Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN KLIRENS UREUM KREATININ SPEKTROFOTOMETER

disusun oleh :

Rianita Putri ( P1337434118037 )

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2020
I. Judul
Pemeriksaan Klirens Ureum Kreatinin Spektrofotometer
II. Pertemuan ke
12 ( Dua belas )
III. Hari/Tanggal
Senin, 06 April 2020
IV. Tujuan
- Untuk mengetahui kadar klirens kreatinin metode spektrofotometri.
- Untuk mengetahui kadar klirens ureum metode spektrofotometr
V. Prinsip
- Ureum : Urea dalam sampel akan dihidrolisis oleh enzim urease menjadi amonia
dan karbon dioksida. Dengan adanya NADH dan Oxoglutarat, Amonia yang
terbentuk dikonversi menjadi glutamat dengan bantuan enzim glutamat
dehydrogenae (GIDH). Reaksi Enzimatis :

- Kreatinin : Dalam suasana alkali, kreatinin bereaksi dengan asam pikrat


menghasilkan kompleks berwarna jingga. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel yang diukur pada panjang
gelombang 505 nm. Reaksi enzimatis :

VI. Metode
- Ureum : Urease GLDH (Glutamate Enzymatic Dehyrogenase)  enzymatic UV test
- Kreatinin : Two Point - JAFFE (Jendrasic Groff)
VII. Dasar Teori
Kelainan fungsi ginjal adalah kelainan yang sering terjadi pada orang dewasa.
Kelainan fungsi ginjal berdasarkan durasinya dibagi menjadi 2 yaitu gagal ginjal akut
dan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari
kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang
menyebabkan penimbunan limbah metabolik didalam darah (misalnya urea). Gagal
ginjal akut merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolit seperti
ureum dan kreatinin. Kasus gagal ginjal kronik (GGK) saat ini meningkat dengan
cepat terutama di negara – negara berkembang. GGK telah menjadi masalah utama
kesehatan di seluruh dunia, karena selain merupakan faktor resiko terjadinya penyakit
jantung dan pembuluh darah akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Ayu,
2010).
Ureum merupakan senyawa ammonia berasal dari metabolism asam amino yang
diubah oleh hati menjadi ureum. Ureum bermolekul kecil mudah berdifusi kecairan
ekstra sel, dipekatkan dan diekskresikan melalui urine lebih kurang 30 gr/hari. Pada
prinsipnya urea dalam sampel dengan bantuan enzim urease akan menghasilkan
ammonia dan karbondioksida. Setelah dicampur dengan pereaksi I dan II akan terjadi
reaksi yang menghasilkan suatu kompleks yang absorbansinya dapat diukur dengan
Spektrofotometer.
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolism otot
yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan hamper konstan dan diekskresi dalam
urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui
kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif sama dalam plasma hari ke hari,
kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi
ginjal.
Pemeriksaan ureum, kreatinin dan klirens kreatinin adalah pemeriksaan untuk
monitoring fungsi ginjal seseorang. Klirens suatu zat adalah volume plasma yang
dibersihkan dari zat tersebut dalam waktu tertentu. Klirens kreatinin dilaporkan dalam
mL/menit dan dapat dikoreksi dengan luas permukaan tubuh. Klirens kreatinin
merupakan pengukuran GFR yang tidak absolut karena sebagian kecil kreatinin
direabsorpsi oleh tubulus ginjal dan sekitar 10% kreatinin urin disekresikan oleh
tubulus. Namun, pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi mengenai
perkiraan nilai GFR. Pengukuran klirens kreatinin dengan menggunakan perhitungan
telah menjadi standar untuk menentukan GFR. Perhitungannya tergantung pada kadar
kreatinin serum dibandingkan dengan kadar kreatinin urin yang diekskresikan dalam
24 jam. Pengumpulan bahan urin untuk pemeriksaan GFR dilakukan dalam 24 jam.
Wadah yang digunakan untuk pengumpulan urin sebaiknya bersih, kering, dan bebas
dari zat pengawet. Bahan urin yang dikumpulkan disimpan dalam refrigerator selama
pengumpulan sebelum diperiksakan. Volume urin yang dikumpulkan diukur
keseluruhan untuk kemudian dimasukkan ke dalam formula perhitungan.

VIII. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Spuit dan needle
2. Kapas kering
3. Kapas alcohol
4. Torniquet
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung
7. Waterbath
8. Spektrofotometer
9. Kuvet
10. Plester
11. Tissue
12. Centrifuge
13. Botol penampung urin
14. Mikropipet 1000 µL, 50 µL, 10µL
15. Tempat limbah tip
16. Yellow tip dan blue tip
17. Tempat limbah (RT.infeksius,tajam)
b. Bahan
1. Serum
2. Reagen ureum
3. Reagen kreatinin
4. Aquadest
5. Standart ureum
6. Standart kreatinin
7. Urine 24 jam
8. Bahan pengawet urine
IX. Prosedur kerja
A. Pra Analitik
- Menyiapkan alat dan bahan
- Menggunakan APD sesuai SOP
a) Pengambilan Darah Vena
1. Pasien diminta untuk meluruskan lengannya, dipilih lengan yang
banyak melakukan aktifitas, dan diminta untuk mengepalkan
tangannya.
2. Pasang torniquet kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
3. Pilih bagian vena yang akan ditusuk dengan melakukan palpasi.
4. Desinfeksi kulit dengan kapas alkohol 70% dan biarkan kering.
5. Tusuk di bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Jika jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk ke
dalam spuit. Tarik plunger. Lepaskan torniquet dan tarik kembali
plunger hingga darah terambil sebanyak 3 cc.
6. Letakkan kapas kering di atas jarum dan cabut jarum spuit dari vena.
Tekan kapas beberapa saat lalu plaster.
b) Preparasi sampel
1. Tuang darah dalam spuit ke dalam tabung reaksi
2. Diamkan darah selama kurang lebih 15 menit.
3. Setelah membeku dan keluar sedikit serum masukkan tabung ke dalam
centrifuge. Letakkan secara seimbang dengan volume dan tabung
yang sama.
4. Tutup centrifuge lalu putar centrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm. Setelah selesai pisahkan serum dari whole blood
dengan menggunakan mikropipet.
c) Pengambilan sampel urine 24 jam
1. Kumpulkan urine pasien selama 24 jam dan beri pengawet
2. Encerkan urine dengan perbandingan 1:50
3. 1 ml urine dengan 49 ml aquadest.
4. Kemudian sampel urine yang diencerkan siap diperiksa
B. Analitik
a) Pemeriksaan ureum metode spektrofotometri
1. Ambil masing-masing 1000 ul monoreagent lalu masukkan ke dalam 3
tabung reaksi.
2. Tambahkan aquadest sebanyak 10 ul pada tabung 1 sebagai blanko.
3. Tambahkan larutan standar sebanyak 10 ul pada tabung 2 sebagai
standar.
4. Tambahkan sampel serum sebanyak 10 ul pada tabung 3 sebagai sampel 1
5. Homogenkan dan inkubasi selama 1 menit pada suhu ruang (20-250C).
6. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang
340 nm.
7. Kemudian baca absorbansi dan hitung kadarnya.
b) Pemeriksaan Kreatinin metode spektrofotometri
1. Ambil masing-masing 1000 ul monoreagen lalu masukkan ke dalam 3
tabung reaksi.
2. Tambahkan aquadest sebanyak 10 ul pada tabung 1 sebagai blanko.
3. Tambahkan larutan standard sebanyak 10 ul pada tabung 2 sebagai
standar.
4. Tambahkan sampel serum sebanyak 10 ul pada tabung 3 sebagai sampel 1.
5. Homogenkan dan inkubasi selama 60 detik pada suhu 370C.
6. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang
490 – 510 nm.
7. Kemudian baca absorbansi dan hitung kadarnya.
C. Post Analitik
- Bersihkan alat yang telah digunakan
- Melepas APD sesuai SOP

X. Hasil Praktikum
Jenis Kelamin = Perempuan
Kadar Protein Total = 6,9 g/dl
Konsentrasi standar = 5 g/dl

a. Absorbansi Standar = 0,163


b. Absorbansi sampel 1 = 0,125
c. Absorbansi sampel 2 = 0,123
d. Absorbansi sampel 3 = 0,124
e. Absorbansi sampel 4 = 0,125

XI. Perhitungan
rata−rata|.| sampel x conc . standar
a. Kadar Albumin =
absorbansi standar

( 0,125+0,123+0,124+ 0,125 ) :4 X 5
=
0,163
= 3,8 g/dl

XII. Pembahasan

XIII. Simpulan
XIV. DaftarPustaka

XV. Lampiran
pemeriksaan ureum

pemeriksaan kreatinin
Dosen Pengampu Praktikan

Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd., M.Pd Rianita Putri


NIM. P1337434118037

Anda mungkin juga menyukai