Anda di halaman 1dari 13

Pemeriksaan Kreatinin

2.6.1
Metode Pemeriksaan
Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah :
1) Jaffe reaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat
membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat photometer. Metode ini meliputi
Kreatinin cara deporteinasi dan Kreatinin tanpa deproteinasi.
2) Kinetik
Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan.
Alat yang digunakan autoanalyzer.
3) Enzimatik Darah
Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim
membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer.
Dari ketiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah Jaffe Reaction , dimana metode
ini bisa menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan tanpa deproteinasi.
Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satunya adalah untuk
deproteinasi cukup banyak memakan waktu yaitu sekitar 30 menit, sedangkan tanpa deproteinasi
hanya memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu antara 2-3 menit.
( Underwood, 1997)
2.6.2

Fisiologi Kreatinin Cara Deproteinasi


Cara ini adalah dengan penambahan TCA (Trichlor Acetic Acid) 1,2 N pada serum
sebelum dilakukan pengukuran, setelah diputar dengan kecepatan tinggi antara 5-10 menit maka
protein dan senyawa-senyawa lain akan mengendap dan filtratnya digunakan untuk pemeriksaan.
Tes linier sampai dengan konsentrasinya 10 mg /dl serum dan 300 mg / dl urin. Cara deproteinasi
ini banyak memerlukan sampel dan waktu yang di perlukan lama sekitar 30 menit.( Underwood,
1997).
a) Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Deproteinasi
Ada beberapa faktor kelemahan kreatinin cara deproteinasi :
Trichlor acetic acid ( TCA ) terlalu pekat.
Konsentrasi TCA salah ( apabila menggunakan TCA 3 N, tidak terdapat perubahan warna ).
Waktu inkubasi tidak diperhatikan ( 20 menit ).
Kekeruhan dalam supernatan setelah deproteinasi ( waktu deproteinasi endapan diaduk beberapa
kali / sebelum centrifuge didiamkan untuk beberapa menit ).
Sampel yang diperlukan telalu banyak dan waktu terlalu lama. TCA pada suhu kamar mudah
terurai maka penyimpanannya di almari es ( 2 - 8 C ). (Sylvia, 1994)
b) Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Deproteinasi
Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara deproteinasi :
Kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, ureum, dll sudah terikat dengan TCA
sehingga supernatan terbebas dari bahan-bahan nitogen. (Sylvia, 1994)

2.6.3

Fisiologi Kreatinin Tanpa Cara Deproteinasi


Cara ini adalah fixed time kinetic metoda Jaffe Reaction , yaitu pengukuran kreatinin
dalam suasana alkalis dan konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu pembacaan. Tes linier
sampai dengan konsentrasi 13 mg / dl serum dan 500 mg per / dl urin. Cara tanpa deproteinasi ini

hanya memerlukan sedikit sampel dan waktu yang diperlukan cukup singkat sekitar 2 menit.
( Underwood, 1997)
1. Prinsip
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk senyawa
kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar
kreatinin dalam sampel, yang diukur dengan Fotometer dengan panjang gelombang 490 nm.
2. Reaksi
Kreatinin + asam pikrat
Senyawa kompleks
Yang berwarna kuning jingga
Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar
kreatinin dalam sampel, diukur pada Fototmeter dengan panjang gelombang 490 nm.
3. Alat & Bahan
a) Alat yang digunakan :
Fotometer microlab 300
Clinipette 100 L dan 1000 L
Tabung khan
Tip kuning dan biru
Tissue
b) Bahan yang digunakan
:
Sampel (serum) atau plasma heparin
Urine diencerkan 20 kali (1 + 19), urine dikumpulkan dengan interval 4, 12 atau 24 jam.
Reagen kerja kreatinin (R1 + R2, 1 : 1)
R1 : Disodium Phosphate 6,4 mmol/L
NaOH 150 mmol/L
R2 : Sodium Dodecyl Sulfate 0,75 mmol/L
Picric acid 4,0 mmol/L
pH 4,0
Standart Kreatinin 2 mg/dL
Aquadest
4. Prosedur Kerja
BLANKO

STANDARD

SAMPEL

AQUADEST

100 L

STANDARD

100 L

SERUM

100L

1000 L

1000 L

1000 L

PEREAKSI
(R1 + R2, 1 : 1)

Inkubasi selama 2 menit, baca Absorban Standard (A.St1) dan sampel (A.Sp1)
terhadap blanko pada panjang gelombang 490 nm.
Tepat 5 menit kemudian baca Absorban Standard (A.St2) dan sampel (A.St2)
5. Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi
Adanya gangguan terhadap bilirubin, ureum, protein yang mengakibatkan hasil tinggi palsu.
(Sylvia, 1994)
6. Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi
Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara tanpa deproteinasi:
Waktu yang diperlukan cukup singkat ( 2 menit ).
Sampel yang diperlukan hanya sedikit ( 100 ul ). ( Underwood, 1997).
2.7

Manfaat Pemeriksaan Kreatinin


Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin
dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal mengisyaratkan
adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah laki-laki
0,6 sampai 1,1 mg / dL; wanita 0,5 sampai 1,9 mg / dL. ( Sodeman, 1995 )
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai
kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu
tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya
gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu
jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis
dilakukan sedini mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit.
( Sodeman, 1995 )

BAB III
PENUTUP
3.1
1.
2.
3.
4.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa simpulan diantaranya :
Kreatinin darah adalah hasil akhir dari metabolisme protein otot yang normal di ekskresi ke
dalam urin. Nilai normal kadar kreatinin pada wanita adalah 0,5 0,9 mg/dL. Sedangkan pada
laki-laki adalah 0,6 1,1 mg/dL.
Deproteinasi adalah penambahan Trichlor Acetic Acid 1,2 N pada serum (sampel) sebelum
dilakukan pengukuran.
Tanpa deproteinasi adalah pemeriksaan kreatinin darah tanpa menggunakan
penambahan Trichlor Acetic Acid 1,2 N. TCA(trichlor acetic acid) 1,2 N adalah reagen yang
digunakan untuk pemeriksan kreatinin cara deproteinasi.
Metode Jaffe Reaction adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk
senyawa kuning jingga.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin urin menggunakan sampel urin,
serta hasilnya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dan akan diperoleh
hasil rata-rata dari kelompok kami (sembilan) sebesar 1,402 mg% untuk sampel
urin B ( wanita ), jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin urin tersebut
tergolong tidak normal, karena hasil kadarnya terlalu ( tinggi lebih dari 1,2 mg%).
Dalam praktikum ini, kelompok yang memiliki kadar kreatinin urin tidak normal
(lebih dari 1,2 mg%) adalah kelompok 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10 dan kelompok yang
mendapatkan hasil kadar kreatinin urin normal adalah kelompok 1, 3 dan 8. Semua
kelompok menggunakan sampel urin sewaktu dan menggunakan nilai rujukan kadar
kreatinin urin yang berkisar antara 0.6 1.2 mg%.
Berdasarkan tinjauan pustaka, kreatinin dalam urin terbentuk dari fosfokreatin.
Kecepatan ekskresi keratin relative konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu,
ekskresi kreatinin dari setiap individu manusia hampir selalu konstan seperti halnya
kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan demikian cara terbaik untuk
mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24 jam adalah melalui
penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang relative konstan
terhadap laju kreatinin setiap hari. Laju ekskresi urin kreatinin dalam urin berbeda
pada setiap individu. (Murpratama, 2009)
Pemeriksaan kadar kreatinin urin ini dilakukan dengan reaksi Jaffe. Dasar metode ini
adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa
kuning jingga dan menggunakan alat fotometer. Reaksi Jaffe berdasarkan
pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin
direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Prinsip dari pemerikasaan kreatinin urin

ini, dalam suasana alkalis. Kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk
suatu warna kompleks yang berwarna kuning-orange. Intensitas warna sebanding
dengan konsentrasi dan dapat diukur secara fotometri. Penentuan secara fixed
time kinetic dapat meminimalisir pengaruh billirubin dalam sampel urin.
NaOH
Kreatinin + pikrat

kromofor merah (absorbasi pada 510 nm)

Dalam penambahan asam pikrat, bertujuan untuk mereaksikan kreatinin agar


terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip dari test
kreatinin, yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat yang
membentuk larutan kuning. Selain dengan penambahan asam pikrat (reagen
kreatinin II), urin ditambahkan dengan NaOH1% (reagen kreatinin I) yang bertujuan
untuk membuat suasana basa pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dan
kreatinin dapat menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning, suasana larutan
harus dalam keadaan basa. Jika tidak terbentuk larutan kompleks berwarna kuning,
maka kreatinin tidak dapat diuji dengan metode spektrofotometer. Jadi suasana
larutan dibuat basa dengan penambahan NaOH.
Dari pemeriksaan kadar kreatinin urin didapatkan hasil kadar kreatinin urin sebesar
1,402 mg% dengan sampel urin sewaktu B. Urin sewaktu adalah urin yang
dikeluarkan pada suatu waktu yang tidak ditentukan. Hasil kadar kreatinin urin
dikelompok kami (sembilan) termasuk kategori tidak normal karena melebihi batas
normal yaitu 1,2 mg %. Pada praktikum kali ini, semua sampel memiliki kadar yang
berbeda. Adanya perbedaan tersebut mungkin dikarenakan kurangnya ketelitian
dalam pengambilan sampel urin yang terlalu sedikit, namun penambahan
reagennya terlalu banyak. Selain perbedaan itu, perbedaan kadar kreatinin urin
probandus dengan kadar kreatinum urin normal mungkin disebabkan oleh
gangguan metabolisme yaitu gagal ginjal.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboraturium adalah obat tertentu yang
dapat meningkatkan kadar kreatinin urin; kehamilan; aktivitas fisik yang berlebihan;
konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan
laboraturium. (Riswanto, 2010)
Kadar kreatinin memiliki nilai normal yaitu : 0,6 1,2 mg% untuk sampel urin
sewaktu dan 1 1.5 mg% untuk sampel urin 24 jam. Apabila hasil kadar kreatinin
labih tinggi daripada normalnya menunjukkan bahwa orang tersebut terkena akut
tubular nekrosis, dehidrasi, diabetes neforpati, eklamia (suatu kehamilan yang
meliputi kejang), glomerulonefritis, gagal ginjal, penyakit otot menyusun,
preeclampsia (kehamilan induced hipertensi), pielonefritis, ginjal berkurangnya
aliran darah (syok, gagal ginjal, jantung kongestif), rhabdomyolysis, obstruksi
saluran kemih. Sedangkan kadar kreatinin lebih rendah dari normal dapat

menunjukkan: muscular clystrophy (tahap akhir) dan myasthenia gravis. (National


Institutes of Health, 2007)

PENENTUAN KADAR KREATININ PLASMA

I.

Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar kreatinin dalam plasma.

II.

Prinsip

Kreatinin dengan asam pikrat alkalis membentuk kreatinin pikrat yang berwarna
merah intensitas warna merah menunjukkan kadar kreatinin bila dibaca pada
fotometer.

III.

Tinjauan Pustaka

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot
yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi
dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal
melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma
dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya
gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001).
Definisi kreatinin yang lain, adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin
sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlihat dalam penyimpanan
energi sebagai kreatin fosfat ( cp ), dalam sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat
diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin. (Murray, 2009 )
Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian energi sehingga dihasilkan cp. Dalam
proses kecil kreatin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang dikeluarkan
dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin oleh seseorang setara dengan otot rangka
yang dimilikinya. ( Murray, 2009 )
Pemeriksaan kreatinin darah dapat menggunakan beberapa metode, sebagai
berikut : Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah kreatinin dalam
suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga dan
menggunakan alat ukur photometer ; Kinetik, metode ini relatif sama hanya dalam
pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan alat yang digunakan autoanalyzer ;
enzimatik darah , dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi

dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer.


( Underwood, 1997 )
Rentang normal untuk bayi baru lahir : 0,3 1,0 mg/dL atau 27 88 mol/L ; Balita :
0,2 0,4 mg/dL atau 18 35 mol ; Anak anak : 0,3 0,7 mg/dL atau 27 62
mol/L ; Remaja : 0,5 1,0 mg/dL atau 44 88 mol/L ; Dewasa pria : 0,6 1,2
mg/dL atau 53 106 mol/L ; Dewasa wanita : 0,5 1,1 mg/dL atau 44 97 mol/L.
Kadar pada wanita sedikit lebih rendah, karena masa otot yang lebih rendah dari
pria. Kreatinin darah meningkat jika fungsi menurun. Selain itu kreatinin darah
meningkat karena kegagalan ginjal akut atau kronis, syok yang lama, kanker, lupus,
diabetik, gagal jantung, diet ( contohnya : daging sapi tinggi, unggas dan ikan ).
Sedangkan penurunan kreatinin dapat dijumpai pada distrofiotot ( tahap akhir ) dan
myastenia gravis. ( Anggraeni, 2012 )

IV.

Alat dan Bahan

1.

Alat

a.

Spektrofotometer

b.

Inkubasi

c.

Tabung reaksi

d. Rak tabung reaksi


e.

Selotip

f.

Mikropipet

1000 L

g.

Mikropipet

250 L

h.

Mikropipet

50 L

2.

Bahan

a.

Plasma darah

b.

Reagen kreatinin I ( NaOH 1 % )

c.

Reagen kreatinin II ( asam pikrat )

V.

0,05 mL ( 50 L )
1 mL
0,25 mL

Cara Kerja

Pipet plasma sebanyak 0,05 mL masukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 1 mL reagen warna kreatinin I ( NaOH 1 % )

Inkubasi 5 menit dengan temperatur 37 0C

Ditambah 0,25 mL reagen warna kreatinin II ( asam pikrat )

Baca pada spektrofotometer dengan = 546 nm dan f = .2


Nilai normal kadar kreatinin plasma:
-

Laki laki

Wanita

VI.
a.

: 0,9 1,3 mg/dL


: 0,6 1,1 mg/dL

Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan perubahan warna

Sampel
Perlakuan
Perubahan warna
Darah B
plasma dipipet 50l (0,05 ml)
Putih kekuningan
Ditambah reagen warna kreatinin I (NaOH 1 %) 1 ml
Bening
Diinkubasi 5 menit dengan temperature 370C
Bening
Tambahkan 250 l (0,25 ml) reagen warna kreatinin II (asam pikrat)
Orange

Baca pada spektrofotometer dengan = 546 nm dan f-2


I.

0,74 mg/dL

II. 0,69 mg/dL

b.

Hasil pengukuran kadar kreatinin plasma

Kelompok
Sampel
darah
Kadar kreatinin darah (mg /dL)
Keterangan
I
II
x
1
A
0,66 mg/dL
1,36 mg/dL
1,01 mg/dL
Normal
2
A
1,37 mg/dL
0,37 mg/dL
1,05 mg/dL
Normal
3

A
0,66 mg/dL
0,67 mg/dL
0,66 mg/dL
Normal
4
C
1,22 mg/dL
0,72 mg/dL
0,97 mg/dL
Normal
5
C
0,69 mg/dL
0,72 mg/dL
0,705 mg/dL
Normal
6
C
0,75 mg/dL
0,77 mg/dL
0,76 mg/dL
Normal
7
B
0,75 mg/dL

0,79 mg/dL
0,77 mg/dL
Normal
8
B
0,79 mg/dL
0,78 mg/dL
0,785 mg/dL
Normal
9
B
0,74 mg/dL
0,69 mg/dL
0,715 mg/dL
Normal
10
B
0,62 mg/dL
0,69 mg/dL
0,625 mg/dL
Normal

VII.

Pembahasan

Pada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin plasma menggunakan sampel
plasma darah, serta hasil praktikumnya diukur dengan spektrofotometer dan akan
diperoleh rata rata dari kelompok kami (sembilan ) sebesar 0,715 mg/dL untuk
sampel darah B (wanita ), jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin plasma

tersebut tergolong normal. Sedangkan dari hasil pemeriksaan seluruh kelompok


normal dengan sampel wanita yang berkisar antara 0,6 1,1 mg/dL.
Berdasarkan tinjauan pustaka, kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.
Kreatin sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlihat dalam
penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat (cp ), dalam sintesis ATP dari ADP,
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin. ( Murray,
2009 )
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan
eksresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih
besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin
normal pada metode Jaffe reaction adalah laki laki : 0,8 1,2 mg/dL ; dan wanita :
0,6 1,1 mg/dL. (Sodeman, 1995 )
Prinsip pemeriksaan kreatinin dalam plasma ini menggunakan metode Jaffe
reaction. Dalam suasana alkalis, kreatinin bila ditambah asam pikrat akan
membentuk suatu warna komplek yang berwarna kuning orange. Intensitas warna
sebanding dengan konsentrasi dan dapat diukur secara fotometri, serta terjadi
perubahan absorbsi pada panjang gelombang antara 505 nm dan 502 nm. Kadar
normal kreatinin pada laki laki adalah 0,6 1,2 mg/dL atau 53 106 mol ;
sedangkan pada wanita adalah 0,5 1,1 mg/dL atau 44 97 mol /L.
Dari hasil pemeriksaan pada praltikum kali ini, didapat kadar kreatinin dalam
plasma sebesar 0,715 mg/dL dengan sampel darah B (wanita ). Kadar kreatinin
plasma di kelompok kami ( sembilan ) masuk dalam kategori normal. Seluruh
kelompok yang praktikum bersama kami ( shift A) juga termasuk dalam kategori
normal, karena semua nilai kadar kreatinin plasma berkisar antara 0,6 1,1 mg/dL
dengan sampel darah wanita semua. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ginjal
dalam keadaan bagus atau tidak ada gangguan pada ginjal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya
adalah :
1.

Perubahan massa otot.

2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah
makan.
3.

Aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.

4. Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co trimexazole dapat


mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah.
5.

Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.

6. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada
orang muda, serta pada laki laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita.
( Sukandar, 1997 )
Kadar kreatinin dapat meningkat karena penyakit kanker, lupus, diabetik, syok yang
lama dan gagal jantung. Sedangkan kadar kreatinin dapat menurun karena distrofi
obat ( tahap akhir ) dan myastenia gravis. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan
seseorang tergantung pada massa otot daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan
kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik atau penyakit
degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif otot. ( Sukandar, 1997 )

VIII. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan kadar kreatinin plasma tersebut sampel plasma darah B
( wanita ) termasuk kategori normal, yaitu dengan rata rata 0,715 mg/dL. Hal ini
menunjukkan bahwa ginjalnya dalam keadaan baik, tidak ada gangguan.

IX.

Daftar Pustaka

Anggraeni, Adisty Cyntia . 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :
Graha Ilmu
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patafisiologi ( Hands Books of
Pathophysiologi ). Jakarta : EGC
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta : EGC
Sodeman, W.A. 1995. Sodeman Patofisiologi, Edisi 7, Jilid II. Penerjemah : Andry
Hartanto. Jakarta : Hipokretas
Sukandar , E . 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi ke
2. Bandung : ITB
Underwood. 1997. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai