Anda di halaman 1dari 3

Uji Kadar Kreatinin Serum : Metode Jaffe

Uji Kadar Kreatinin Serum : MetodeJaffe


11.1 Tujuan
Untuk menetapkan kadar kreatinin pada serum atau plasma jernih
11.2

Metode yang Digunakan


Metode Jaffe

11.3

Prinsip Pemeriksaan
Reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa akan membentuk
kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning jingga yang kadarnya dapat diukur dengan
spektrofotometer visible pada panjang gelombang 545 nm.

11.4 Alat dan Bahan


a. Alat
Alat-alat gelas
Pipet tetes
Pipet ukur
mikropipet
Spektrofotometri UV-Vis
b. Bahan
Serum atau plasma jernih
Larutan asam pikrat 0,032 mol/L
Standar kreatinin 2 mg % (Bio Analitika)
Aquades
11.5

Cara kerja
Bahan-bahan dicampurkan hingga homogen sesuai dengan table di bawah ini :
Bahan
Jenis Larutan
Tes/Uji
Standar Blanko
Larutan asam pikrat (ml)
1,50
1,50
1,50
Serum/plasma
0,20
Standar Kreatinin 2 mg % (ml)
0,20
Aquadest
0,20

Masing-masing campuran dipusingkan selama 10 menit, lalu diambil bagian


s
upernatnya, kemudian dicampurkan dengan NaOH sesuai dengan table berikut :
Supernatan (ml)
1,00
1,00
1,00
Larutan NaOH 1 mol/L (ml)

Ketiga campuran untuk setiap bahan pemeriksaan diatas didiamkan selama 25-40 menit, lalu
dibaca absorbansinya pada spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 545 nm.

11.6

Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil


Hasil Pengamatan :

Absorbansi blanko
Absorbansi standar
Absorbansi tes D
Absorbansi tes B
Perhitungan :

= 0,000
= 0,007
= 0,253
= 0,165

Kadar Kreatinin tes B

=
=
= 5,22 mg %

Kadar Kreatinin tes D

=
=
= 3,4 mg %

Intepretasi Hasil
Angka normal kreatinin serum/plasma < 1,4 mg/100 ml. (Roche Diagnostik, 1976). Tes B
memiliki kadar kreatinin = 5,22 mg % = 0,522 mg/100 ml, ini artinya pasien B memiliki nilai
kreatinin normal dan tes D memiliki kadar kreatinin = 3,4 mg % = 0,34 mg/100 ml, ini
artinya pasien D memiliki nilai kreatinin normal.
11.7

Pembahasan
Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah
tidak berfungsi dengan normal. Kreatinin disintesis dalam hati, pankreas, dan ginjal dari asam
amino arginin, glisin, dan metionin. Senyawa ini dihasilkan ketika terjadi kontraksi pada otot.
Dalam darah, kreatinin dihilangkan dengan proses filtrasi melalui glomerulus ginjal dan
disekresikan dalam bentuk urin. Ginjal yang sehat menghilangkan kreatinin dari darah dan
memasukkannya pada urin untuk dikeluarkan dari tubuh (Anonim, 2009). Analisis kadar
kreatinin dalam tubuh merupakan indeks medis yang penting untuk mengetahui kondisi laju
filtrasi glomerulus, keadaan ginjal, dan berfungsinya kerja otot (Spiritia, 2009).
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar kreatinin pada serum atau plasma
jernih dengan metode Jaffe. Prinsip dengan metode ini adalah reaksi antara dengan asam
pikrat dalam suasana basa akan membentuk kompleks kreatinin pikrat yang berwarna kuning
jingga yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang
545 nm (Dewi dkk., 2011 ).
Menggunakan metode Jaffe, Reaksi Jaffe merupakan reaksi yang sederhana dan mudah
dimana metode ini merupakan salah satu pengembangan metode kolorimetri berdasarkan
reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana basa, membentuk kompleks kreatinin
pikrat berwarna jingga yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang 492 nm. Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna
merahoranye yang terjadi antara asam pikrat dengan kreatinin dalam suasana basa
(Siangproh et al.,2009).

Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di
urin dalam 24 jam relatif konstan ( Sodeman, 1995). Pemeriksaan pada praktikum kali ini
dilakukan pada dua sampel serum/plasma yaitu pada test B dan test D. Pemeriksaan kedua
kadar sampel ini dilakukan dengan menambahkan larutan asam pikrat 0,032 mol/L masingmasing ke dalam sampel. Penambahan larutan asam pikrat pada larutan sampel (uji)
berfungsi untuk membentuk kompleks senyawa berwarna merah-oranye bila direaksikan
dengan kreatinin pada suasana alkali (Anerson dan Jean, 2007). Suasana basa dihasilkan
dengan penambahan larutan NaOH. Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa, nilai
absorbansi larutan standar 0,007 , absorbansi test B 0,253, dan absorbansi Test D 0,165.
Dari hasil pemeriksaan, diperoleh kadar kretinin pada test B sebesar sebesar 5,2
mg% atau dan tes D sebesar 3,4 mg%. Nilai normal kadar kreatinin adalah 0,5-1,1 mg %.
Dilihat dari nilai normal kreatinin serum/plasma, tes B dan tes D memiliki nilai kreatinin
serum di atas nilai normal. Nilai kadar kreatinin kedua pasien lebih besar dari nilai normal ini
menandakan kemungkinan adanya gangguan pada fungsi ginjal. Tinggi rendahnya kadar
kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal
(Sodeman, 1995). Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya
penurunan fungsi ginjal sebesar 50 %, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali
lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75 %. (Soeparman,dkk.,2001).
Hemodialisa perlu dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar
kreatinin lebih dari 7 mg/dl serum. Namun, dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisa
dilakukan sedini mungkin untuk menghambat progresifitas penyakit (Anonim,2012).

Anda mungkin juga menyukai