Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

Pemeriksaan Kreatinin

Disusun Oleh :
Angga Argya Pratama 12171002
Khoerul Rasyidin 12171010
Nur Asyrifah 12171013
Refani Adhadian 12171014
Rijalul Mutaqin Tsani 12171016
Shofya Justitia Puspa 12171020
Kelas : 4Fa5

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


FAKULTAS FARMASI
TAHUN 2020
1. Tujuan
1.1 Kompetensi yang Dicapai :
Menguasai aplikasi ilmu biomedik dalam pekerjaan kefarmasian.
1.2 Tujuan Praktikum :
Analisis data hasil pemeriksaan kreatinin

2. Prinsip
Metode Jaffe.
Kreatinin membentuk kompleks berwarna merah oranye dalam larutan
pikrat basa.
Creatinine + Picric acid  Creatinine picrate complex

3. Pendahuluan/ dasar teori


Kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari
otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan dieksresi dalam urine
dengan kecepatan yang sama. Oleh karena itu, kadarnya dalam plasma
(serum) hampir konstan dan berkisar antara 0,7 sampai 1,5 mg per 100 ml
(nilai ini lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan karena otot laki-
laki lebih besar). Kreatinin diekskresi dalam urine melalui proses filtrasi
dalam glomerulus. Untuk melakukan pemeriksaan kreatinin cukup
mengumpulkan spesimen urine 24 jam dan satu spesimen darah yang
diambil dalam waktu 24 jam yang sama (Price, 2006).

The National Kidney Disease Education Program merekomendasikan


penggunaan serum Kreatinin untuk mengukur kemampuan filtrasi
glomerulus, digunakan untuk memantau perjalanan penyakit ginjal.
Diagnosis gagal ginjal dapat ditegakkan saat nilai Kreatinin serum
meningkat di atas nilai rujukan normal. Kadar kreatinin tidak hanya
tergantung pada massa otot, tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas otot,
diet, dan status kesehatan. Penurunan kadar kreatinin terjadi pada keadaan
glomerulo nefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease akibat
gangguan fungsi sekresi kreatinin. Penurunan kadar Kreatinin juga dapat
terjadi pada gagal jantung kongestif, syok, dan dehidrasi, pada keadaan
tersebut terjadipenurunan perfusi darah ke ginjal sehingga makin sedikit
pula kadar kreatinin yang dapat difiltrasi ginjal (Yulianti, 2018)

Kreatinin adalah produk buangan yang diekskresikan oleh ginjal, terutama


oleh filtrasi glomerulus. Konsentrasi kreatinin dalam plasma relative
konstan pada individu yang sehat, tidak tergantung dari asupan air, olah
raga dan kecepatan produksi urin. Oleh karena itu peningkatan nilai
kreatinin plasma selalu menunjukkan adanya penurunan ekskresi, misalnya
karena gangguan fungsi ginjal.
Kreatinin klirens dapat digunakan untuk estimasi laju filtrasi glomerulus
atau glomerular filtration rate (GFR) yang memungkinkan untuk deteksi
penyakit ginjal dan pemantauan fungsi ginjal. Untuk tujuan ini, kreatinin
diukur secara bersamaan dari serum dan urin yang dikumpulkan selama
periode waktu yang ditetapkan.
Kreatinin terbuat dari zat yang disebut kreatin, yang dibentuk ketika
makanan berubah menjadi energi melalui proses yang disebut
metabolisme. Sekitar 2% dari kreatin tubuh diubah menjadi Kreatinin
setiap hari. Kreatinin diangkut melalui aliran darah ke ginjal. Ginjal
menyaring sebagian besar Kreatinin dan membuangnya dalam urin. Bila
ginjal terganggu, Kreatinin akan meningkat. Tingkat Kreatinin yang tidak
normal kemungkinan terjadi kerusakan atau kegagalan ginjal (Yulianti,
2018).
Adapun metode pemeriksaan kreatinin yaitu :

a. Jaffe reaction

Pada pemeriksaan kreatinin dengan metode ini memiliki prinsip


pemeriksaan yaitu reaksi antara kreatinin dalam suasana alkalis dengan
asam pikrat akan membentuk kompleks senyawa berwana kuning jingga.
Alat yang digunakan adalah photometer (Winarni, 2010).
b. Kinetik

Pada pemeriksaan kreatinin dengan metode ini relatif sama hanya dalam
proses pembacaan dibutuhkan sekali pembacaan yang tepat. Alat yang
digunakan autoanalyzer (Winarni, 2010).
c. Enzymmatic colorimetri test

Pada pengukuran ini memiliki substrat sebagai dasar dari metode. Dengan
menggunakan alat photometer, substrat yang terdapat pada sampel akan
bereaksi dengan enzim dan membentuk suatu senyawa substrat. Enzim
yang digunakan yaitu enzim kreatininase. Enzim ini akan mengkatalisis
kreatinin menjadi kreatin, dengan penambahan multienzim serial (enzim
kreatininase, enzim kreatin kinase, piruvat kinase, dan laktat
dehydrogenase) akan terjadi perubahan warna.

4. Alat dan bahan


Alat :
Spektrofotometer, mikropipet, sentrifuga, kuvet, spuit
Bahan :
Serum atau plasma heparin atau EDTA, aquadest, alkohol 70%, reagen
kreatinin

Reagen kreatinin terdiri dari :


R1 : sodium hydroxide : 0,2 mol/L
R2 : picric acid : 20 mmol/L

5. Prosedur kerja
Prosedur :
Panjang gelombang : Hg 492 nm (490-510 nm)
Diameter kuvet : 1 cm
Suhu : 20-25C / 37C
Pengukuran terhadap blanko reagen (BR) Pengukuran dengan

bi-reagen
Blanko Sampel

Sampel - 50 µL

Aquadest 50 µL -

Reagen 1 1000 µL 1000 µL

Campurkan, inkubasi 0-5 menit, lalu tambahkan :


Reagen 2 250 µL 250 µL

Campurkan dan baca absorbansi A1 setelah 1 menit, baca absorbansi A2


setelah 2 menit kemudian.
A = (A2 – A1) sampel Pengukuran dengan

monoreagen
Blanko Sampel

Sampel - 50 µL

Aquadest 50 µL -

Monoreagen 1000 µL 1000 µL

Campurkan dan baca absorbansi A1 setelah 1 menit, baca absorbansi A2


setelah 2 menit kemudian.
A = (A2 – A1) sampel

Perhitungan :
Dengan standar atau kalibrator
Kreatinin (mg/dL) = A sampel x konsentrasi kalibrator (mg/dL)
A kalibrator

Faktor konversi :
Kreatini (mg/dL) x 88,4 = Kreatinin (µmol/L)

Anda mungkin juga menyukai