2.6.1
Metode Pemeriksaan
Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah :
1) Jaffe reaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat
membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat photometer. Metode ini meliputi
Kreatinin cara deporteinasi dan Kreatinin tanpa deproteinasi.
2) Kinetik
Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan.
Alat yang digunakan autoanalyzer.
3) Enzimatik Darah
Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim
membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer.
Dari ketiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah Jaffe Reaction , dimana metode
ini bisa menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan tanpa deproteinasi.
Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satunya adalah untuk
deproteinasi cukup banyak memakan waktu yaitu sekitar 30 menit, sedangkan tanpa deproteinasi
hanya memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu antara 2-3 menit.
( Underwood, 1997)
2.6.2
2.6.3
hanya memerlukan sedikit sampel dan waktu yang diperlukan cukup singkat sekitar 2 menit.
( Underwood, 1997)
1. Prinsip
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali membentuk senyawa
kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar
kreatinin dalam sampel, yang diukur dengan Fotometer dengan panjang gelombang 490 nm.
2. Reaksi
Kreatinin + asam pikrat
Senyawa kompleks
Yang berwarna kuning jingga
Intensitas warna yang terbentuk setara dengan kadar
kreatinin dalam sampel, diukur pada Fototmeter dengan panjang gelombang 490 nm.
3. Alat & Bahan
a) Alat yang digunakan :
Fotometer microlab 300
Clinipette 100 L dan 1000 L
Tabung khan
Tip kuning dan biru
Tissue
b) Bahan yang digunakan
:
Sampel (serum) atau plasma heparin
Urine diencerkan 20 kali (1 + 19), urine dikumpulkan dengan interval 4, 12 atau 24 jam.
Reagen kerja kreatinin (R1 + R2, 1 : 1)
R1 : Disodium Phosphate 6,4 mmol/L
NaOH 150 mmol/L
R2 : Sodium Dodecyl Sulfate 0,75 mmol/L
Picric acid 4,0 mmol/L
pH 4,0
Standart Kreatinin 2 mg/dL
Aquadest
4. Prosedur Kerja
BLANKO
STANDARD
SAMPEL
AQUADEST
100 L
STANDARD
100 L
SERUM
100L
1000 L
1000 L
1000 L
PEREAKSI
(R1 + R2, 1 : 1)
Inkubasi selama 2 menit, baca Absorban Standard (A.St1) dan sampel (A.Sp1)
terhadap blanko pada panjang gelombang 490 nm.
Tepat 5 menit kemudian baca Absorban Standard (A.St2) dan sampel (A.St2)
5. Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi
Adanya gangguan terhadap bilirubin, ureum, protein yang mengakibatkan hasil tinggi palsu.
(Sylvia, 1994)
6. Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi
Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara tanpa deproteinasi:
Waktu yang diperlukan cukup singkat ( 2 menit ).
Sampel yang diperlukan hanya sedikit ( 100 ul ). ( Underwood, 1997).
2.7
BAB III
PENUTUP
3.1
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa simpulan diantaranya :
Kreatinin darah adalah hasil akhir dari metabolisme protein otot yang normal di ekskresi ke
dalam urin. Nilai normal kadar kreatinin pada wanita adalah 0,5 0,9 mg/dL. Sedangkan pada
laki-laki adalah 0,6 1,1 mg/dL.
Deproteinasi adalah penambahan Trichlor Acetic Acid 1,2 N pada serum (sampel) sebelum
dilakukan pengukuran.
Tanpa deproteinasi adalah pemeriksaan kreatinin darah tanpa menggunakan
penambahan Trichlor Acetic Acid 1,2 N. TCA(trichlor acetic acid) 1,2 N adalah reagen yang
digunakan untuk pemeriksan kreatinin cara deproteinasi.
Metode Jaffe Reaction adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk
senyawa kuning jingga.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin urin menggunakan sampel urin,
serta hasilnya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dan akan diperoleh
hasil rata-rata dari kelompok kami (sembilan) sebesar 1,402 mg% untuk sampel
urin B ( wanita ), jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin urin tersebut
tergolong tidak normal, karena hasil kadarnya terlalu ( tinggi lebih dari 1,2 mg%).
Dalam praktikum ini, kelompok yang memiliki kadar kreatinin urin tidak normal
(lebih dari 1,2 mg%) adalah kelompok 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10 dan kelompok yang
mendapatkan hasil kadar kreatinin urin normal adalah kelompok 1, 3 dan 8. Semua
kelompok menggunakan sampel urin sewaktu dan menggunakan nilai rujukan kadar
kreatinin urin yang berkisar antara 0.6 1.2 mg%.
Berdasarkan tinjauan pustaka, kreatinin dalam urin terbentuk dari fosfokreatin.
Kecepatan ekskresi keratin relative konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu,
ekskresi kreatinin dari setiap individu manusia hampir selalu konstan seperti halnya
kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan demikian cara terbaik untuk
mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24 jam adalah melalui
penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang relative konstan
terhadap laju kreatinin setiap hari. Laju ekskresi urin kreatinin dalam urin berbeda
pada setiap individu. (Murpratama, 2009)
Pemeriksaan kadar kreatinin urin ini dilakukan dengan reaksi Jaffe. Dasar metode ini
adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa
kuning jingga dan menggunakan alat fotometer. Reaksi Jaffe berdasarkan
pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin
direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Prinsip dari pemerikasaan kreatinin urin
ini, dalam suasana alkalis. Kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk
suatu warna kompleks yang berwarna kuning-orange. Intensitas warna sebanding
dengan konsentrasi dan dapat diukur secara fotometri. Penentuan secara fixed
time kinetic dapat meminimalisir pengaruh billirubin dalam sampel urin.
NaOH
Kreatinin + pikrat
I.
Tujuan
II.
Prinsip
Kreatinin dengan asam pikrat alkalis membentuk kreatinin pikrat yang berwarna
merah intensitas warna merah menunjukkan kadar kreatinin bila dibaca pada
fotometer.
III.
Tinjauan Pustaka
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot
yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi
dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal
melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma
dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya
gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001).
Definisi kreatinin yang lain, adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin
sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlihat dalam penyimpanan
energi sebagai kreatin fosfat ( cp ), dalam sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat
diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin. (Murray, 2009 )
Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian energi sehingga dihasilkan cp. Dalam
proses kecil kreatin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang dikeluarkan
dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin oleh seseorang setara dengan otot rangka
yang dimilikinya. ( Murray, 2009 )
Pemeriksaan kreatinin darah dapat menggunakan beberapa metode, sebagai
berikut : Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah kreatinin dalam
suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga dan
menggunakan alat ukur photometer ; Kinetik, metode ini relatif sama hanya dalam
pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan alat yang digunakan autoanalyzer ;
enzimatik darah , dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi
IV.
1.
Alat
a.
Spektrofotometer
b.
Inkubasi
c.
Tabung reaksi
Selotip
f.
Mikropipet
1000 L
g.
Mikropipet
250 L
h.
Mikropipet
50 L
2.
Bahan
a.
Plasma darah
b.
c.
V.
0,05 mL ( 50 L )
1 mL
0,25 mL
Cara Kerja
Laki laki
Wanita
VI.
a.
Hasil Pengamatan
Tabel hasil pengamatan perubahan warna
Sampel
Perlakuan
Perubahan warna
Darah B
plasma dipipet 50l (0,05 ml)
Putih kekuningan
Ditambah reagen warna kreatinin I (NaOH 1 %) 1 ml
Bening
Diinkubasi 5 menit dengan temperature 370C
Bening
Tambahkan 250 l (0,25 ml) reagen warna kreatinin II (asam pikrat)
Orange
0,74 mg/dL
b.
Kelompok
Sampel
darah
Kadar kreatinin darah (mg /dL)
Keterangan
I
II
x
1
A
0,66 mg/dL
1,36 mg/dL
1,01 mg/dL
Normal
2
A
1,37 mg/dL
0,37 mg/dL
1,05 mg/dL
Normal
3
A
0,66 mg/dL
0,67 mg/dL
0,66 mg/dL
Normal
4
C
1,22 mg/dL
0,72 mg/dL
0,97 mg/dL
Normal
5
C
0,69 mg/dL
0,72 mg/dL
0,705 mg/dL
Normal
6
C
0,75 mg/dL
0,77 mg/dL
0,76 mg/dL
Normal
7
B
0,75 mg/dL
0,79 mg/dL
0,77 mg/dL
Normal
8
B
0,79 mg/dL
0,78 mg/dL
0,785 mg/dL
Normal
9
B
0,74 mg/dL
0,69 mg/dL
0,715 mg/dL
Normal
10
B
0,62 mg/dL
0,69 mg/dL
0,625 mg/dL
Normal
VII.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin plasma menggunakan sampel
plasma darah, serta hasil praktikumnya diukur dengan spektrofotometer dan akan
diperoleh rata rata dari kelompok kami (sembilan ) sebesar 0,715 mg/dL untuk
sampel darah B (wanita ), jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin plasma
2. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah
makan.
3.
6. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada
orang muda, serta pada laki laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita.
( Sukandar, 1997 )
Kadar kreatinin dapat meningkat karena penyakit kanker, lupus, diabetik, syok yang
lama dan gagal jantung. Sedangkan kadar kreatinin dapat menurun karena distrofi
obat ( tahap akhir ) dan myastenia gravis. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan
seseorang tergantung pada massa otot daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan
kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik atau penyakit
degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif otot. ( Sukandar, 1997 )
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan kadar kreatinin plasma tersebut sampel plasma darah B
( wanita ) termasuk kategori normal, yaitu dengan rata rata 0,715 mg/dL. Hal ini
menunjukkan bahwa ginjalnya dalam keadaan baik, tidak ada gangguan.
IX.
Daftar Pustaka
Anggraeni, Adisty Cyntia . 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogjakarta :
Graha Ilmu
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patafisiologi ( Hands Books of
Pathophysiologi ). Jakarta : EGC
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta : EGC
Sodeman, W.A. 1995. Sodeman Patofisiologi, Edisi 7, Jilid II. Penerjemah : Andry
Hartanto. Jakarta : Hipokretas
Sukandar , E . 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi ke
2. Bandung : ITB
Underwood. 1997. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta : EGC