Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapat nilai absorbansi sampel yaitu A1
(0.029), A2 (0.035) dan absorbansi standar yaitu 0.015. Berdasarkan hukum lambert-beer, nilai
absorbansi yang memiliki presisi maksimum yaitu pada rentang 0,2-0,8 sehingga dalam
percobaan ini nilai absorbansi yang diperoleh masih tergolong presisi (akurat) yang baik. Untuk
penentuan kadar kreatinin dilakukan perhitungan pada sampel menggunakan rumus seperti yang
tertera di atas. Dari hasil perhitungan, didapat kadar kreatinin sebesar 0.8 mg/dl. Menurut David
(2013) Kadar kreatinin berbeda setiap orang, umumnya pada orang yang berotot kekar memiliki
kadar kreatinin yang lebih tinggi daripada yang tidak berotot. Hal ini juga yang memungkinkan
perbedaan nilai normal kreatinin pada wanita dan laki-laki. Nilai normal kadar kreatinin serum
pada pria adalah 0,7-1,3 mg/dL sedangkan pada wanita 0,6-1,1 mg/dL serta Menurut Suryawan
et al (2016) Kadar kreatinin serum dalam darah mempunyai nilai rujukan normal 0,5- 1,0 mg/dl.
Oleh karena itu dari data praktikum yang diperoleh kadar kreatinin pada pria berumur 45 tahun
dengan berat badan 70 kg tergolong normal.
Amir, N., Suprayitno, E., Hardoko, H., & Nursyam, H., 2016. Pengaruh Sipermetrin Pada Jambal
Rotiterhadap Kadaru Reum dan Kreatinin Tikus Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal
IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, 2(3), p. 283-293.
Bishop, M. L., Fody, E. P., and Schoeff, L. E., 2010. Clinical Chemistry : Techniques,
Principles and Correlation. Sixth Edition. Lippincott Williams & Wilkins:
Philadelphia .
Cheersbrough, M., 2009. District Laboratory Practice in Tropical Countries Part 1. Second
Edition. Cambridge University Press : Cambridge.
David C. Dugdale., 2013. Creatinine blood test. https://www.nlm.nih.gov/ medlineplus/
ency/article/003475.htm
Hadijah, S., 2018. Analisis Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah dengan
Deproteinisasi dan Nondreproteinisasi Metode Jaffe Reaction. Jurnal Media Analis
Kesehatan, 1(1), p. 26-31.
Haribi, R., Darmawati, S., & Hartiti, T., 2009. Kelainan fungsi hati dan ginjal tikus putih (Rattus
norvegicus, L.) akibat suplementasi tawas dalam pakan. Jurnal kesehatan, 2(2), p.
11-19.
Panil, Z., 2008. Memahami Teori dan Praktik Teori Kimia Dasar Medis untuk Mahasiswa
Kedokteran, Keperawatan, Gizi dan Analis Kesehatan. Jakarta: EGC.
Suryawan, D. G. A., Arjani, I. A. M. S., & Sudarmanto, I. G., 2016. Gambaran kadar ureum dan
kreatinin serum pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis
di RSUD Sanjiwani Gianyar. Meditory, 4(2), p. 145-153.