Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA KLINIK II

“ PEMERIKSAAN KREATININ ”

DISUSUN OLEH :

ANGELI ROLANDA NATHANIA

203410001

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA

PANGKALAN BUN

2023
Nilai Paraf Dosen Paraf Praktikan

I. Hari / Tanggal : Jumat, 23 September 2022


II. Judul Praktikum : Pemeriksaan Kreatinin
III. Tujuan : 1. Mahasiswa dapat melaksanakan pemeriksaan
kreatinin dalam serum dan urine dengan metode
Jaffe
2. Mahasiswa dapat melaksanakan pemeriksaan
kreatinin dalam serum dan urine melalui rumus
perhitungan
3. Mahasiswa dapat mengetahui nilai normal kadar
kreatinin dalam serum dan urine
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari
penurunan dan peningkatan kadar kreatinin dalam
serum dan urine
IV. Metode : Metode yang digunakan pada praktikum tentang
pemeriksaan kadar kreatinin dalam serum dan urine kali ini
adalah :
1. Metode Jaffe
2. Metode Rumus Perhitungan

V. Prinsip
1. Prinsip metode Jaffe mengatakan bahwa adanya kreatinin dalam sampel
akan bereaksi dengan membentuk kompleks berwarna merah orange dalam
larutan piktrat basa. Perbedaan absorbansi pada waktu tertentu selama
terjadinya konversi sebanding dengan konsentrasi kreatinin pada sampel.
Reaksi metode jaffe dapat dituliskan sebagai berikut :

Creatinine + picric acid =======> creatinine picrate


complex
2. Prinsip metode perhitungan mengatakan bahwa kadar kreatinin di dalam

Creatinin :
Absorbansi Sampel
-------------------------- X Konsentrasi Standar
Absorbansi Standar
tubuh dapat diukur dengan rumus perhitungan berikut :

VI. Dasar Teori


Kreatinin merupakan produk hasil pemecahan kreatinin fosfat otot yang
diproduksi secara konstan dan bergantung pada massa otot. Kreatinin merupakan
produk yang disintesis di hati dan hampir terdapat pada semua otot rangka yang
saling berikatan dalam bentuk kreatinin fosfat. Kreatinin fosfat merupakan suatu
senyawa penyimpan energi pada sintesis ATP (adenosin trifosfatat) dari ADP
( adenosin difosfat). Kreatin fosfat akan diubah menjadi kreatinin dengan
mengkatalisasi enzim kreatinin kinase (Nuari dan Widayati, 2017). Sintesis
kreatinin merupakan proses antar organ yaitu pelepasan guanidinoasetat oleh ginjal
dan pengambilan guadinoasetat oleh hati. Sintesisnya sangat memerlukan arginin
dan gugus metil dalam jumlah yang besar. Pembentukan kreatinin sangat
membutuhkan keberadaan gugus metil metilasi guadinoasetat menggunakan sekitar
40% gugus metil (Firdaus, 2017).
Kreatinin utamanya ditemukan dalam otot. Kreatinin dalam darah umumnya
berasal dari makanan dan hasil biosintesis pada hati setiap harinya sekitar 1,1%
kreatin dikonversi menjadi kreatinin, kreatinin kemudian berdifusi keluar dan
disekresikan ke urine. Tingginya kadar kadar kreatinin dalam darah tidak dapat
dijadikan patokan tunggal untuk mengindikasikan adanya kerusakan di ginjal, hal
ini disebabkan karena kadar kreatinin dalam tubuh juga dapat dipengaruhi oleh
massa otot, diet kaya daging, aktivitas fisik yang berlebihan, konsumsi obat-obatan
tertentu, faktor usia dan jenis kelamieb. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
seorang laki-laki memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan, hal ini disebabkan karena laki-laki memiliki massa otot yang lebih
besar daripada perempuan (firdaus, 2017)

VII. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Mikropipet ukuran 1000 ul dan 10 ul
d. Yellow tip
e. Blue tip
f. Inkubator
g. Stopwatch
h. Fotometer
i. Tisu
2. Bahan
a. Serum pasien sebanyak 10 ul
b. Urine pasien 24 jam
c. Aquades
d. Reagen kreatinin
R1 = sodium hydroxide
R2 = picric acid

VIII Prosedur Kerja


. 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Menyiapkan tiga tabung reaksi dan menuliskan label blanko, standar dan
sampel
3. Membuat menu reagen dari campuran R1 dan R2 dengan perbandingan 4 :
1. Untuk keperluan 3 tabung pemeriksaan dibutuhkan 3000 ul monoragen,
sehingga perbandingan R1 dan R2 yaitu :
R1 = 2.250 ul
R2 = 750 ul
4. Menghomogenkan monoreagen
5. Menyiapkan reagen pemeriksaan dengan takaran sebagai berikut :
Blanko = 1000 ul monoreagen
Standar = 1000 ul monoreagen + 10 ul reagen standar
Sampel = 1000 ul monoreagen + 10 ul sampel serum
6. Menghomogenkan reagen pemeriksaan dan menginkubasi pada suhu 37 ⁰C
selama 1 menit
7. Memeriksa absorbansi pada waktu ke 1, 30 dan 90 dengan menggunakan
fotometer dengan panjang gelombang 510 mn
8. Mencatat dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan

IX. Nilai Normal


1. Pemeriksaan kreatinin serum metode Jaffe
a. Pria dewasa = 0.7-1.3 mg/dL
b. Wanita dewasa = 0.6-1.1 mg/dL
c. Anak-anak = 0.3-0.7 mg/dL
2. Pemeriksaan kreatinin urine 24 jam metode Jaffe
a. Pria dewasa = 800-2000 mg/hari
b. Wanita dewasa = 600-1800 mg/hari
X. Hasil Pemeriksaan
Identitas pasien
Nama : Rosalia
Usia : 21 th
Jenis kelamin : Perempuan

Hasil Pemeriksaan Kreatinin Serum Pasien

Reagen 1 menit 30 menit 90 menit


Absorbansi Perhitungan Absorbansi Perhitungan Absorbansi Perhitungan
Blanko 0.969 - 0.110 - 0.110 -
Standar 1.500 - 1.500 - 1.500 -
Sampel Serum 1.016 1.067 1.100 7.333 1.100 27.187
Sampel Urine 146.178 974.52

Pemeriksaan kreatinin urine menggunkan urine 24 jam dilakukan menggunakan perhitungan berikut :
Urin 24 jam = Kadar Kreatinin Urine x Volume Urine
1000
= 974, 52 x 200
1000
= 194,904 g/24 jam

XI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin dalam
serum dan urine pasien. Pembacaan hasil pemeriksaan kreatinin pada fotometer
menunjukkan perubahan nilai absorbansi reagen blangko pada observasi 1 menit, 30
menit dan 90 menit dari nilai 0,969 mg/dL menjadi 1.100 mg/dL. Perubahan nilai
absorbansi ini tentunya merupakan keadaan yang tidak normal dan mampu
memberikan hasil pemeriksaan yang tidak akurat. Menurut Sunarya, (2021)
menyatakan bahwa kesalahan hasil pengujian dari alat dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti penggunaan bahan acuan perubahan konsentrasi reagen yang
digunakan perubahan setelan alat atau perlunya kalibrasi alat dan lain-lain.
Perubahan nilai absorbansi juga dapat disebabkan oleh rusaknya reagen yang
digunakan akibat waktu pencampuran yang terlalu lama. Menurut Rinda, (2015)
menyatakan bahwa penggunaan sodium hidroxyde dan picric acid yang direaksikan
terlebih dahulu akan membentuk Na-piktrat. Campuran Na-pikrat dalam waktu
yang lama akan mempercepat perusakan reagen sehingga dapat memberikan hasil
positi palsu atau negatif palsu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kreatinin dalam serum diketahui mengalami
peningkatan kadar dari hasil pemeriksaan kreatinin serum dengan waktu periksa 1
menit yaitu 1,067 mg/dL, pada waktu periksa 30 menit meningkat menjadi 7, 333
mg/dL dan pada waktu periksa 90 menit meningkat menjadi 27,187 mg/dL. Hasil
akhir pemeriksaan kreatinin dalam serum pasien tersebut berada jauh di atas nilai
normal kreatinin pada orang dewasa yaitu pada pria dewasa 0.7-1.3 mg/dL dan
wanita dewasa = 0.6-1.1 mg/dL. Adanya peningkatan kadar kreatinin dalam serum
ini dicurigai disebabkan oleh menurunnya fungsi ginjal di dalam tubuh pasien.
Peningkatan kadar kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi
ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal
ginjal, kanker, glomerulonefritis, lupus autoimun, rheumatoid arthritis batu ginjal,
batu saluran kemih, serangan jantung, konsumsi daging yang tinggi dan konsumsi
obat-obatan yang dapat memicu peningkatan kreatinin (Indriasari, 2019).
Hasil pemeriksaan kreatinin dalam urine diketahui mengalami penurunan kadar
dari hasil pemeriksaan urine pada waktu periksa 1 menit dan pengukuran urine 24
jam dari 974,52 mg/hari menjadi 194,904 g/24 jam. Hasil penurunan kadar kreatinin
dalam urine semakin menguatkan dugaan terjadinya gangguan fungsi ginjal pada
pasien jika dihubungkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya pada pemeriksaan
kreatinin dalam serum dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kadar kreatinin
dalam serum sedangkan hasil pemeriksaan kreatinin dalam urin mengalami
penurunan. Menurut Bijanti et al, (2020) menyatakan bahwa kreatinin urine akan
menurun selama kreatinin dalam serum meningkat pada kasus penyakit ginjal. Bila
kreatinin di dalam serum meningkat maka di dalam urine umumnya akan ditemui
kast, protein dan sel apabila terjadi oliguria maka besar kemungkinan adanya
penyakit ginjal. Jika penyakit ginjal disebabkan oleh dehidrasi maka kadar ureum
dan kreatinin akan meningkat dengan cepat

XII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari hasil
pemeriksaan kreatin pada pasien diketahui terjadi peningkatan kreatinin dalam
serum sedangkan pada kreatinin urine mengalami penurunan. Terdapat beberapa
kondisi klinis yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya kreatinin dalam serum
peningkatan kreatinin dapat disebabkan karena penurunan fungsi ginjal yang
merujuk pada beberapa penyakit seperti batu ginjal, infeksi ginjal, kanker,
glomerulonefritis, batu ginjal, batu saluran kemih, lupus, reumatoid arthritis yang
menyerang ginjal, serangan jantung dan lain-lain.

XIII. Daftar Pustaka

Bijanti, R., Yuliani, M.G.A., Wahjuni, R.S., Utomo, R.B. (2020). Buku Ajar
Patologi Klinik veteriner. Surabaya : Airlangga University Press

Firdaus, M. (2017). Diabetes dan Rumput Laut Cokelat. Malang : UB Press

Indriasari, D. (2019). 100 % Sembuh Tanpa Dokter : Deteksi, Obati dan Cegah
Penyakit. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Gratamain

Rinda, A.S. (2015). Pengaruh Konsentrasi Asam Piktrat Pada Penentuan Kreatinin
Menggunakan Sequental Injection Analysis. Kimia Student Journal. 1 (1).
587-590. ISSN : 2817 – 5813

Sunarya, (2021). Manajemen Pengelolaan Laboratorium. Yogyakarta : UGM Press

Anda mungkin juga menyukai