“ PEMERIKSAAN KREATININ ”
DISUSUN OLEH :
203410001
PANGKALAN BUN
2023
Nilai Paraf Dosen Paraf Praktikan
V. Prinsip
1. Prinsip metode Jaffe mengatakan bahwa adanya kreatinin dalam sampel
akan bereaksi dengan membentuk kompleks berwarna merah orange dalam
larutan piktrat basa. Perbedaan absorbansi pada waktu tertentu selama
terjadinya konversi sebanding dengan konsentrasi kreatinin pada sampel.
Reaksi metode jaffe dapat dituliskan sebagai berikut :
Creatinin :
Absorbansi Sampel
-------------------------- X Konsentrasi Standar
Absorbansi Standar
tubuh dapat diukur dengan rumus perhitungan berikut :
Pemeriksaan kreatinin urine menggunkan urine 24 jam dilakukan menggunakan perhitungan berikut :
Urin 24 jam = Kadar Kreatinin Urine x Volume Urine
1000
= 974, 52 x 200
1000
= 194,904 g/24 jam
XI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin dalam
serum dan urine pasien. Pembacaan hasil pemeriksaan kreatinin pada fotometer
menunjukkan perubahan nilai absorbansi reagen blangko pada observasi 1 menit, 30
menit dan 90 menit dari nilai 0,969 mg/dL menjadi 1.100 mg/dL. Perubahan nilai
absorbansi ini tentunya merupakan keadaan yang tidak normal dan mampu
memberikan hasil pemeriksaan yang tidak akurat. Menurut Sunarya, (2021)
menyatakan bahwa kesalahan hasil pengujian dari alat dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti penggunaan bahan acuan perubahan konsentrasi reagen yang
digunakan perubahan setelan alat atau perlunya kalibrasi alat dan lain-lain.
Perubahan nilai absorbansi juga dapat disebabkan oleh rusaknya reagen yang
digunakan akibat waktu pencampuran yang terlalu lama. Menurut Rinda, (2015)
menyatakan bahwa penggunaan sodium hidroxyde dan picric acid yang direaksikan
terlebih dahulu akan membentuk Na-piktrat. Campuran Na-pikrat dalam waktu
yang lama akan mempercepat perusakan reagen sehingga dapat memberikan hasil
positi palsu atau negatif palsu.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kreatinin dalam serum diketahui mengalami
peningkatan kadar dari hasil pemeriksaan kreatinin serum dengan waktu periksa 1
menit yaitu 1,067 mg/dL, pada waktu periksa 30 menit meningkat menjadi 7, 333
mg/dL dan pada waktu periksa 90 menit meningkat menjadi 27,187 mg/dL. Hasil
akhir pemeriksaan kreatinin dalam serum pasien tersebut berada jauh di atas nilai
normal kreatinin pada orang dewasa yaitu pada pria dewasa 0.7-1.3 mg/dL dan
wanita dewasa = 0.6-1.1 mg/dL. Adanya peningkatan kadar kreatinin dalam serum
ini dicurigai disebabkan oleh menurunnya fungsi ginjal di dalam tubuh pasien.
Peningkatan kadar kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi
ginjal dan penyusutan massa otot rangka. Hal ini dapat terjadi pada penderita gagal
ginjal, kanker, glomerulonefritis, lupus autoimun, rheumatoid arthritis batu ginjal,
batu saluran kemih, serangan jantung, konsumsi daging yang tinggi dan konsumsi
obat-obatan yang dapat memicu peningkatan kreatinin (Indriasari, 2019).
Hasil pemeriksaan kreatinin dalam urine diketahui mengalami penurunan kadar
dari hasil pemeriksaan urine pada waktu periksa 1 menit dan pengukuran urine 24
jam dari 974,52 mg/hari menjadi 194,904 g/24 jam. Hasil penurunan kadar kreatinin
dalam urine semakin menguatkan dugaan terjadinya gangguan fungsi ginjal pada
pasien jika dihubungkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya pada pemeriksaan
kreatinin dalam serum dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kadar kreatinin
dalam serum sedangkan hasil pemeriksaan kreatinin dalam urin mengalami
penurunan. Menurut Bijanti et al, (2020) menyatakan bahwa kreatinin urine akan
menurun selama kreatinin dalam serum meningkat pada kasus penyakit ginjal. Bila
kreatinin di dalam serum meningkat maka di dalam urine umumnya akan ditemui
kast, protein dan sel apabila terjadi oliguria maka besar kemungkinan adanya
penyakit ginjal. Jika penyakit ginjal disebabkan oleh dehidrasi maka kadar ureum
dan kreatinin akan meningkat dengan cepat
XII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari hasil
pemeriksaan kreatin pada pasien diketahui terjadi peningkatan kreatinin dalam
serum sedangkan pada kreatinin urine mengalami penurunan. Terdapat beberapa
kondisi klinis yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya kreatinin dalam serum
peningkatan kreatinin dapat disebabkan karena penurunan fungsi ginjal yang
merujuk pada beberapa penyakit seperti batu ginjal, infeksi ginjal, kanker,
glomerulonefritis, batu ginjal, batu saluran kemih, lupus, reumatoid arthritis yang
menyerang ginjal, serangan jantung dan lain-lain.
Bijanti, R., Yuliani, M.G.A., Wahjuni, R.S., Utomo, R.B. (2020). Buku Ajar
Patologi Klinik veteriner. Surabaya : Airlangga University Press
Indriasari, D. (2019). 100 % Sembuh Tanpa Dokter : Deteksi, Obati dan Cegah
Penyakit. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Gratamain
Rinda, A.S. (2015). Pengaruh Konsentrasi Asam Piktrat Pada Penentuan Kreatinin
Menggunakan Sequental Injection Analysis. Kimia Student Journal. 1 (1).
587-590. ISSN : 2817 – 5813