa) dan Filipina. Tanaman ini tumbuh bercabang dengan
tinggi 40 - 100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat membentuk rimpang dengan
warna hijau kekuningan dan mempunyai pelepah daun . Kulit luar rimpang berwarna jingga
kecoklatan dan daging buah merah jingga kekuning-kuningan. Tanaman kunyit siap dipanen
pada umur 8-18 bulan, dimana saat panen terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan
(Rismunandar, 1994).
Klasifikasi Tanaman Kunyit (Fauziah, 2006):
Divisio
: Spermatophyta
Sub-diviso
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zungiberaceae

Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma domestica Val.
Rimpang kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8% protein, vitamin C dan
mineral kandungan kalium dalam rimpang kunyit cukup tinggi (Rismunandar, 1998), 1,3-5,5%
minyak atsiri yang terdiri 60% keton seskuiterpen, 25% zingiberina dan 25% kurkumin berserta
turunannya. Keton Seskuiterpen yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah tumeron dan
antumeron, sedangkan kurkumin dalam rimpang kunyit meliputi kurkumin (diferuloilmetana),
dimetoksikurkumin
(hidroksisinamoil
feruloilmetan),
dan
bisdemetoksi-kurkumin
(hidroksisinamoil metana) (Stahl, 1985).
2.1.2

Kurkumin
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia kurkumin yang
menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna
kuning atau kuning jingga pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah.
Kurkumin dalam suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama
dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan
feruloilmetan. Warna kuning coklat feruloilmetan akan mempengaruhi warna merah dari
kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting adalah kestabilannya
terhadap cahaya (Tonnesen, 1985; Van der Good, 1997). Adanya cahaya dapat menyebabkan
terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut. Hal ini karena adanya gugus metilen aktif (CH2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut. Kurkumin mempunyai aroma yang khas
dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi
oleh manusia adalah 100 mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Rosmawani dkk, 2007)
(Rahayu, 2010).
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut(Wahyuni, 2004):
Berat molekul : 368.37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %)
Warna
: Light yellow
Melting point : 183C
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial
Tidak larut dalam air
Kurkumin dapat ditemukan pada dua bentuk tautomer, yaitu bentuk keto dan bentuk enol.
Struktur keto lebih stabil atau lebih banyak ditemukan pada fasa padat, sedangkan struktur enol
lebih dominan pada fasa cair atau larutan (Yudha, 2009).
Rumus struktur kurkumin adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1.2 Rumus struktur kurkumin


Kurkumin atau diferuloimetana pertama kali diisolasi pada tahun 1815. Kemudian tahun
1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan bisa dilarutkan tahun 1913. Kurkumin tidak
dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton (Joe dkk., 2004; Chattopadhyay dkk.,
2004; Araujo dan Leon, 2001). Sedangkan menurut Kiso (1985) kurkumin merupakan senyawa
yang sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial dan alkali hidroksida, serta
tidak larut dalam air dan dietileter.

Kandungan kunyit berupa zat


kurkumin 10 %, Demetoksikurkumin 1-5 %
Bisdemetoksikurkumin, sisanya minyak atsiri atau volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron,
tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-3%, karbohidrat
3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi, fosfor, dan
kalsium) (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P. Steward, 2005).

2.1.3 Pemisahan Senyawa Aktif Rimpang Kunyit


2.1.3.1 Ekstraksi Senyawa Aktif
Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara
umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi dari zat padat atau zat
cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan
fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solut
dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan (Wahyuni, 2004).
Menurut JECFA spesifikasi ilmiah untuk kurkumin ( FNP 52 tambahan. 9, 2001),
beberapa pelarut berikut yang dipertimbangkan sesuai adalah:
panol
Pada proses pabrikasi kurkumin, isopropyl alkohol digunakan sebagai proses bantuan
untuk pemurnian kurkumin.
etat
Dengan suatu pembatasan tempat pada penggunaan pelarut yang diklorinasi, seperti
dikloroetana, ditemukan bahwa etil asetat, pantas menggantikan kualitas produk dan secara
komersial dapat menggiatkan hasil
Bahan pelarut ini digunakan sebagai pelarut pada proses pabrikasi kurkumin
rbondioksida Sekarang ini tidak digunakan pada produksi komersial. Bagaimanapun, ini terdaftar pada
petunjuk EC 95/45/Ec dan mempunyai potensi sebagai pengganti untuk pelarut terklorinasi.
ol
Bahan pelarut ini digunakan secara umum pada memproses bantuan untuk pemurnian.
l
Bahan pelarut ini digunakan dengan hemat sebab curcumin dengan sepenuhnya dapat larut pada
etanol.

Gambar 2.1.3 Ekstraktor Soxhlet


Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan
menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan di ekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat
dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian
peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak ( Khamidinal, 2009).
Pada ekstraksi soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga menghasilkan uap.
Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa kecil dan keluar dalam fase cair.
Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel

dan tertahan dialam selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifone sama dengan tinggi
pelarut di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggerojok masuk kembali ke dalam
labu didih dan begitu seterusnya.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan
dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Ratna (2009) melakukan ekstraksi kunyit menggunakan ekstraktor Soxhlet. Hasil
penyarian 300 gram serbuk simplisisa rimpang kunyit dengan menggunakan pelarut etanol 96%
diperoleh ekstrak kental yang telah diuapkan dengan vacuum evaporator dan di freeze dryer
sebanyak 106,34 gram (rendemen 35,44%).

BAB III
METODE KERJA
3.1
3.1.1

Bahan dan Alat


Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kunyit (Curcuma
domestica Val.), toluena, etanol 96%, kloroform dan kertas saring.

3.1.2

Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, ekstraktor Soxhlet, gelas
beker, kondensor, labu dasar bulat, dan gelas ukur

3.2 Tahapan Penelitian


1. Preparasi sampel

2. Ekstraksi soxhlet kunyit


3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi Sampel
Kunyit dicuci dengan air sampai bersih, ditiriskan lalu dipotong tipis kecil-kecil.
Potongan kunyit lalu dimasukkan dalam timbel yang terbuat dari kertas saring. Timbel yang
berisi kunyit kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam ekstraktor Soxhlet. Labu alas bulat
pada ekstraktor lalu diisi dengan etanol 96% sampai
volume labu. Ekstraktor Soxhlet lalu
dirangkai dan dilakukan proses ekstraksi hingga 5-6 kali sirkulasi. Ekstrak yang diperoleh
diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator hingga volume ekstrak sekitar 15 mL.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum isolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit. Kunyit merupakan tanaman
obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Kata
Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Kunyit (curcuma domestic)
termasuk salah satu rempah yang telah luas penggunaannya di masyarakat sebagai bumbu
masakan dan bahan obat tradisional. Dalam rimpang kunyit kering mengandung kurkuminoid
sekitar 10% yang terdiri dari kurkumin (1-5%) dan sisanya dimetoksi kurkumin dan bis-metoksi
kurkumin. Disamping itu juga mengandung minyak atsiri (1-3%), lemak (3%), karbohidrat
(30%), protein (8%), pati (45-55%) dan sisanya terdiri dari vitamin C, garam-garam mineral
seperti zat besi, fosfor dan kalsium.
Kurkumin meruakan senyawa aktif golongan polifenol yang ditemukan pada kunyit.
Kurkumin dapat memiliki dua bentuk tautomer yaitu keton dan enol. Struktur keton lebih
dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk cair. Kurkumin
dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang dimilikinya, berikut struktur dari kurkumin :

4.1 Isolasi Kurkumin dari kunyit


Pada persiapan sampel ini, Kunyit dicuci sampai bersih dengan air untuk membersihkan
kotoran yang menempel pada kunyit. Selain dicuci kunyit juga dikupas kulitnya untuk
menghilangkan kotoran-kotoran pada kunyit agar tidak mengganggu selama isolasi. Kunyit yang
sudah dikupas kemudian diiris tipis-tipis untuk memperbesar permukaan kunyit sehingga
mempermudah proses pengeringan dan ekstraksi. Pengeringkan kunyit menggunakan oven
bertujuan mengurangi kadar air dalam kunyit. Proses pengeringan ini dilakukan selama satu jam
atau sampai kunyit tersebut kering. Setelah dioven kemudian kunyit ditimbang, pada
penimbangan tersebut kita ketahui bahwa berat kunyit kering sebesar 19,526 gram.
Isolasi ekstrak kunyit dilakukan proses ekstraksi soxhlet yaitu mengekstrak senyawa
kurkumin dan turunannya dalam sampel kunyit kering, kemudian dibungkus dengan kertas
saring dan ditempatkan dalam timbel dengan sedemikian rupa, kemudian dirangkai peralatan
ekstraksi soxhlet, selanjutnya cairan etanol yang berada dalam labu alas bulat ditambahkan batu
didih dan dipanaskan dengan suhu 60C sehingga etanol dapat menguap. Menggunakan suhu
60C karena titik didih etanol ialah 61,1C. Pada waktu etanol menguap, maka akan terjadi
kondensasi antara uap etanol dengan udara dingin dari kondensor sehingga uap etanol akan
menjadi molekul-molekul cairan yang jatuh kedalam timbel bercampur dengan sampel kunyit
dan bereaksi. Jika etanol telah mencapai permukaan sifone, seluruh cairan etanol akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa penghubung, hal inilah yang dinamakan proses sirkulasi.
Senjutnya etanol akan menguap kembali dan terjadi kondensi sehingga terjadi sirkulasi kembali,
begitu juag seterusnya. Ekstraksi sempurna ditandai apabila cairan disifone tidak berwarna.
Proses ekstraksi ini dilakukan sebanyak 8 kali sirkulasi, semakin banyak sirkulasi maka semakin
banyak pula ekstrak yang diperoleh.
Ekstraksi ini menggunakan pelarut etanol 96% yang bersifat polar karena kurkumin yang
akan diisolasi bersifat nonpolar, sehingga senyawa yang polar akan larut dalam etanol sedangkan
senyawa lain tidak larut dalam etanol tersebut. Setelah 8 kali sirkulasi dimungkinkan senyawa
yang akan diekstrak yaitu kurkumin dan derivatnya sudah terekstrak sempurna dalam pelarut
etanol. Ekstrak dalam labu alas bulat hasil dari proses ekstraksi ini masih bercampur dengan
etanol (pelarut) oleh karena itu untuk mendapatkan ekstraknya saja, maka pelarut harus
diuapkan. Penguapan pelarut ini bisa dilakukan menggunakan rotary evaporator.
Prinsip kerja dari rotary evaporator ini adalah pemanasan dengan suhu tertentu sehingga
pelarut etanol dapat menguap. Rotary evaporator ini dihubungkan dengan vacuum pump
mengakibatkan pelarut etanol mampu menguap di bawah titik didih 60C, sehingga senyawa
yang akan dipisahkan dari pelarutnya tidak rusak oleh suhu yang tinggi. Pelarut etanol yang
menguap menuju kondensor, dengan udara dingin dari kondensor maka terjadi kondensasi uap
antara uap etanol dengan suhu dingin dari kondensor, destilasi etanol menuju labu destilat

sehingga senyawa kurkumin dan derivatnya dalam pelarut etanol dapat terpisah. Saat dilakukan
rotary, ekstrak yang semula berwarna merah bata menjadi pudar warnanya. Dari proses
pemisahan ekstrak kurkumin dari pelarutnya ini didapatkan ekstrak kurkumin yang berwarna
orange pekat, sedangkan filtrat etanol bening.
Untuk memaksimalkan penguapan pelarut agar ekstrak pekat maka ekstrak didiamkan
dalam desikator. Sebelum desikator digunakan perlu diperhatikan kondisi adsorben silika pada
desikator tersebut. Ketika warna adsorben menjadi pink, maka adsorben tersebut mengandung
banyak air sehingga tidak efektif untuk menyerap air dalam ekstrak. Untuk itu silika perlu
dipanaskan dalam oven pada suhu 100C untuk menghilangkan air yang sudah diserap silika,
setelah adsorben silika berwarna biru menandakan air yang diserap silika sudah menguap
sehingga bisa dipakai lagi untuk menyerap air dari ekstrak. Dari tahapan persiapan sampel ini
kita memperoleh ekstrak kurkumin pekat dari tanaman kunyit.
Adapun mekanisme yang terjadi dalam praktikum isolasi kurkumin dan derivatnya dari
kunyit adalah sebagai berikut :

Dimana O pada etanol menyerang H alfa pada kurkumin yang terletak antara gugus
keton, selanjutnya C yang ditinggal H menjadi karbanion, karbanion itu memberikan muatannya
kepada ikatan yang ada disampingnya sehingga ikatan rangkap pada O memberikan ikatannya
pada O sehingga muatan O menjadi negatif, selanjutnya O yang karbanion tersebut menyerang H
pada etanol yang kelebihan H (karbokation) sehingga O yang karbanion tadi mengikat H menjadi
OH, H pada OH yang dihasilkan tadi menjadi tarik menarik antara O yang ada disebelahnya
sehingga namanya enol-.sedangkan keto- merupakan struktur awal dari kurkumin yang mana
kurkumin itu mengandung gugus keton.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kunyit mengandung senyawa kurkuminoid, yang terdiri dari kurkumin, demetoksi
kurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Adapun rumus stukturnya sebagai berikut:

Kurkumin dapat diisolasi dari kunyit dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet,
kemudian dilakukan pemisahan ekstrak dari pelarutnya dengan cara dirotary evaporator sehingga
didapatkan ekstrak pekat dari kunyit.

DAFTAR PUSTAKA
Asghari G.A. Mostajeran and M. Shebli, 2009, Curcuminoid and essential oil components of turmeric at
different stages of growth cultivated in, School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
Isfahan University of Medical Sciences, Isfahan, IR.Iran.
Brian. 1993. Vogel Text Book Of Practical Organic Chemistry 5th Edition. London: Longman Group VR
Brown, H.K. 1995. Organic Chemistry. Saunder College Publishing. Philadelphia, New York
Devy, N.U. 2011. Ekstraksi (Online), (http://www.majarimagazine.com, diakses 6 April 2011)
Ennie. 2010. Rotary Evaporator, (http://blogkita.info/rotary-evaporator, diakses 19 April 2011)

Khamdinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Mulyono. 2008. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahayu, Hertik DI. 2010. Pengaruh Pelarut yang Digunakan Terhadap Optimasi Ekstraksi Kurkumin
Pada Kunyit (Curcuma domestica Vahl.)
Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. 2006. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trully, M.S.P dan Kris H.T. 2006. Pengaruh Penambahan Asam Terhadap Aktivitas Antioksidan
Kurkumin. BSS_194_1
Wahyuni, dkk. 2004. Ekstraksi Kurkumin dari Kunyit. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan
Proses 2004 ISSN : 1411-4216
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_41323_EKSTRAKSI_PADAT_CAIR.doc.

Anda mungkin juga menyukai